~•°•°•°•°•°•°•°•°•°•~Ada apa kau kemari?" Tanya Altair.
"Aku diperintahkan ayahanda untuk menemui Duke Charon dan putranya, " Jawab Ardiaz.
Saat ini mereka sedang duduk berhadapan di ruang kerja Duke Charon. Setelah kejadian di meja makan tadi, Duke tiba-tiba datang dan langsung membawa Viona pergi.
Saat itu, Duke mengatakan bahwa ia akan menunggu mereka di ruang kerjanya. Tapi yang mereka dapatkan hanya ruangan kosong tanpa ada pemiliknya.
Huh, pasti Duke lama karena sedang bersama Viona.
Laki-laki tua itu akan lupa dunia jika itu tentang putrinya.
Dasar Bucin!
Cklek
Pintu terbuka dan masuklah Duke Charon dengan wajah tenang, Sepertinya suasana hati sangat Duke sedang baik.
Oh, jangan lupakan Arthur yang selalu setia menemani Duke dibelakang dengan wajah letih nya.
Ia berhasil mengerjakan perintah Duke mengenai Para Koki. Sayang nya ia hanya bisa membawa sebagian saja, syukurnya Duke tidak terlalu menanggapi itu.
"Apa yang diinginkan Alex, sehingga mengirim puteranya ke kediamanku." Duke berujar sambil menyorot Ardiaz tajam.
"Ayah mengirim ku karena perintah dari yang mulia raja mengenai perayaan nanti," Jawab Ardiaz tenang.
"Oh, Hector sudah mengatakannya padamu?" Tanya Duke mengerti arah pembicaraan ini.
"Hmm, lebih tepatnya pada ayah."
"Tunggu, sebenarnya ada apa ini?" Tanya Altair yang bingung.
"Tck, bodoh." Umpat Ardiaz.
Mendengar itu Altair hanya diam tak peduli.
"Nanti akan Arthur jelaskan. Sekarang lebih baik kalian pergi dari sini. Aku sibuk!" Ujar Duke lalu mengerjakan kertas yang sudah menumpuk di atas meja.
' Kenapa harus saya? ' batin Arthur meringis lelah
"Baik, permisi Duke!" Salam Ardiaz lalu berlalu dari sana.
"Salam ayah." Altair segera pergi untuk menyusul Ardiaz.
"Kenapa ia terlihat buru-buru sekali?" Tanya Arthur heran lalu mengedikkan bahu acuh.
"Huh, kapan kertas ini selesai. Aku rindu putriku." Gerutu Duke Charon.
Arthur yang mendengar itu menghela nafas sabar.
Padahal Duke barusan bersama Viona di kamarnya, dan sudah rindu?!
Huh memang bucin!
•••
"Tunggu!"
Ardiaz menghentikan langkah nya ketika mendengar suara Altair.
"Ada apa?" Tanya Ardiaz tenang.
"Apa maksudmu dengan mengatakan adikku adalah milikmu?!"
"Dia memang milikku oh lebih tepatnya dia adalah adikku bukan adikmu." Ujar Ardiaz santai.
"Beraninya kau?!!" Altair menarik kerah Ardiaz dengan mata menyorot tajam.
"Tentu saja. Untuk apa aku takut denganmu." Ardiaz menghempaskan tangan Altair dari kerahnya.
"Kau yang sudah menelantarkan Viona dulu. Jadi, jangan salahkan aku jika Viona akan ku rebut dari mu!" Ucap Ardiaz tajam yang berhasil membuat Altair menegang kaku.
Menelantarkan?
Ia memang menelantarkan Viona dulu,
Dan ia menyesal..
Sangat menyesal..
Tapi itu kan dulu, sekarang ia berbeda!
Ia menyayangi adiknya!
Sangat!
Melihat wajah Altair, Ardiaz terkekeh remeh.
"Tunggu tanggal mainnya Altair Rou Delouz'n," Ujar Ardiaz tersenyum licik.
Ia menepuk bahu Altair pelan lalu berbalik pergi.
"Arghh sial!" Kesal Altair.
Seseorang yang melihat kejadian itu hanya tersenyum kecil, "sepertinya akan ada pertarungan hebat nanti."
•••
"Ugh Viona ingin Ecklim," Ucap Viona lesu.
Ia saat ini sedang berbaring di kasur Duke.
Viona bosan, ia ingin berjalan-jalan rasanya. Baru saja ingin berangkat, ia teringat wajah Duke. Viona menjadi ragu dan kembali baring di kasur.
"Viona akan pelgi dan mencali Adel!" Ujarnya girang lalu turun dari kasur.
Ia berjalan di lorong-lorong gelap dan sepi yang ada di kediaman Delouz'n.
Viona sekarang merasa takut, ia tersesat dan sama sekali tak ada orang disini.
"Hiks.. Hiks.. Vio takut." Tangis Viona lalu berlari tanpa melihat jalan di depannya.
Brukk
Viona terjatuh kala merasa ditabrak sesuatu. Ia semakin menangis kencang kala merasa sakit di bokongnya.
"Huaaa!!!, takit.. Vio takit hiks.. Huhu.."
Merasa ditabrak sesuatu orang tersebut langsung berbalik, dan menemukan sosok gadis mungil yang terduduk sambil menangis kencang.
Orang itu terkejut lalu menormalkan ekspresi wajahnya kembali.
Ia mengangkat Viona dan menggendongnya koala. Ia mencoba menenangkan Viona dengan mengelus punggung nya.
"Tenanglah." Ujarnya datar tapi penuh kelembutan.
Mendengar suara seseorang Viona langsung mendongak dan melihat sosok pria sepantaran Duke dengan mata bewarna biru kristal, sepertinya.
Sejenak mata mereka bertemu, pria tersebut menatap Viona dengan seulas senyum penuh arti.
Sedangkan Viona ia terpaku kala melihat sepasang bola mata dari pria ini, yang sama seperti miliknya.
"Kita bertemu lagi dear, ayah merindukanmu...Arra."
~•°•°•°•°•°•°•°•°•~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Change Of Destiny
Fantasy{Jangan lupa Follow yak! } ~••~ { transmigrasi Series } Hasya Bellvyah, remaja 15 tahun yang harus banting tulang demi membantu biaya Panti Asuhan yang ia tempati. Hidup sebatang kara membuat sosok Hasya menjadi gadis yang kuat dan pemberani. Apa...