~•°•°•°•°•°•°•°•°•°•~Viona kini berdua bersama Altair di taman belakang kediaman utama. Viona merasa gugup dan sedikit takut karena ditatap intens oleh pemuda didepannya.
Tapi, Viona bersikap tenang tak lupa memasang wajah polos dan mengabaikan tatapan Altair.
Altair mendengus kesal karena merasa diabaikan.
"Berapa usiamu?"
"Lima tahun." Vio menjawab sambil mengangkat lima jarinya.
"Benarkah?, baru berusia lima tahun tapi badanmu sudah sangat gembul!" Ejek Altair.
Viona melotot marah mendengarnya, bibirnya mengerucut tidak terima.
Hey! Seorang perempuan sangat sensitif jika menyinggung tentang berat badan!
Altair yang melihat wajah Vio bukannya takut malah gemas.
Lihat pipi gembul itu yang sekarang mengembung kesal, rasanya ingin Altair gigit!
"Vio tidak gembul!" Viona membalas tidak terima.
"Ya, kau tidak gembul-
Vio tersenyum senang lalu tak lama ia kembali kesal saat mendengar lanjutan perkataan Altair
Tapi gendut hahahah."
Entah mengapa melihat Altair tertawa membuat Viona tergugu.
Yang Viona tau, Altair tak pernah tertawa bahkan tersenyum di cerita novel yang ia baca. Tak ada ekspresi lain, selain datar dan marah.
Tapi ini?!
Altair bahkan sampai mengeluarkan air mata sedikit karena tertawa keras.
Huh, ternyata plot-nya sudah banyak berubah!
"Tampannya!," Celetuk Vio membuat Altair berhenti dari kegiatannya.
Altair melihat kearah Vio yang tersenyum lebar kearahnya, binar dimata Vio membuat hati Altair membucah semangat.
Vio mendekat lalu mengecup pipi Altair kilat. "Teluc telcenyum!."
Altair menegang karena gerakan cepat yang dilakukan Viona.
Tangannya dengan refleks memegang pipi bekas ciuman Viona tadi. Seulas senyum terbit dibibirnya kala merasa sebuah euphoria dihatinya.
Altair mengangkat gadis mungil itu ke pangkuannya dan mulai menerjang wajah Viona dengan kecupan.
Viona tertawa karena merasa geli.
"Hahhaa... Tuan belhenti.. Vio haha geli.."
Merasa kasihan, Altair pun berhenti.
"Berhenti memanggilku tuan!" Ucap Altair tajam
"Lalu? Vio panggil apa?" Tanya Vio penasaran.
"Terserah, Yang penting jangan tuan!." Altair berkata acuh seolah tak peduli, berbeda dengan hatinya yang terus menggerutu kesal karena gadis didepannya tak peka.
' Panggil aku kakak bodoh! '
"Cil Altail?"
"Tck, sama saja!!!" Sentak Altair
"Eh Vio calah?, kalau begitu apa? Vio kan tak tahu!" Gerutu Vio dengan bibir mengerucut lucu.
Mendengar itu Altair dibuat murung bercampur kesal. Ia pun menurunkan Viona di sampingnya lalu berdiri berniat pergi.
Huh bayi besar merajuk!
"Kak Altail?" Ucap Vio saat terpikir panggilan itu.
Kuharap aku tak mati karena berani memanggilnya kakak!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Change Of Destiny
Fantasy{Jangan lupa Follow yak! } ~••~ { transmigrasi Series } Hasya Bellvyah, remaja 15 tahun yang harus banting tulang demi membantu biaya Panti Asuhan yang ia tempati. Hidup sebatang kara membuat sosok Hasya menjadi gadis yang kuat dan pemberani. Apa...