~°•°•°•°•°•°•°•°•°•~Adel memakaikan gadis kecil itu sebuah gaun pink muda dengan pita senada untuk mempercantik gaun itu. Viona bisa mencium aroma rambutnya yang wangi seperti stroberi dan tubuhnya yang beraroma Vanilla lembut.
"Sekarang nona terlihat seperti peri kecil!" Pekik Adel gemas.
"Umm Kak Adel, bicakah Vio makan dicini caja?" Cicit Viona
"Tidak bisa nona!, nona harus kesana.. Lagipula makanan disana sangat banyak dan tentunya enak!"
Mendengar kata makanan, bahu yang awalnya lemas menjadi tegak semangat.
"Baik! Vio akan pelgi! Vio cuka makan!!" Ujarnya semangat.
'Membujuk nona kecil ternyata sangat mudah hihi. Tinggal bilang makanan maka ia akan menurutinya'
•••
Tok tok tok
Pintu terbuka lalu muncul lah sosok Arthur dengan senyum nya. Ia berlutut ala ksatria dihadapan Viona.
"Sil Altul?"
"Salam Nona, (menunduk hormat) saya ditugaskan oleh Duke Delouz'n untuk menjemput Nona kecil."
Viona mengangguk semangat lalu merentangkan tangannya,
Minta gendong!
Jarak kediaman sangat jauh, tidak mungkin Viona berjalan kaki. Lagipula melihat kebaikan Sir Arthur pasti dia juga tak tega membiarkannya kelelahan.
Arthur yang melihat Viona pun langsung menggendongnya dengan mantap. "Vio tak belat kan?"
Arthur yang mendengarnya terkekeh gemas lalu mengecup pipi Vio sayang, "Tentu, anda sangatlah ringan putri.. Seperti kapas."
"Ugh benalkah?"
"Ya, putri harus makan banyak setelah ini." Arthur berucap tenang sambil berjalan.
Mengangguk semangat, "Hu'um Vio akan makan banyak banyak!!"
"Bagus putri."
Saat mereka memasuki kediaman utama, para pelayan dan pengawal menunduk memberi hormat.
Arthur menurunkan Viona saat telah sampai didepan pintu yang dijaga dua orang pengawal. Salah satu pengawal berseru mengumumkan kedatangannya dan pintu terbuka perlahan.
Viona membeku ketika melihat dua orang duduk disana dengan mata menyorotnya tajam. Ia memilin gaunnya gugup.
Arthur menunduk lalu berbisik, "Nona ucapkan salam pada mereka."
Ia pun berjalan ragu lalu menunduk seraya membentangkan gaunnya seperti yang diajarkan Arthur saat menuju kesini.
"Calam Duke, Calam Tuan Altail. . Cenang beltemu kalian," Ucap Viona.Setelah mengucap salam, Viona mengangkat kepalanya dan tak sengaja bersitatap dengan Duke. Setelah diliat-liat ada sedikit kelembutan dimata Duke saat itu.
"Duduk." Perintah Duke Charon tegas.
Menurut, Viona berjalan dan mencoba duduk didekat kursi yang agak jauh dari Duke dan Altair. Karena tubuh mungil dan kaki pendek nya membuat Vio susah menaiki kursi itu.
Srett
Altair berdiri dari kursinya lalu menggendong tubuh Viona dan mendudukan nya di samping kursinya.
Duke yang merasa didahului putranya hanya menatap tajam dengan tangan terkepal.
Viona yang awalnya merasa takut karna tekanan dan suasana seram menjadi semangat kala melihat banyak makanan dimeja. Melihat binar dimata Viona membuat Duke tersenyum samar.
Sangat menggiurkan kala melihat banyaknya makanan di meja saat ini. Tangan Viona bahkan sudah gatal ingin mencomot makanan itu.
Setelah Duke mulai makan, Altair pun mulai mengikutinya. Vio pun memegang garpu nya dan mencoba memotong dengan tangan mungilnya. Merasa kesusahan vio lantas mencebikkan bibirnya kesal.
Perut Vio sudah lapar!
Tapi daging ini tak mengerti!!
Huhu kasian perut Vio!
Altair yang melihat itu langsung menukar piringnya dengan Viona. Terlihat daging yang telah dipotong kecil-kecil. Vio pun tersenyum lebar dan mengucapkan terimakasih.
"Ugh telimakacih tuan Altail."
Altair yang melihat senyuman itu langsung merona tapi ditutup wajah datarnya. Ia mengangguk singkat dan kembali makan.Sebelum itu ia melemparkan tatapan mengejek kepada Duke yang sudah panas ditempat karna merasa diabaikan.
Viona pun memakan semangat tanpa mempedulikan bibirnya yang belepotan. Duke berdiri dari duduknya dan mengangkat Viona di gendongannya lalu duduk kembali dengan Viona di pangkuannya.
Viona terkejut tapi berusaha abai karena saat ini perutnya sudah sangat lapar!
Duke mengelap noda dibibir Viona dengan menggunakan bajunya. Melihat itu keadaan dimeja makan mendadak hening. Altair yang terbengong tak percaya dan Arthur yang mengulas senyum tipis.
Duke sangat memperhatikan kebersihan dan kenyamanan dirinya. Melihat hal itu tentu mengundang tatapan heran orang-orang.
"Jangan terburu-buru, nanti tersedak." Duke berucap dengan tenang. Viona yang tak sadar hanya mengabaikan dan terus memakan makanannya.
Altair mengepalkan tangannya kala melihat sang ayah menatap remeh dirinya.
Ini tak bisa dibiarkan!
Altair memakan dagingnya dengan cepat tanpa melepaskan tatapan tajamnya untuk sang Duke.
Setelah menghabiskan dagingnya, Viona menyenderkan badannya. Merasa kenyang dan mulai mengantuk Viona tanpa sadar terlelap masih dengan duduk dipangkuan Duke Charon.
Duke yang melihat putrinya tertidur tersenyum tipis dan mulai berdiri dari duduknya dengan Viona di gendongannya.
Saat akan keluar, Duke dihentikan Altair."Biarkan saya yang membawa Vio ke kamar."
Mendengus remeh dan menjawab tenang, "Tak perlu repot, lebih baik kau latihan pedang saja."
Duke pun berlalu darisana diikuti Arthur dibelakangnya. Altair mengepalkan tangan kesal.
"Tck, Sial!, si tua itu!"
Altair pun meninggalkan meja makan dengan wajah merah menahan amarah. Saat ini ia akan menuju tempat latihan untuk melampiaskan kekesalannya.
Pelayan dan pengawal yang melihat itu hanya bergidik ngeri.
Ugh ayah dan anak sama saja!
Sama-sama seram!
~•°•°•°•°•°•°•°•°•°~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Change Of Destiny
Fantasy{Jangan lupa Follow yak! } ~••~ { transmigrasi Series } Hasya Bellvyah, remaja 15 tahun yang harus banting tulang demi membantu biaya Panti Asuhan yang ia tempati. Hidup sebatang kara membuat sosok Hasya menjadi gadis yang kuat dan pemberani. Apa...