24) Sebuah Pesta Kematian

283 71 4
                                    

oOoOo

Dua puluh menit sebelum tengah malam.
"Lepaskan tanganku dasar monster!" Seorang perempuan anggun dengan gaun merahnya nampak menarik-narik lengannya yang dicengkeram paksa oleh pria jangkung berjas hitam.

Pria bertopeng itu bergeming, membiarkan sang wanita memberontak di belakangnya. "Dasar pria aneh! Aku akan berteriak!" ancamnya dengan nada tinggi.

Rizwan nampak menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang, menatap sang wanita dengan datar. "Apa kau pikir aku takut dengan ancaman murahan seperti itu?" Pertanyaannya membuat Lolita mematung seketika.

Perlahan, gadis itu melemahkan tubuhnya yang semula menegang. Ia tahu, kalau saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah mengikuti ke mana pria itu membawanya. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya ia tidak keberatan Rizwan melakukan ini padanya.

Ia bahagia, setidaknya hari ini pria itu mau meliriknya. Dengan langkah yang serasi, mereka mulai memasuki gedung yang penuh dengan kerumunan manusia itu. Rizwan nampak tidak berniat menghentikan langkahnya begitu saja. Ia masih menuntun paksa gadis itu sampai tujuannya.

Dengan satu gerakan cepat, ia menarik Lolita dalam dekapannya. Tanpa gadis itu sadar, saat ini ia berada dalam kerumunan orang-orang yang tengah berdansa dengan para pasangannya. Sungguh, jika bisa dilihat, kepala gadis itu mengeluarkan asap dari belakang rambutnya.

"A-apa yang kau lakukan, bodoh!" bisik gadis itu dengan menekan semua perkataannya.

"Kau tahu sendiri, kan?" jawaban Rizwan adalah pertanyaan yang mengharuskan Lolita mengangguk-anggukkan kepalanya. Gadis itu tersipu di balik topeng merahnya. Ia benar-benar tidak bisa menatap mata Rizwan saat ini.

Rizwan sedikit menurunkan kepalanya. "Ikuti saja," bisik pria itu di telinga Lolita yang masih mematung di tempatnya. Dengan segala keraguan dan kebahagiaan yang bercampur aduk, akhirnya Lolita mengikuti pria yang ia sebut sebagai monster.

Alunan musik mulai mengiringi tarian mereka yang indah. Lolita sampai tertegun melihat Rizwan nampak begitu lihai dalam tariannya. Begitu lembut, anggun, dan membuat siapa saja ingin melihat pasangan dengan kepribadian yang bertolak belakang ini.

"Sejak kapan kau menguasainya?"

"Kemarin."

"Kau selalu ahli dalam membuat orang lain terkejut, Rizwan." Lolita mengalihkan pandangannya. Ia tidak bisa berlama-lama menatap mata Rizwan yang saat ini hanya untuknya.

"Benarkah? Aku tidak pernah menyadarinya. Tapi aku harap, ada sesuatu yang bisa mengejutkanku hari ini," katanya dengan sedikit harapan. Sebenarnya apa yang ia inginkan di hari yang begitu sempurna ini?

Seorang gadis yang selalu menyukainya kini berada dalam genggamannya. Semerbak harumnya parfum menusuk hidung, tapi itu sama sekali tidak mengganggunya. Gadis cantik yang anggun saat ini tengah tersipu di hadapannya, berharap kalau Rizwan akan membiarkannya menjadi ratu hanya untuk satu hari saja.

Rizwan terus memerhatikannya, pria itu mulai terbuai, terpikat, dan terus mendekatkan wajahnya pada gadis yang terus menundukkan kepalanya itu. Tiba-tiba dari belakang, tanpa sengaja seseorang telah menabrak Lolita. Spontan, gadis itu menabrak Rizwan yang ada di hadapannya dan hampir saja memeluknya. Ia merasakan kalau bagian belakang gaunnya terasa basah. Ternyata, seseorang itu menumpahkan minumannya.

"Maafkan saya," ucap pria bertopeng itu, dengan masih memegangi sebuah gelas di tangannya. Tak hanya gaun milik Lolita, minuman berwarna merah itu juga membasahi sarung tangan yang di pakainya.

"Rizwan! Maafkan aku!" Bukannya menerima maaf pria tadi, Lolita malah panik karena tak sengaja bersandar pada dada bidang Rizwan, ia terlihat salah tingkah dan menjauhkan tubuhnya. Rizwan hanya menggeleng, pandangannya terfokus pada pria yang menabrak Lolita. Ia menatapnya sinis, dan dengan satu gerakan, ia menarik pinggang Lolita agar sedikit menjauh darinya.

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang