28) Rumah Sakit Jiwa dan Pria Misterius

304 63 3
                                    

oOoOo

29 Juni

Seorang pria melangkahkan kakinya di sebuah ruangan penuh buku-buku berdebu. Tirai di sana nampak ditutup dengan tidak benar, sehingga cahaya sesekali masuk ke dalam sana saat angin dari luar berhembus seadanya.

Dengan sebuah jaket berwarna cokelat dan rambut yang diikat, pria lajang nan jangkung itu melangkah tanpa ragu. Seakan ia sudah tahu, kalau sesuatu yang ia cari sudah menunggunya di tempat ini. Sesekali, dirinya melihat-lihat buku yang berjajar rapi di sisi kanan dan kirinya. Tapi, tidak ada satu judul pun yang menarik perhatiannya. Alhasil, seseorang itu kembali melangkah menuju tujuannya.

Perpustakaan ini cukup besar, namun tidak terawat dengan maksimal. Buku-buku di sana memang berjajar rapi, tapi nampak tidak di bersihkan secara rutin. Sehingga membuat beberapa dari itu tersebut diselimuti oleh debu. Suasana di sana begitu tenang dan dingin, seperti tidak ada aura seorang manusia di dalamnya. Lantas, apa yang sebenarnya Rizwan cari di sini jika bukan sebuah buku untuk dibaca? Tatapan mata pria itu mengawasi setiap sudut ruangan tanpa melewatkan satu celah pun.

Dirinya berjalan lebih dalam, hingga sampai di bagian paling belakang perpustakaan ini. Terdapat sebuah jendela yang cukup besar, dengan bentuk dan pola yang indah. Sesuatu yang ada di sana membuat Rizwan menghentikan langkahnya.

Ada apa sebenarnya? Tiba-tiba, Rizwan sedikit ragu untuk melangkah ketika melihat seorang pria seumurannya tengah membelakanginya dan memandangi pemandangan di balik jendela besar itu. Pria yang tidak dikenal itu nampak anteng ketika melihat orang-orang yang tinggal bersamanya tengah beristirahat di taman depan Rumah Sakit Jiwa ini.

"Mereka nampak senang dengan mainan aneh itu," ucapnya sembari terkekeh. Apakah ia tidak menyadari kehadiran Rizwan di belakangnya? Pria itu masih bergeming memandangi pemandangan di balik jendela, membiarkan pria yang berdiri sekitar tiga meter di belakangnya terdiam di tempat.

"Sudah lama sekali ya, Rizwan," ucapnya dengan senyuman. Nampaklah seorang pria bertubuh jangkung yang berisi, warna kulitnya normal namun terlihat pucat dan lingkar mata yang sedikit hitam. Rambutnya di cukur dengan tipis, serta senyuman ramahnya bisa membuat siapa pun  akan tenggelam dalam ketenangan saat berbicara dengannya.

Pria itu menunggu jawaban dari Rizwan yang masih terdiam. Terlihat juga sebuah gelang berwarna biru yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Tak lupa, balutan baju berwarna putih yang selalu ia kenakan setiap harinya. Sebenarnya, siapa dia dan kenapa Rizwan ada di tempat ini? Apa tujuannya datang kemari?

"Aku turut berdukacita atas kepergian Ayah, aku harap bisa melihat wajahnya disaat-saat terakhirnya. Tapi sungguh, aku senang kau mau datang ke mari setelah sekian lama." Seketika, pria itu banyak berbicara sambil menempelkan telapak tangannya pada jendela kaca yang dingin itu.

Rizwan masih mematung, ia nampak mengamati pria yang sedari tadi berbicara padanya ini. "Ya, aku senang kau baik-baik saja." Akhirnya, Rizwan membalas perkataannya. "Aku terkejut, dengan cepat kau bisa menyadari kehadiranku," lanjutnya.

"Tidak ada seorang pun yang mau masuk ke perpustakaan tua ini. Tapi, tiba-tiba aku mendengar suara langkah seseorang. Seketika aku yakin, kalau si pemilik suara itu ingin bertemu denganku."

"Kenapa begitu?"

Pria itu tersenyum. "Karena hanya di sini orang-orang bisa menemukanku. Seluruh penghuni rumah sakit ini tahu, kalau perpustakaan ini adalah kamar pribadiku."

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang