BAGIAN 25

685 58 1
                                    

Happy reading














Tok tok tok

"SEBENTAR!" teriak seorang wanita dari dalam.

"siapa orang yang tidak punya sopan santun bertamu dini hari seperti ini. "

Di luar, Shakila bisa mendengar jelas jika Elena tengah menggerutu kesal karena ketukan pintu darinya.

Dingin dan gelapnya malam membawa Shakila ke depan rumah Elena. Tidak tahu apa yang membawanya ke mari, padahal rumah Shakila tepat di depan sebelah kanan rumah Elena. Tapi langkahnya membawa ke depan rumah Elena.

Elena membuka pintu dan langsung terkejut mendapati Shakila berada di depan rumahnya dengan penampilan yang jauh dari kata baik. Baju yang berantakan, hijab yang tidak tertata rapi, wajahnya yang merah dengan air mata yang membasahi.

Elena menatap iba Shakila.

"Shakila..."

Shakila menggeleng, menahan tangis. Elena yang paham dengan situasi segera membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Tangis Shakila kembali pecah di dalam pelukan Elena. Tangisnya terdengar begitu memilukan. Elena terus mengusap punggung Shakila, menenangkan. Kemudian dia membawanya masuk ke dalam rumah.
Untuk saat ini bertanya kepada Shakila bukan pilihan yang tepat. Wanita itu tampak kacau sekali.

"Kau boleh bercerita jika kau mau." Ujar Elena, masih memeluk Shakila.

Elena khawatir, sangat. Dia tidak pernah melihat Shakila Seperti ini. Tidak tahu apa yang menyebabkan Shakila Seperti ini. Tetapi firasat Elena mengatakan  jika semua ini pasti ada hubungannya dengan Ainsley.

Shakila menggeleng kuat di pelukan Elena. "Maafkan aku...maafkan aku.... aku seharusnya mendengar ucapan mu. Maafkan aku Elena..." Shakila meracau, rasa bersalah karena tidak menuruti ucapan Elena waktu itu semakin besar. Sekarang dirinya sendiri yang harus menanggung akibatnya.

Elena mengangguk. "Sudahlah." Dia masih setia memeluk Shakila dan berusaha menenangkannya. Sesekali mengecup pucuk kepala Shakila. Firasatnya tidak pernah salah, semua masalah yang terjadi kepada Shakila malam ini karena Ainsley. Elena melupakan kebenciannya kepada Shakila karena rasa sayang jauh mendominasi.

Di sisi lain, Ainsley baru saja sampai di depan rumah Shakila. Segera pria itu keluar dari mobilnya dan bergegas masuk ke dalam rumah tanpa permisi.

"SHAKILA." Teriaknya ketika sudah berada di dalam.

Ainsley terlihat sangat panik. Terlebih ketika rumah Shakila terlihat sepi, dia membuka pintu kamar Shakila, juga tidak menemukan keberadaan wanita itu di dalam. Ainsley berusaha mencari Shakila ke setiap sudut ruangan namun nihil Shakila sama sekali tidak ada di rumah. Pikirannya semakin kacau, itu artinya Shakila belum sampai ke rumah, padahal waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi.

Ainsley merogoh ponsel yang berada di dalam saku celana dan langsung menekan nomor Shakila untuk menghubunginya. Beberapa detik berlalu, Ainsley malah mendengar suara ponsel Shakila tidak jauh dari jaraknya. Dia menoleh, melihat ponsel Shakila yang tergelatak di sofa. Sial! Shakila sama sekali tidak membawa ponselnya. Ainsley semakin dibuat khawatir, lantas tanpa menunggu dia kembali ke luar dan menyalakan mesin mobil. Pikirannya saat ini hanya Shakila. Ainsley takut terjadi sesuatu kepada wanitanya. Wanita itu sangat polos, Ainsley  benar-benar takut ada seseorang yang berbuat buruk kepada Shakila.

"AAARRGHHHH." Ainsley berteriak frustasi seraya memukul setir mobil yang dikemudikannya. Andai saja dendam konyol yang dibuatnya tidak dia beritahukan kepada teman-temannya, pasti semua ini tidak akan terjadi, dan Shakila tidak akan salah paham kepadanya.

Di jalan yang kosong, mata Ainsley melirik ke sana ke mari, berharap ada Shakila di pinggir jalan. Tetapi jalanan ini sangat kosong. Ainsley mendongak seraya memejamkan mata. Tangannya mencengkram kuat stir mobil. Air mata tiba-tiba luruh begitu saja. Untuk pertama kalinya, seorang Ainsley menangis hanya karena seorang wanita.
Dia  tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Demi tuhan Ainsley tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu kepada wanitanya.

"Tuhan... Tolong jaga Shakila di manapun dia berada." Ainsley berkata dalam hati.

Ainsley sepertinya benar-benar sedang berada ditahap takut kehilangan. Dia tidak tahu harus melakukan apa selain berdoa kepada Tuhan seperti apa yang pernah Shakila katakan kepadanya waktu itu. Dia memang tidak percaya tuhan, tetapi jika tuhan itu memang nyata adanya, dia hanya meminta untuk tolong jaga kan Shakila untuknya, sampai Ainsley benar-benar sudah menemukan Shakila. Dia tidak ingin Shakila nya kenapa-napa.

•••••

"Minum dulu." Kata Elena, menyerahkan segelas air hangat untuk Shakila minum agar sedikit tenang.

Tubuh Shakila sangat dingin dan bergetar,  mungkin karena cuaca di luar juga sangat dingin.

Shakila menerima minuman pemberian Elena. Dan langsung meminumnya. "Terima kasih." Ucapnya pelan. Dia menyimpan gelas itu di atas meja. Pandangannya kembali kosong, Shakila masih belum berani mengatakan yang sebenarnya kepada Elena.  Tentang kenyataan jika selama ini kebersamaannya dengan Ainsley  palsu, dan tentang dirinya yang dilecehkan oleh seorang pria mabuk.

Air mata tiba-tiba kembali jatuh.  Shakila kembali menangis mengingat peristiwa mengerikan tadi. Apa jadinya, jika tadi tidak ada pria yang menolongnya, Shakila takut. Sangat takut.

Elena menghela nafas ketika melihat Shakila kembali menangis, padahal tadi wanita itu sudah sedikit tenang. Tangan Elena terangkat mengelus punggung Shakila. Dia tidak bisa melakukan banyak hal atau bertanya kepada wanita itu. Elena akan memberikan waktu untuk Shakila, sampai wanita itu yang bercerita sendiri.

"Tidurlah, kau harus istirahat." Kata Elena, tersenyum kepada Shakila.

Shakila mendongak menatap wajah Elena yang terlihat seperti mengkhawatirkannya. Mata Elena memancarkan ketulusan yang begitu tulus. Shakila merasa malu, seharusnya dari awal dia mau menuruti perkataan Elena.

"Maafkan aku..." Lirih Shakila, Elena masih bisa mendengarnya dengan jelas. Wanita itu tersenyum kepada Shakila sambil mengangguk. Lalu kembali memeluk tubuh Shakila.

"Aku memaafkan mu."

••••






After  Meet ( Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang