36) Menarik Memori

261 57 9
                                    

oOoOo

Rasanya begitu berat untuk membuka mata, segalanya terlihat samar-samar. Namun perlahan, semuanya nampak dengan jelas. Aku tertidur di atas sofa cantik berwarna cokelat dengan selimut hangat yang entah sejak kapan menyelimuti diriku. Sekejap aku berpikir kalau aku ingin tertidur lagi di tempat yang nyaman ini. 

Namun, aku ingat semua yang terjadi sebelum tiba di sini. Aku tidak tahu persis di mana diriku sekarang. Sebuah ruangan persegi dengan sofa panjang yang aku tiduri, kemudian kursi kayu yang menghadap langsung padaku. Lemari buku yang nampak berdebu dan pencahayaan yang minim karena tidak adanya jendela. 

Ruangan ini tidak begitu luas, tapi semuanya tertata dengan rapi sesuai tempatnya. Karena hal itu, aku semakin takut pada pemilik tempat ini. Tak lama, terdengar suara langkah kaki dari arah belakang. Aku menoleh yang ternyata ada sebuah lorong gelap di sana. Suara itu semakin dekat dan akhirnya menampakkan si pemilik langkah tersebut. 

Seorang pria tinggi berpakaian serba putih berjalan ke arahku. Ia tersenyum hingga membuat matanya tertutup, pria itu berjalan santai dan tenang. Aku tidak merasakan ada aura jahat dalam dirinya. Tetapi, atmosfer di sekitar tiba-tiba menjadi berbeda dari sebelumnya. 

Akhirnya, ia berhenti tepat di belakang sofa. Ia kemudian membuka matanya tapi tidak memudarkan senyuman manisnya. Akhirnya, aku bisa melihat dengan jelas pria yang telah menghabisi nyawa orang-orang tidak bersalah di sekitarku. 

Pria ini, pria dengan senyuman manis ini. Apakah benar ia yang telah menghabisi mereka? Keraguan muncul dalam benakku ketika melihat bagaimana cara ia menatapku. Sebuah tatapan indah dan menenangkan. Rasanya, aku secara spontan tenggelam ke dalamnya. Bulu matanya juga lentik, dengan rambut rapi seakan ia mengurus dirinya dengan baik. 

"Baguslah kalau kau sudah bangun." Pria itu berjalan memutar kemudian duduk di kursi yang ada di hadapanku. "Duduklah, mari kita mengobrol dengan santai," ucapnya ramah. Tapi aku harus hati-hati, ia orang yang berbahaya. 

"Apa kau tidak mengingatku, Lucy?" Pertanyaan itu membuat emosiku seketika naik. 

Aku bangkit dari dudukku. "Jadi kau yang selama ini menerorku dengan nama itu?! Apa maumu, ha?! Aku bukan Lucy, aku Rifa! Kau orang yang tidak memiliki hati. Kau telah merenggut kehidupan orang-orang yang tidak berdosa. Kau telah merenggut Ayahku!" Tunjukku padanya. Ia bergeming sembari menatapku tenang. 

"Dasar pembunuh!" Aku menarik kerah baju pria itu kuat. "Apa yang sebenarnya kau inginkan?! Katakan padaku! Siapa Lucy dan apa hubungannya denganku?! Kenapa kau merenggut nyawa mereka dengan cara seperti itu?! Katakan!

"Katakan, siapa dirimu sebenarnya!!!" Aku berteriak. Jika aku memiliki kesempatan, rasanya aku ingin mencekiknya sekarang juga. Tapi, aku tidak bisa berbuat macam-macam pada seseorang yang membawa senjata. 

Pria itu masih diam sebelum aku melepaskan cengkraman tanganku darinya. Ia menempelkan jari telunjuknya di depan bibirnya. "Sudah aku katakan, mari kita mengobrol dengan santai," ucapannya yang tenang itu malah membuatku semakin kesal namun takut. Aku diam, kemudian kembali duduk di atas sofa. 

"Hmm, apa yang seharusnya aku jawab dulu? Kau terlalu banyak memberikan pertanyaan." Ia terkekeh. "Tapi tidak apa, aku menyukai sikapmu sekarang ini. Setidaknya, kau bukan gadis pemurung seperti dulu." 

"Seperti dulu? Apa maksudmu? Apa dulu kita pernah bertemu?" 

Pria itu bersandar. "Sudah aku duga kamu melupakan semuanya, termasuk diriku." 

"Apa maksudmu? Apa yang telah aku lupakan?" Aku bertanya kembali dengan bertubi-tubi. Aku menginginkan penjelasan sekarang ini. 

"Haaah ... semua terapi dan obat-obatan mereka itu telah membuatmu melupakan semuanya." Ia menyayangkan. "Tapi tidak apa, aku akan membawamu kembali ke masa lalu, Lucy. Masa yang kau jalani sekarang ini hanyalah ilusi tanpa henti. Kita sudah berjanji akan hidup sebagai sepasang saudara bahagia yang tinggal di bukit hijau tanpa ada siapa pun di sana." 

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang