21) Gelang Biru, Petunjuk Baru

330 71 5
                                    

oOoOo

"Katakan ... katakan semua yang Lily ceritakan padamu." Kakak nampak mengintimidasi, dengan sorot mata menusuk bagaikan elang yang sudah menandai mangsanya dari atas langit.

Dengan jelas, aku bisa melihat raut wajah keraguan pada Joey yang tengah menundukkan kepalanya, tanpa menatap langsung pada kakak. Tangannya mengepal kuat, namun sedikit gemetar. Apakah ia merasa takut?

"Saat itu, Ibu dan Ayah tidak ada di rumah karena suatu urusan. Aku yang saat itu diminta untuk menjaga rumah, akhirnya meninggalkan kafe dan berencana untuk libur seharian." Pria itu menatap ke arah lain.

"Lily tidak pernah membuka pintu kamarnya, kecuali memang ada suatu keperluan yang begitu penting. Hanya ibu yang ia biarkan masuk ke dalamnya. Ia bahkan bolos sekolah dalam beberapa minggu, sehingga ibu harus meminta guru agar memaklumi kondisi keluarga kami sekarang ini," lanjutnya.

"Tapi pada saat itu, ia menghampiriku yang tengah duduk di sofa ruang tamu. Gadis itu nampak berantakan dengan kantung dan lingkar mata hitam yang nampak begitu jelas. Ia, seperti tidak tidur nyenyak selama berminggu-minggu.

"Aku bertanya apakah dia baik-baik saja, aku senang ketika ia akhirnya mau mencoba keluar dari kamar dan kenyataan pahit dalam hidupnya. Setelah mendekat, ia memelukku erat." Ekspresi wajah Joey seketika menjadi sedih. "Ia mengatakan kalau, seseorang telah menculiknya saat perjalanan pulang ke rumah. Dan saat ia tersadar, George tengah menggendong dirinya sambil berlari dengan cepat.

"Ia melihat ke arah belakang dan ternyata sebuah truk besar tengah mengejar mereka berdua dengan kecepatan sedang. Aku tidak begitu yakin apakah mereka sedang dipermainkan.

"Lily mengatakan 'kenapa kakak? Ada apa?'. Dan George hanya bisa tersenyum dengan keringat yang membasahi seluruh rambut dan wajahnya. 'Kita sedang lomba lari. Rentangkan tanganmu dan sebentar lagi kita akan menang', ucap George padanya."

Joey nampak menahan air matanya. "Gadis kecil itu juga mengatakan kalau George, sudah tidak bisa menahannya lagi. Pria itu sudah nampak kelelahan dan ia mengatakan, 'katakan pada kak Randy, ia harus membuang kebiasaan minumnya' sambil tersenyum.

"'Aku menyayangi kalian semua, tetaplah hidup dan cepatlah tumbuh besar'. Setelah mengatakan itu, George melempar Lily sekuat mungkin sampai ia terjatuh berguling-guling di antara bebatuan dan tanah, sehingga Lily mendapatkan luka luar yang cukup parah."

Aku menelan ludahku meski pun cerita ini belum juga diselesaikannya. Rekaman kejadian itu terasa berputar di kepala kami bertiga. Semuanya terasa nampak jelas. Sama halnya denganku, kakak juga nampak tidak mengeluarkan suara apa pun.

"Dan saat itulah ... dengan jelas, gadis polos yang seharusnya tengah tertidur karena kelelahan bermain itu melihat tragedi mengerikan dalam hidupnya. Ia melihat dengan jelas bagaimana kakak tercintanya ditabrak oleh truk besar itu hingga menimbulkan suara keras. Hanya ada darah dan air mata di sana."

"Apakah ia melihat seseorang yang keluar dari truk itu?" Kakak menyela.

Joey meliriknya. "Tidak, sama sekali tidak. Cahaya lampu itu menusuk matanya hingga ia tidak bisa melihat apa pun kecuali darah George yang mengalir dari batang pohon hingga jatuh ke tanah. "Tapi ... Lily mengatakan sesuatu tentang gelang ...."

"Apa maksudmu?" Lagi, kakak menyela cepat.

"Ketika diculik, Lily di bekap oleh seseorang, mungkin ia beri obat bius yang dituangkan pada sapu tangan, mungkin semacam itu. Dan ia melihat dengan jelas, kalau orang itu menggunakan sebuah gelang berwarna biru." Aku dan kakak menarik napas secara bersamaan. Kami menatap satu sama lain. Apakah kakak memikirkan hal yang sama denganku?

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang