Terhalang Tembok Besar dan Kokoh

23 6 4
                                    

Happy Reading✨

Brukk!

"Aduh!" Rintih Nesyi dan Dhefin bersamaan ketika mereka tidak sengaja bertabrakan di koridor.

Hal itu membuat buku-buku yang dibawa oleh Nesyi jatuh berserakan.

"Eh? Sorry, sorry gue nggak sengaja." Sesal Dhefin yang langsung membungkuk memunguti buku-buku tersebut.

"Iya-iya, nggak apa-apa." Ucap Nesyi yang ikut membungkuk mengambil bukunya namun tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan saat ingin mengambil buku yang sama, refleks mereka saling melihat satu sama lain.

Sekitar beberapa menit kejadian itu berlangsung dengan Dhefin yang kagum memandang wajah cantik Nesyi, lihatlah betapa sempurnanya Tuhan menciptakan wanita di depannya ini. Nesyi pun sebaliknya, menatap kagum wajah tampan dan tegas milik Dhefin.

"Ekhem!" Deheman keras itu berhasil menyadarkan kedua insan tersebut.

Dhefin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf, Nes. Gue nggak bermaksud,"

Nesyi tersenyum canggung. "Iya kak, nggak apa-apa."

"Heee si, bos. Pagi-pagi udah ngebucin!" Seloroh Robin dari arah belakang. Anggota BlackBlood memang selalu pergi kemana pun bersama-sama.

"Berisik lo, Turbin angin!" Sentak Dhefin, sedangkan Nesyi sudah salah tingkah sendiri. Mati-matian gadis itu menyembunyikan rona merah di wajahnya.

Robin melongo. "What? Nama gue yang indah mempesona bak pangeran Kris Sun dari Dinasti Qing, lo sebut turbin angin? Wah! Keterlaluan, sih." Kesalnya.

Tomi merolling bola matanya jengah. "Lebay!"

"Hm, gue permisi dulu, ya. Bye-bye." Pamit Nesyi berjalan sembari menundukkan kepalanya.

"Oh, iya-iya." Balas Raja.

Merasa ada yang aneh dengan sifat Nesyi hari ini, membuat Bintang dan Dafit kompak berbalik ke belakang melihat kepergian gadis itu.

"Jangan bilang kalau dia juga... Punya rasa ke Dhefin." Batin Dafit curiga.

"Kayanya gue mulai ngerti dengan keadaan." Batin Bintang masih terus melihat Nesyi hingga punggung gadis itu hilang dibalik pintu kelasnya.

"Udahlah, yok lanjut ke kelas." Perintah Dhefin pada akhirnya.

(*^_^*)

Sementara itu, Nesyi yang tengah berada di dalam kelas terus saja memegang dada sebelah kirinya, karena sampai saat ini jantungnya masih berdetak tidak karuan.

"Astagfirullah. Tenang Nesyi, tenang." Ujarnya pada diri sendiri sembari mengontrol nafasnya yang tidak beraturan.

Untuk pertama kalinya gadis itu melihat wajah Dhefin dari jarak dekat. Hal itu, tentu membuat perasaannya menjadi tidak menentu.

"Gila, sih! Ganteng banget ciptaan-Mu, Ya Allah. Gimana, ini? Nesyi bisa sakit jantung kalau terus-terusan dekat sama dia," resah Nesyi. Padahal gadis itu sudah pernah dibawa ke pelukan Dhefin tapi sayangnya keadaan saat itu sangat kacau membuat momen indah menjadi sia-sia.

Kita Berbeda [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang