Leo Menyebalkan dan Nesyi Kurang Ajar

101 79 11
                                    

Happy Reading✨

Masih di tempat yang sama. Rooftop sekolah. Berkumpul para anggota inti dari BlackBlood, menatap sang ketua dengan datar dan penuh akan keheningan. Sampai salah satu dari mereka jengah dan akhirnya membuka suara.

"Kenapa lagi lo?" Tanya Dafit to the point.

Dhefin melihat ke arah Dafit yang berdiri sembari bersandar di dinding, serta tangan yang di lipat di dada. "Nggak ada."

"Jangan bohong!"

Dhefin menghela nafas. "Gue cuma jujur doang."

"Soal apa?"

"Perasaan."

"Uhuk uhuk. Apaan?" Kaget Robin yang tengah meminum Cappuccinonya.

Dhefin memandang dengan datar. "Gue suka Nesyi."

Sontak yang lain membelalakan matanya. "Hey bro! Lo baru ketemu dan kenal dia. Bisa-bisanya udah main suka, aja!" Ujar Raja tak habis pikir.

Tomi terkekeh. "Gue kira lo enggak bisa suka sama, orang."

"Gue masih suka cewek ya, tolong!"

Raja terbahak. "Hahaha. Habisnya kita nggak pernah lihat lo suka sama orang lain."

"Jadi gimana?"

"Gue ngaku sama Lion."

"Terus?"

Dhefin kemudian menceritakan apa yang terjadi beberapa saat lalu kepada gengnya. Mereka mendengarkan cerita sang ketua dengan seksama.

"Gitu." Ucap Dhefin menyelesaikan ceritanya.

Yang lain hanya mangut-mangut setelah Dhefin bercerita. Mereka memandang Dhefin sendu, tak tega dengan keadaan sang ketua. Tentu saja, mereka bukan hanya anggota, tapi juga sahabat sekaligus keluarga Dhefin. Jadi, tentu saja mereka mengetahui seluk beluk keluarga Dhefin.

Suasana kini kembali hening. Dhefin yang sibuk dengan pikirnya, dan anggota yang memandang dirinya dengan sendu.

"Terus, maksud lo tadi?" Tanya Robin.

Dhefin menaikkan alisnya sebelah. "Yang mana?"

Bintang melirik. "Keluarga."

Dhefin mengerutkan dahinya, tidak mengerti maksud sahabatnya itu.

Tomi menghela nafas jengah. "Maksud lo apa bilang kalau lo nggak punya keluarga?"

"Kita lo anggap apa selama ini?"

"Berarti selama ini lo cuma anggap kita anggota lo aja, ya?"

"Atau memang nggak lo anggap sama sekali."

"Ya Tuhan! Lo bener-bener ya, Dhef!"

Pertanyaan demi pertanyaan pun terus di lontarkan oleh para sahabatnya. Jujur saja, Dhefin juga merasa bersalah dan menyesal atas ucapannya beberapa saat lalu. Seharusnya ucapan itu tak keluar dari mulutnya.

Kita Berbeda [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang