Chap : Jangan Pergi!

6.5K 775 18
                                    


~•°•°•°•°•°•°•°•°•°~

Duke meletakkan Viona di ranjang kamarnya. Ia melihat Vio yang sedang tidur meringkuk sambil menghisap jempolnya.

Duke tak bisa mengalihkan pandangannya dari Viona, putrinya.

Duke merasa aneh dengan dirinya sekarang, dia merasa putrinya sedikit berubah dan itu sedikit mengganggu nya.

"Apa yang terjadi padamu selama ini?"

Duke mengusap pipi merah Vio, terasa lembut dan halus. Duke melihat wajah putrinya lekat, "Kau persis seperti Valerie."

Viona yang merasa terganggu mulai mengerang dan membuka mata perlahan. Duke hanya diam dengan memandang Viona lekat.

"Eunghhh" Lenguh Viona.

Hal yang ia liat pertama kali adalah wajah tampan Duke Charon.

Hah?!

Duke Charon?

Tidak! Mengapa malaikat kematian ku disini?!

Viona yang sudah sadar segera berangkat berniat pergi, namun segera dihentikan Duke.

"Diam ditempatmu."

Viona berhenti bergerak dengan pose berjalan diatas tempat tidur. Mata melotot dengan bibir kecil mengerucut membuat Duke gemas, tak tahan ia segera membawa Vio ke dalam pelukannya lalu mengecup kening putrinya sayang.

Viona yang merasakan pelukan nyaman mendadak membeku.

' ini rasanya dipeluk ayah? Ugh sangat nyaman! Vio suka! '

Karena dikehidupan sebelumnya ia belum pernah merasakan pelukan hangat dari orang tua. Perlahan mata nya mulai mengembun menahan tangis.

"Hiks.. Hiks"

Duke yang mendengar isakkan Viona langsung melepaskan pelukannya dan memandang putrinya.

Hati Duke terasa sakit seperti dihantam sesuatu kala melihat mata sembab putrinya. Merasa tak tahan, Duke langsung mengusap air mata Viona dan mendekap nya erat.

"Jangan menangis putriku, hati ayah sakit melihat itu," Ucap Duke lembut.

Untuk pertama kalinya seorang Duke Delouz'n berbicara lembut setelah kematian sang Duchess.

Mendengar ucapan lembut Duke membuat hati Viona menghangat.

Baiklah, untuk sementara-

Lupakan tentang malaikat maut!

Karena sekarang yang Viona liat hanyalah seorang ayah yang khawatir kepada anaknya.

"P-putli?"

"Ya, kau Viona putriku," Jawab Duke.

"Berhenti menangis sayang," Tenang Duke sambil mengusap punggung mungil Viona.

Viona melepas pelukannya walaupun sedikit sulit karna pelukan Duke terlampau erat.

Viona menunduk dengan tangan yang disatukan. Duke yang melihatnya dibuat heran.

"Duke, V-vio minta m-maaf," Ujar Viona pelan.

Mendengar panggilan itu membuat hati Duke teremas sakit.

"Minta maaf untuk apa sayang? " Tanya Duke dengan tatapan lembut.

"Vio tau kalau vio calah kalena cudah membuat ibu meninggal. Tapi Vio juga cedih ..kalau Vio tau kalau Vio lahir ibu akan pelgi lebih baik Vio caja yang pelgi. Kacian Duke dan tuan Altail kalena tak bica melacakan kacih cayang ibu lagi.. Vio lasanya ingin di cayang cedikit caja, tapi vio tau kalau vio tak belhak mendapat kacih cayang kalian."

Mendengar itu membuat Duke langsung merasa sangat sedih dan meraga gagal menjadi ayah yang baik.

Duke menangis tersedu-sedu kala mendengar semua itu. Kilasan kejadian dulu saat ia mengabaikan putrinya terbayang di memorinya.

Apa pikirannya saat itu?!

Mengapa ia begitu bodoh sekali?!!

Bisa-bisanya ia mengabaikan sosok gadis berhati malaikat seperti ini!!

Duke langsung memeluk tubuh mungil Vio erat. Ia kembali menangis karna menyesal dengan kelakuan bodohnya dulu.

Viona tentu terkejut kala melihat Duke menangis. Berlagak sok bijak, Viona menegakkan tubuhnya lalu memukul pelan punggung Duke berniat menenangkan.

"Duke tak boleh cedih, kalau Duke cedih nanti vio ikutan cedih."

"Vio janji, vio akan pelgi. Duke tak akan kelepotan lagi kalena Vio. Tapi bicakah Duke belikan uang untuk vio? Kalena vio tak punya uang untuk pelgi," Ujar Viona sambil memasang wajah murung.

Pergi?!

T-tidak putriku tak akan kemana-mana!

"Kalau begitu jangan pergi!, tetap disini!" Tekan Duke.

Entah mengapa mendengar kata pergi membuat perasaan Duke menjadi tak karuan. Cukup Valerie yang pergi meninggalkan nya, jangan Viona juga.

Jika sampai Viona pergi meninggalkan nya entah apa yang terjadi kedepannya.

Memikirkannya bahkan membuat Duke resah apalagi jika terjadi.

"E-eh?! Tidak bica Duke... Vio melasa tak pantac."

"Apa maksudmu sayang?!, kau putriku.. Kau anakku!, kau berhak mendapatkan itu... Mulai sekarang kau akan terus bersama ayah, maafkan kebodohan ayahmu ini dulu Vio," Ujar Duke sambil menunduk menitikkan air mata.

Vio yang melihat Duke menangis, menghapus air mata dengan tangan mungilnya. Melihat Duke sedih entah mengapa membuat Viona ikut merasakan sakit.

"Duke tak pellu minta maaf, Duke tidak calah...yang calah itu Vio kalena vio lahil ibu jadi meninggal."

Mendengar ucapan putrinya Duke Charon merasa sakit..

Bahkan rasanya lebih sakit daripada terluka saat di medan perang.

"Sayang..Kamu tidak salah, Ibu meninggal karena takdir. Ibu meninggal karena sudah waktunya untuk bertemu Tuhan. Kumohon jangan katakan itu lagi putriku, lebih baik ayah tertusuk pedang ketika perang daripada mendengar kata - kata itu." Duke kembali menangis tersedu-sedu.

Mendengar itu, membuat Viona bahagia. Ia segera memeluk Duke erat diikuti tangisan kecilnya. Duke membalas pelukan putrinya tak kalah erat seraya mengecup kepala putrinya sayang.

Mereka tak sadar, jika sedari tadi ada seseorang yang melihat semua itu. Sosok itu lalu berbalik pergi sambil mengulas senyum penuh arti.

' Syukurlah kau telah sadar Charon. Tapi maaf, aku tetap akan mengambilnya darimu '

~•°•°•°•°•°•°•°•°•°•~

The Change Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang