27) Siapa Itu Lucy?

298 63 2
                                    

oOoOo

07 Juni

Akhirnya, setelah hari yang begitu melelahkan, aku bisa kembali berbaring di atas kasur empuk milikku. Meski pun hari-hari berat seperti ini sudah pernah aku lewati beberapa kali, tapi rasanya aku baru bisa bernapas dengan tenang lagi. Langit-langit kamar seakan berputar, pandanganku seketika menjadi buram. Apakah aku benar-benar kelelahan? Karena memang seharian ini aku belum tidur setelah kejadian tadi malam.

Ini membingungkan. Belum lagi, senyuman pria misterius bertopeng itu rasanya menghantui diriku. Aroma parfumnya, sentuhan tangannya yang lembut, bagaimana cara ia melangkah. Rasanya, ia begitu sempurna dengan tatapan yang tenang dan menenangkan.

Aku berguling, menutup seluruh wajahku dengan bantal merah muda. Luka ini masih baru, sehingga kesedihan masih basah dan belum siap untuk mengering. Mr. Lorad memang bukanlah orang yang aku kenal dekat, tapi hubunganku bersama Devi lah yang membuatku sedikit terikat dengannya.

Masih terlintas di benakku wajah cantik Devi yang menatap kosong jenazah ayahnya tercinta. Tanpa aku sadari, air mata mulai membasahi bantal merah muda ini. Aku lelah dan bingung. Semua ini, sudah terlalu aneh bagiku. Aku tidak ingin lagi terperosok terlalu dalam. Bisa saja, aku menjadi gila.

"Seseorang, tolong aku."

Tiba-tiba, pintu kamarku di buka paksa. Karena terkejut, aku langsung berbalik lalu bangkit dari posisiku. Nampak kakak yang berdiri sambil memegangi gagang pintu. Jujur, ini adalah pertama kalinya ia mengunjungi kamarku. Biasanya, jika ada perlu ia lebih memilih menunggu di depan pintu.

Aku mengusap air mataku cepat. "Ada apa, Kak?" Pria itu bergeming di lawang pintu, ia nampak menelusuri kamarku dengan tatapannya. Pria berambut gondrong itu mendekatiku yang terduduk di atas kasur. Melihatnya, aku sedikit menepi dan menjauhinya. "Kenapa?"

Seketika, ia duduk di sampingku. Kaki kanannya ia angkat dan nampak akan melepaskan sepatu hitam miliknya. Benar saja, setelah ia melepasnya, sebuah kertas kecil nampak terselip di dalamnya. Aku langsung menyadari kalau itu adalah kertas yang kakak ambil dari saku jasnya Mr. Lorad. Karena penasaran, aku sedikit mendekat dan melihat lebih jelas. Setelah meletakkan sebelah sepatunya, ia nampak fokus pada kertas yang dilipat itu.

Ia meraba dan mencium bau kertas itu kemudian membukanya. Sebuah tulisan berwarna merah terlihat begitu jelas dengan background kertas berwarna putih bersih. Aku terkejut ketika melihat sesuatu tertulis di sana.

"Halo, Rizwan?" Aku bertanya kebingungan.

Kakak menatapku. "Si bajingan itu memang licik, ia menaruh ini agar polisi mencurigaiku dan aku akan disebut sebagai dalang dari kasus ini. Ia benar-benar mempermainkanku," umpatnya lalu meremas kertas tersebut.

Aku menatapnya dan seketika teringat dengan pria yang semalam mengajakku untuk berdansa bersama. "Apa benar Kakak sudah bertemu dengannya? Maksudku ... bagaimana ciri-cirinya?" Meski pun kakak sudah mengatakannya saat di kantor polisi, aku ingin tahu lebih detail lagi. Karena aku merasa, pria yang mengajakku berdansa adalah pria yang sama.

Kakak nampak menarik alisnya. "Tingginya sama denganku, perawakannya normal dengan jas berwarna biru tua yang elegan. Aku ingat ia menggunakan sarung tangan berwarna putih dan potongan rambutnya nampak rapi. Warna kulitnya normal tapi sedikit pucat. Satu lagi ... aku tidak suka aroma parfumnya yang sangat menyengat."

Sudah aku duga, mungkin saja ia orang yang sama. Tiba-tiba aku menyentuh dada sebelah kiriku yang berdebar kencang. "Mr. Shadow (bayangan)."

Kakak menoleh dengan tatapan heran. "Apa maksudmu?"

"Seorang pria ... pria jangkung dengan jas berwarna biru tua dan sarung tangan putih. Sebelum kejadian itu terjadi, dia ... dia mengajakku berdansa bersama ...." Seperti dugaanku, kakak mengeluarkan ekspresi terkejut dicampur amarah.

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang