Jangan lupa vote sebelum baca ya guys. Please baget. Please!
Happy Reading✨
Hari ini adalah libur akhir pekan. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke pantai. Kalau diingat-ingat, sudah lama juga mereka tidak pergi ke tempat itu untuk melihat sunset.
"Gue mau beli es kelapa, ada yang mau ikut?" Tawar Nesyi sembari berdiri dari duduknya.
"Gue ikut," ucap Dhefin menanggapi. Kedua pasangan itu lantas segera pergi untuk membeli es kelapa.
"Nesyi," panggil Dhefin saat mereka tengah menikmati es kelapa di kursi depan kedai.
"Hm,"
"Kalau ada yang suka sama lo, gimana?"
Nesyi mengernyit. "Gimana apanya?"
"Ya, lo mau nerima orang itu nggak, kalau seandainya dia minta lo jadi pacarnya,"
"Nggak," jawab Nesyi dengan yakin.
"Kenapa?"
"Di dalam Islam kita nggak boleh yang namanya pacar-pacaran, haram,"
Dhefin mengangguk. "Kalau dijadiin, istri?"
Nesyi memandang lautan luas yang berada di depannya. "Bisa dipertimbangkan,"
"Meskipun beda keyakinan sama, lo?"
Nesyi kemudian menoleh, membuat Dhefin yang tengah diam-diam memandangi wajahnya, seketika ikut menoleh ke arah lain.
"Kayanya gue udah pernah jelasin soal ini deh ke lo,"
Dhefin mengangguk, ia kembali beralih menatap tepat pada netra hitam milik Nesyi. "Iya, gue tau. Kan cuma nanya, doang, kalau seandainya hal itu terjadi sama lo, gimana,"
"Yaaa, mau nggak mau, harus gue tolak."
"Karena itu gue nggak mau semakin jatuh hati sama lo, kak. Karena gue yakin, gue nggak akan bisa nolak kalau orang itu adalah lo," batin Nesyi.
Dhefin langsung terdiam setelah mendengar jawaban Nesyi, pemuda itu kemudian beralih memandang ke arah lautan yang terbentang luas itu.
Hatinya tiba-tiba terasa sangat sakit ketika mendengar jawaban Nesyi. Memang seharusnya ia tidak bertanya. Terkadang, kita tidak perlu mengetahui atau mencari tau hal apa pun yang kemudian akan menyakiti perasaan sendiri. Berpura-pura bodoh tidak akan membuat seseorang benar-benar menjadi bodoh, namun jika seseorang melakukan hal itu, artinya orang tersebut hanya ingin ketenangan dalam hidupnya.
"Yaudah, yok balik ke yang lainnya," ajak Dhefin.
Nesyi menggeleng tegas. "Gue masih mau, di sini, panas soalnya. Lo kalau mau ke sana duluan, ya pergi aja, gue nggak apa-apa, kok," tolaknya dengan halus.
Dhefin menghela nafas, ia akan tetap berada di sini menemani gadis itu. Tidak aman jika harus meninggalkannya sendiri di tempat seramai ini.
"Lo nggak balik?" Tanya Nesyi yang melihat Dhefin masih duduk anteng di kursinya.
"Nggak,"
Gadis itu menggidikkan bahu lalu kembali meminum es kelapa mudanya sembari memainkan ponsel. Sementara Dhefin diam-diam mencuri pandang pada gadis yang duduk di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Berbeda [Ending]
Teen Fiction⚠️DILARANG KERAS UNTUK MENJIPLAK! INGAT LEBIH BAIK BURUK TAPI HASIL KARYA SENDIRI. DARI PADA BAGUS TAPI HASILKARYA ORANG LAIN!⚠️ BELUM REVISI, harap bijak dalam membaca