22) Sepupu Lolita dan Pria Kejam

296 69 1
                                    

oOoOo

Perempuan itu, atau bisa dikatakan gadis cantik itu menatapku heran sambil bertolak pinggang. Aku memerhatikan tampilannya dari atas sampai bawah, tidak seperti saat di kafe yang nampak lelah dengan wajah yang lesu, malam ini ia nampak begitu cantik dan menawan karena gaun berwarna merah pendeknya.

Pandangan kami saling beradu beberapa saat. "Sedang apa kamu di sini?" Ia menanyakan sesuatu yang seharusnya aku tanyakan padanya.

"Ini ... pesta ulang tahun sahabatku," jawabku jujur.

"Apakah Rizwan berbohong padaku? Ia mengatakan kalau akan ada pesta dansa topeng di tempat ini." Lolita nampak terkejut kemudian melihat sekeliling. Kakak? Apakah pria itu mengundangnya datang kemari?

"Tidak, ia tidak berbohong," tukasku. Seperti yang ia katakan, pesta ulang tahun Devi ini bertemakan "Secret" yang artinya rahasia. Setiap tamu undangan diwajibkan memakai sebuah topeng untuk menyembunyikan identitasnya.

Sama seperti yang lainnya, aku juga sama, menggunakan topeng berwarna putih dengan motif emas pembelian kakak. Tapi tidak dengan gadis yang satu ini, ia tidak menutupi wajahnya meski pun terlihat sebuah topeng di tangannya.

"Bagaimana kalau kita mengobrol di luar sebentar, sambil menunggu Rizwan?" Aku tidak tahu ini sebuah ajakan atau bukan, namun aku dengan senang hati menerimanya karena memang tidak ada yang bisa aku lakukan saat ini.

Aku menurutinya lalu berjalan beriringan dengannya. Kami berdua duduk disebuah bangku panjang di depan taman gedung tersebut. Langit begitu indah hari ini, sinar bulan menerangi seluruh malam dengan bintang-bintang yang bertaburan.

"Aku dengar, kau mengobrol dengan Joey sampai tengah malam beberapa hari yang lalu." Tiba-tiba, ia membuka obrolan. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan. "Kenapa? Kenapa kau benar-benar ingin tahu tentang semua itu sampai-sampai rela menunggunya?" Merasa tidak puas dengan responku, ia kembali bertanya tanpa jeda.

Aku memerhatikan wajah cantik perempuan itu. Ia begitu sempurna, wajahnya kecil dengan hidung yang mancung. Kulitnya nampak berwarna kuning langsat yang bersih, dengan porsi tubuh sedang nan tinggi. Menurutku, ia adalah perempuan tercantik yang pernah aku lihat.

"Aku sudah terperosok terlalu dalam, dan aku tidak bisa keluar," jawabku sambil mengalihkan pandangan ke arah lain. "Apa kamu menyukai Kak Rizwan?" Entah kenapa, tiba-tiba saja aku menanyakan hal itu.

Lolita nampak terkejut. "A-apa maksudmu? Te-tentu saja ti-tidak!" Meski pun ia berkata seperti itu, terlihat sangat jelas ia menyukainya. Perempuan itu nampak tersipu, memalingkan wajahnya yang mungkin sekarang tengah memerah. "Aku tidak mungkin menyukai monster seperti itu."

Meski pun samar-samar, aku merasa Lolita mengatakan sesuatu tanpa menatapku. "A-apa kalian sudah lama saling kenal?" tanyaku, menutupi suasana canggung ini.

Ia menoleh. "Iya. Dia adalah seniorku di Kafe Joey. Aku sudah bekerja di sana selama hampir tiga tahun. Perilakunya sangat buruk, sampai-sampai aku berharap kalau ia bukanlah rekan kerjaku." Meski pun ia mengatakan hal itu, aku sangat jelas melihat kalau ia memang menyukai kakak. "Tapi, ada sisi lain darinya yang membuatku sedikit tertarik padanya, tapi hanya sedikit saja," ucapnya, seraya malu-malu.

"Apa itu?"

Ia menatapku sebelum menjawab pertanyaan spontanku. "Kejeniusannya?"

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang