23) Pria Bertopeng

281 75 4
                                    

oOoOo

Setelah acara sambutan dan sedikit pembukaan, para tamu bebas untuk berdansa dengan pasangan pilihan mereka. Aturan yang berlaku di pesta ini adalah, setiap ada seseorang yang mengajakmu untuk berdansa, kamu tidak boleh membongkar identitasmu termasuk si orang yang mengajak.

Sebagai pengganti, kamu akan memberitahukan code name atau nama palsumu pada orang itu. Tapi, kamu juga diberi hak untuk menolak dengan alasan apa pun . Dan tentu saja, topeng tidak boleh dilepas sampai pesta ini berakhir. Aku, memberikan sebuah sapu tangan rajut berwarna ungu dengan motif bunga Daisy kesukaan Devi.

Sejujurnya, aku tidak membeli sapu tangan itu. Aku merajutnya sendiri, apakah itu terdengar aneh? Aku belajar, sungguh. Dalam waktu lima hari aku bisa menyelesaikannya karena sapu tangan ini memang tidak berukuran besar. 

Aku tidak tahu pasti apa yang kakak berikan pada Devi. Tapi, ia membungkusnya sangat rapi dengan sebuah kotak berbentuk persegi panjang dengan panjang kira-kira dua puluh cm. Sejujurnya, aku sedikit penasaran dengan isinya. Namun, rasanya percuma saja jika menanyakan hal itu pada kakak.

Lalu sekarang, aku hanya memandangi orang-orang berlalu-lalang di hadapanku. Sesekali juga, aku melihat keharmonisasian tarian dengan alunan musik yang begitu memanjakan mata. Meski pun ini adalah pesta sahabatku, terus terang, aku tidak bisa mengobrol terlalu lama dengannya.

Ia adalah gadis populer dan memiliki banyak teman, sehingga aku tidak boleh egois membiarkannya untuk terus ada bersamaku. Biar saja, lagipula aku terbiasa seperti ini. Aku juga tidak melihat kakak. Pria yang menarik lengan Lolita pergi entah kemana. Apa mereka sedang menari di antara kerumunan manusia ini?

Namun tidak, aku tidak melihat keberadaan mereka berdua. Mereka seakan lenyap begitu saja. Sambil memegangi segelas minuman, aku mematung di pinggir keramaian. Sejujurnya, aku berharap setidaknya ada seseorang yang mengulurkan tangannya padaku. Aku benar-benar aneh.

Meski pun aku di tengah keramaian, tapi rasanya aku tengah membangun duniaku sendiri. Semua pernyataan yang kak Lolita katakan berputar di dalam pikiranku. Ia mengatakan, kalau kejadian itu adalah salahnya. Tapi aku masih tidak tahu dimana letak kesalahannya.

Apakah karena kecerobohannya? Di mana ia saat Graham tenggelam meski pun ia berada dirumahnya sendiri?

Di antara kerumunan orang yang tidak ketahui rupa wajahnya, seorang pria jangkung seketika mengubah atmosfer di sekitar. Entah kenapa, tapi aku rasa di balik topeng berwarna hitam bercorak merah itu, ia tengah melihat ke arahku.

Tidak ingin salah paham, aku menoleh ke arah lain. Dan tanpa disangka, ia berhenti tepat di hadapanku. Ia berperawakan tinggi seperti kakak. Dengan sebuah jas biru tua miliknya, ia mengulurkan tangannya padaku yang dibalut dengan sarung tangan putih.

"Mau menari bersamaku?"  Meski pun ragu, aku menerima ajakannya dengan meraih tangannya. Meski pun dengan sarung tangan, aku bisa merasakan sentuhan hangat pria yang tidak aku ketahui identitasnya ini.

"Iya, tentu saja."

Ia menuntunku dengan lembut kemudian meraih tanganku yang satunya lagi. Kami berdua berhadapan, semerbak parfum maskulin menusuk hidungku. Semuanya begitu menenangkan ketika bersamanya. Ia nampak terdiam sambil menatapku.

Sungguh, aku tidak bisa berlama-lama ditatap oleh pria asing ini. Sesekali, aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, menutupi rasa canggungku ini. Meski pun tidak pandai, setidaknya aku bisa menari berpasangan seperti ini. Tapi jujur, aku tidak bisa memulainya dengan perasaan ini!

Alunan musik kembali diputar, dengan melodi yang tenang. Kaki dan tubuh kami bergerak seirama dengan yang lain. Ia tidak begitu buruk, kami masih bisa menyeimbangkan gerakan kami dengan yang lain.

Bayangan Putih [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang