31) Semua yang Telah Terbakar

252 57 3
                                    

oOoOo

Seseorang itu menghilang dari pandanganku. "Kak! Apa Kakak baik-baik saja?!" tanya wanita yang mungkin ia adalah salah satu perawat di rumah sakit ini. Ia nampak begitu khawatir dan membantuku bangun dari posisi terduduk. Mungkin, aku merasa kelelahan, itu saja.

"Tidak, Kak. Aku baik-baik saja," ucapku kemudian mencoba untuk kembali bangkit.

"Apa kamu lelah? Aku akan membawakanmu teh, tunggulah sebentar di kursi ini." Wanita itu menunjuk sebuah kursi panjang yang berada tak jauh dari kami berdua.

"Tidak, tidak usah. Terima kasih, aku baik-baik saja, sungguh. Aku mohon, antar aku ke tempat itu. Aku harus segera menyelesaikan tugas kuliahku," seruku dengan penuh paksaan. Meski pun perawat itu menunjukkan ekspresi khawatir, ia menyetujui permintaanku.

Kami kembali berjalan beriringan. Perawat itu memegang erat tanganku agar tidak kembali terjatuh. Kami berjalan masuk ke dalam gedung, lebih dalam, setelah melewati beberapa belokan dan koridor yang panjang, tanpa aku sadari kami sudah berada di pintu belakang.

Angin segar seketika mengangkat sedikit pakaian juga rambutku ketika pintu itu dibuka. Aku, sama sekali tidak menyadari kalau rumah sakit ini berada di atas bukit. Secara langsung, aku bisa melihat bangunan tua hitam yang hampir runtuh di bawah sana. Tempatnya berada di tepi sungai yang besar.

Rasanya, keindahan dan ketakutan bercampur saat melihatnya secara bersamaan. Dalam beberapa detik, aku mematung dengan tatapan berbinar. "Kamu bisa melihatnya, kan? Kamu tidak usah pergi ke sana. Cukup melihatnya dari sini saja," kata perawat itu.

"Tidak, aku harus ke sana," ucapku tegas.

"Jangan! Ada sesuatu yang mengerikan mengenai tempat itu. Kamu tidak boleh pergi ke sana!" Sorot mata perawat itu menjadi takut. Aku tidak tahu sesuatu mengerikan macam apa yang bisa membuat ekspresinya berubah seketika.

Aku tersenyum samar. "Benarkah? Haha. Bukankah itu bagus? Aku akan mendapatkan nilai plus jika memang tempat itu menyimpan banyak misteri. Bisakah kamu ceritakan padaku, apa yang dulu pernah terjadi di sana?"

Perawat itu terdiam, tangannya mengepal dan sedikit bergetar. "Seorang ... seorang pasien. Seorang anak kecil ... dia ... dia yang membakar rumah sakit itu."

"Apa maksudmu?"

"Jangan ... jangan pergi ke sana. Seorang anak tidak waras, telah membakar tempat yang sudah menampung dan orang-orang yang merawatnya di sana! Jangan! Aku yakin, ia masih ada di sana sekarang!" Perawat itu berteriak hingga membuat orang yang berseragam sama sepertinya menghampirinya.

Rekannya itu berlari kecil, lalu memegangi tangannya. "Diam, Alisa. Maaf, Kak. Ia memang sering seperti ini. Tolong jangan dengarkan perkataannya."

"Iya, Kak. Sebenarnya ia pasien di sini juga, hanya saja ia sudah dinyatakan sembuh dan memilih menjadi perawat di sini. Tapi memang sesekali ia bertingkah aneh seperti ini, maafkan kami," sahut rekannya yang lain.

"Apa yang kalian katakan?! Aku sudah waras! Anak itu! Ia yang membunuh ibuku! Jangan sampai ia membunuh kalian juga!" Wanita yang aku ketahui bernama Alisa itu semakin memberontak.

"Diam Alisa, kamu harus tenang! Maaf, Kak. Kami permisi dulu." Kedua rekannya itu perlahan menyeret Alisa masuk ke dalam lagi.

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang