Chap : Dua Puluh Tujuh.

1.9K 404 18
                                    

~•°•°•°•°•°•°•°•°•~

Duke saat ini sedang mengerjakan tugasnya di ruang kerja. Ia sesekali melihat kearah Putrinya yang saat ini masih sibuk dengan lukisannya. Duke menahan gemas kala melihat raut serius Viona yang malah terlihat lucu.

Duke pun memilih menyudahi pekerjaannya untuk melihat sang putri. Ia duduk di sofa yang ada disana lalu mengangkat Viona pada pangkuannya.

"Papa~ Sebentar, jangan ganggu Vio! Vio masih fokus," Protes Vio sambil mengembungkan pipinya.

Duke mengulum bibir menahan gemas, ia pun mencium pipi Putrinya. "Papa~ Jangan ganggu Vio,,Huwaaa!" Seru Vio kesal lalu menangis kencang.

Duke tersenyum simpul lalu membalikkan badan putrinya untuk menghadap kearahnya. Ia mengusap air mata Viona lalu mengecup kening putrinya lama. "Jangan mengabaikan Papa Vio," Cicit Duke pelan.

Melihat Viona yang serius hingga melupakan dirinya membuat Duke sangat kesal.

Haruskah ia membuang semua alat lukisan ini?!

Viona mengangkat kepalanya, masih dengan mata sembab dengan pipi merahnya. Ia mengerjab mata tak mengerti, "Memangnya kenapa Papa?"

"Papa tak suka!" Ujar Duke lalu memasang wajah murung dan mengalihkan pandangannya.

Ekhem, Duke merasa malu sekarang.

"Kenapa Papa tak suka?" Tanya Vio sambil memiringkan kepalanya lucu.

"Duke cemburu melihat Nona yang terlihat sibuk dan melupakan dirinya."

Bukan Duke yang menjawab, melainkan Arthur.

Arthur terdiam dan memukul mulutnya pelan, Astaga kenapa Mulutnya tak bisa diajak kerja sama?!

"Papa cemburu?" Tanya Viona dengan tatapan jahil.

"S-siapa bilang?! Papa biasa saja!" Elak Duke cepat.

"Sir Arthur yang bilang Papa~"

"Tck, jangan dengarkan orang aneh itu. Dia hanya mengada-ngada!"

Viona memandang jahil kearah Duke yang saat ini menatap tajam Arthur. "Kalau begitu Vio mau lanjut melukis dulu, Papa jangan ganggu yaa..."

Mendengar itu Duke sontak melotot tak terima, "Tidak!"

Vio tersentak mendengar nada tinggi Duke, "Papa membentak Vio?"

"T-tidak sayang, Papa mana tega melakukan itu."

"Hiks,,, Papa membentak Vio?" Tanya Vio sambil terisak.

"Sayang, jangan menangis." Duke mengelus punggung putrinya sambil mengusap air mata Viona.

"Hiks,,, Papa bentak Vio Huwaaa,,, Hiks..." Tangis Vio kencang.

"Sayang sudah ya, Papa tidak ingin melihat air mata berharga ini terbuang sia-sia, Apalagi itu karena Papa," Ujar Duke sambil menimang putrinya.

"Hiks,, Hiks,, I-iya Papa~"

Duke mengeratkan pelukannya sambil membubuhi kecupan di kening putrinya.
Duke memang jarang mengatakan rasa sayang nya pada Viona, ia pikir itu tak perlu. Hanya dengan perilakunya selama ini, ia harap Viona mengerti jika ia sangat menyayangi anak itu.

"Haruskah Papa menghukum Arthur, karena ini sayang?" Tanya Duke santai.

Arthur melotot tak terima. Ia hanya berdiri diam disini, tapi mengapa dia yang dihukum?!

Sedangkan Viona menatap Duke polos, "Apa hubungan nya Papa?"

"Ada atau tidak hubungannya, ia akan tetap Papa hukum," Ujar Duke santai.

The Change Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang