~•°•°•°•°•°•°•°•°•~Semua makanan kini telah tersaji diatas meja. Mata Viona berbinar senang kala melihat semua makanan kesukaannya ada disana. Ia mendongak menatap Altair yang kini tersenyum kecil melihat tingkahnya.
"Ini benal-benal buat Vio?!" Tanya Vio semangat.
Altair mengangguk tersenyum puas sambil menepuk dada bangga, "Ya, semua makanan itu aku yang meminta mereka membuatnya!"
"Menyuluh olang saja bangga," Celetuk Vio tanpa sadar.
Melotot terkejut Altair berseru, "Heyyy!, kau berani ya padaku sekarang!"
Mengerti bahwa ia salah ucap, Vio menggeleng kencang. "E-eh bukan, makcud Vio kakak cangat hebat!"
Ia tak ingin Altair marah dan menyuruh pelayan membawa makanan menggiurkan itu!
"Tck, lupakan. Cepat makan!" Ketus Altair tapi tak ayal pipinya sedikit memerah karena dipuji oleh adiknya.
Ia lalu mengangkat Viona untuk duduk di kursi sampingnya.
"Telimakacih kak!" Seru Viona tersenyum lebar, lalu mulai mengambil paha ayam yang sudah ia tandai sejak tadi.
"Hmm." Jawab Altair sambil mengelus rambut Viona sayang.
Altair tersenyum kecil kala melihat cara makan Viona yang berantakan.
Vio memakan paha ayam itu langsung dengan tangan mungilnya, Vio bahkan memakan paha ayamnya dengan gigitan besar.
Huh, sangat tidak bangsawan sekali!
Tapi tak apa, Altair tetap sayang!
Lihatlah pipi chubby yang semakin bulat itu karena mengunyah banyak makanan,
Sangat Menggemaskan!
"Pelan-pelan gembul, tak akan ada yang mencuri ayam mu," Tegur Altair sambil mengusap noda diujung bibir Viona. Tanpa rasa jijik, Altair memasukkan itu ke mulutnya.
"Kwakwak tak mwakan?" Vio berkata tak jelas karena banyak daging di mulut nya.
"Tidak, melihatmu makan saja sudah membuat ku kenyang," Altair tersenyum geli kala mengucap itu.
Ia refleks tau!
"Ugh, apa bica kenyang kalau kita melihat olang makan?" Tanya Vio polos.
Wajah Altair masam kala mendengar itu.
Ia kira Viona akan merona atau malu karena mendengar gombalan kecilnya.
' bocah ini sangat polos! '
"Lupakan, lanjut makananmu! Kalau tak mau biar aku suruh pelayan membawa makanan itu pergi."
"Tidak!!!, jangan dibawa.. Vio macih lapal!" Viona kembali makan dengan mata memicing Altair tajam.
Jaga-jaga siapa tau Altair benar-benar akan membawa makanannya!
Kan Mumbadzir!
Lebih baik buat Vio saja!
Saat sedang fokus menatap Viona makan, ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.
Tok tok tok
"Masuk!"
Seorang pengawal masuk lalu membukuk hormat.
"Salam tuan muda.. Salam Nona kecil."
"Hmm," Altair menjawab malas.
"Iya tuan pengawal," Sapa Viona ceria, lalu kembali makan.
Makan teros!
Melihat senyuman itu, berhasil membuat pengawal tersebut merona salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Change Of Destiny
Fantasy{Jangan lupa Follow yak! } ~••~ { transmigrasi Series } Hasya Bellvyah, remaja 15 tahun yang harus banting tulang demi membantu biaya Panti Asuhan yang ia tempati. Hidup sebatang kara membuat sosok Hasya menjadi gadis yang kuat dan pemberani. Apa...