Kesedihan yang Mendalam

15 6 2
                                    

Seperti biasa, vote dulu ya besty....
Ingat! Baca part sebelumnya dulu jangan langsung biar nggak bingung sama alurnya
💜

Happy Reading✨

Kepergian Frengklin tentu meninggalkan kesedihan yang mendalam untuk semua orang, apalagi kepergian pemuda itu terbilang sangat tragis bahkan hingga saat ini Galang masih mengunci dirinya di kamar.

Sikap Galang itu tentunya di maklumi oleh para anggota yang lain, siapa yang tidak sedih jika di tinggal pergi untuk selamanya oleh sahabat yang telah dianggap sebagai saudara sendiri? Tentu saja tidak ada.

Duduk di pojok ruangan sembari memeluk sebuah figura foto, itulah yang dilakukan Galang. Sungguh, kesedihannya sudah tidak bisa dijabarkan lagi, ia hanya dapat berdiam diri sembari memandang depan dengan tatapan kosong. Pikiran pemuda itu terus saja membawanya pada masa-masa bersama Frengklin.

Flashback on

"Lang! Impian lo, apaan?" Tanya Frengklin, ia dan Galang tengah berada di taman belakang rumah Frengklin, duduk di rerumputan sembari memandangi ribuan bintang di langit. Malam ini cuaca sangat cerah.

"Impian?" Ulang Galang. "Di masa depan, kemana pun lo pergi, gue juga bakal ada di sana."

Frengklin terkekeh, sudah sangat hafal dengan jawaban sahabatnya ini. "Jadi, kalau gue lompat dari tebing lo juga bakal ikut lompat?"

Galang mengangguk mantap. "Di mana ada Frengklin, di situ ada Galang. Di mana pun itu, bahkan di alam lain dan dimensi lain sekalipun."

Frengklin mengalihkan pandangannya  pada Galang, ia kemudian tertawa mendengar penuturan dari sahabatnya itu.

"Cita-cita lo pingin jadi presdir dan di sana gue yang bakal jadi CEO-nya."" Lanjut Galang. "Btw, kalau impian lo, apaan?"

"Di masa depan, kalau kita udah punya pasangan masing-masing. Gue pingin resepsi pernikahan kita diselenggarakan dihari dan tempat yang sama." Jawab Frengklin. "Rumah kita pokoknya harus tetanggaan, biar lo nggak bisa jauh-jauh dari gue. Nanti jodohin aja anak-anak kita kalau seandainya gender mereka beda."

Kali ini Galang yang tertawa menanggapi jawaban dari Frengklin. Intinya, persahabatan mereka ibaratkan sebuah motor dan busi, jika tidak ada busi maka motor itu tidak akan pernah bisa hidup.

"Mari lakuin banyak hal bersama, Lin. Ingat! Lo nggak boleh pergi duluan sebelum gue. Kalau pun lo mau pergi, harus ada izin dari gue." Tegas Galang.

Frengklin tersenyum kemudian mengangguk. Kedua pemuda itu lantas kembali memandangi langit cerah malam itu.

Flashback off

"Kemana pun lo pergi, gue juga bakal ada di sana." Gumam Galang.

Pemuda itu kemudian bangkit dan berjalan menuju meja belajarnya, mengambil sebuah kertas dan pena, lalu mulai menulis kata demi kata di sana.

(*^_^*)

"Nggak tega gue lihat mereka, kemarin." Ujar Robin mengingat kejadian tempo hari. Mereka saat ini tengah berkumpul bersama di markas persatuan.

Kita Berbeda [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang