BAGIAN 40

571 31 0
                                    

Happy reading













Tepat pukul 00.00 hujan tiba-tiba turun begitu derasnya tanpa diminta. Di bawah guyurannya Shakila berlari dengan tangis yang teredam suara hujan.

"Ya Allah kenapa rasanya sakit sekali." Batin Shakila berteriak. Dia memukul-mukul dadanya, berharap rasa sesak yang menyerang hilang.

Shakila menjatuhkan tubuhnya di atas aspal. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian beberapa menit yang lalu. Shakila menggeleng dengan tangan yang masih meremas kuat dadanya. Ia masih tak percaya Ainsley melakukan semua itu kepadanya. Laki-laki itu telah berhasil menghancurkan kepercayaannya kembali. Ainsley telah berhasil membuatnya kembali jatuh pada rasa kecewa yang teramat menyakitkan.

Gemercik air yang terinjak di atas aspal, terdengar. Di belakang, Ainsley menghentikan langkahnya ketika melihat seorang wanita berhijab terduduk lemah di atas aspal. Ainsley memejamkan mata dengan kedua tangan yang terkepal.

"Tuhan...." Lirih Ainsley.

Ainsley perlahan berjalan mendekat. Hatinya sangat sakit melihat Shakila yang menangis karena dirinya. Mati-matian Ainsley menahan agar tangisnya tidak keluar.

"Shakila...." Ainsley berkata pelan.

tubuh Shakila menegang. Mengangkat wajahnya, lalu berbalik. Shakila melihat Ainsley yang berjalan mendekat ke arahnya.

Shakila bangkit dari duduknya. Menghapus kasar air mata yang bercampur dengan air hujan itu menggunakan punggung tangan.

"kenapa? untuk apa lagi kau menemuiku?" Shakila menatap marah Ainsley.

"Shakila...bisa kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya?"

Shakila menggeleng pelan, bibirnya terlihat bergetar. "Ini terlalu menyakitkan, Ainsley." Suaranya terdengar parau.

Ainsley menjatuhkan tubuhnya di hadapan Shakila dengan posisi bertekuk lutut. Dia hendak menggapai tangan Shakila namun langsung ditepis oleh wanita itu.

"Maaf, maafkan aku, Shakila." Ainsley berkata lirih. "Aku sungguh minta maaf. Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan saat itu sampai aku melakukannya dengan Clarissa. Aku sungguh minta maaf."

Pertahanan Ainsley runtuh. Dia menangis.

Shakila menatap Ainsley yang menundukkan kepala di bawahnya. Tangisnya tidak mau berhenti. Dia sudah terlalu kecewa kepada laki-laki itu.

"Apa kau lupa, Ain? dulu...kau pernah membuat kesalahan dengan membohongiku . Aku maafkan. Aku memberimu kesempatan dengan harapan kau bisa berubah menjadi lebih baik."

"Tapi apa sekarang Ainsley? kau kembali menghancurkan kepercayaanku dengan begitu mudah. Apa selucu itu perasaanku di matamu sampai kau tega mempermainkan hatiku?"

Ainsley menggeleng cepat. "Itu semua tidak seperti yang kau pikir. Aku berusaha sebaik mungkin memanfaatkan kesempatan kedua itu."

"Lalu aku harus berpikir apa saat aku melihatmu bercumbu dengan seorang wanita. Kau bahkan mengatakan jika kau mencintainya." Tangis Shakila semakin keras, tetapi hujan menyamarkannya.

"Tidak, Shakila.... aku hanya mencintaimu." Ainsley mendongak menatap Shakila tulus.

"Ain..." Ucapan Shakila terhenti karena terganggu  sesenggukan. "Aku selalu meyakinkan hatiku jika aku bisa menerima semua kelakuan burukmu di masa lalu. Aku tidak akan menjadikan semua itu masalah  jika kau punya keinginan untuk berubah."

"Aku akan membantumu, aku akan membimbing mu keluar dari jalan yang salah. Tapi kenapa Ain...." Shakila tidak sanggup melanjutkan kata-katanya karena merasakan sesak yang luar biasa. "Kenapa kau harus menghancurkan itu semua. Kenapa....?!" teriak Shakila frustrasi, perasaan marah, kecewa, semuanya menjadi satu. Shakila ingin melampiaskan semuanya tapi tidak tahu harus dengan cara apa.

Tangisnya semakin menjadi, dibawah hujan teriakan frustrasi serta tangis pilu itu begitu nyata. Biar Ainsley tahu seberapa hancurnya Shakila malam ini.

"Aku membencimu Ainsley! aku sangat membencimu!" Shakila berteriak, memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Aku tidak sekuat itu melihat pria yang kucintai bercumbu dengan wanita lain. Aku tidak sekuat itu, Ain... "

"Sakit. Di sini sangat sakit, Ain." Shakila menunjuk-nunjuk dadanya yang terasa sangat sesak.

Ainsley terduduk lemas di bawah hujan. Dia tidak tahan melihat bagaimana hancurnya Shakila.

Ainsley memeluk Shakila erat.

"Tolong maafkan aku. Aku sungguh minta maaf. Maaf Shakila, maaf...."

Di dalam pelukan Ainsley, Shakila memberontak sampai pelukan itu terlepas.

Shakila menggelengkan kepala. "Aku membencimu, Ain. Sangat. Aku bahkan sampai tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa terhadapmu."

"Enggak, Shakila, kumohon jangan berkata seperti itu. Aku tidak mau kita berpisah lagi. Aku tidak mau." Ainsley memohon. "Aku harus melakukan apa agar kau mau memaafkanku? kumohon jangan seperti ini."

"Kita akhiri semuanya sampai di sini, Ain." Ucap Shakila sukses membuat Ainsley terdiam selama beberapa detik. Kemudian menggeleng cepat.

"Enggak, Sha! aku gak mau, aku gak mau kita pisah!"

Shakila tersenyum getir. "Mari kembali menjadi dua orang asing yang saling tidak mengenal, Ain."

"Aku perlu memulihkan rasa sakit ini."

"Enggak, Sha!"

"Dari awal hubungan kita memang salah, Ain."

Ainsley menggenggam tangan Shakila. "Kita masih bisa memperbaikinya, Sha. Berpisah bukan jalan terbaik."

Ainsley menatap Shakila penuh harap.

"Ain... Mau sekuat apapun kau mempertahankan. Itu tidak akan semudah yang kau pikir. Terlalu banyak kesalahan yang kau buat."

"Lalu aku harus apa agar kau memaafkan ku. Jika kau pergi bagaimana dengan ku? aku tidak mau merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya." Lirih Ainsley. Genggaman pada tangan Shakila semakin erat.

"Aku tidak bisa Ainsley."

"Mungkin kisah kita memang cukup sampai di sini. Dari awal kedekatan kita memang salah. Aku yang terlalu memaksakan. Padahal dari awal aku sudah tahu ending Seperti apa yang akan terjadi.

"Kita terlalu berbeda untuk disamakan. Kita terlalu jauh untuk disatukan. Benteng diantara kita terlalu kokoh untuk dihancurkan.

"Maafkan aku Ainsley." Shakila melepaskan tangan Ainsley yang memegang tangannya. Kemudian Shakila berlari entah ke mana. Menerobos hujan. 

"ENGGAK! SHAKILA, KUMOHON JANGAN PERGI!" teriak Ainsley. Kakinya mendadak kaku untuk sekadar berlari dan mengejar Shakila. Air mata Ainsley sudah membasahi wajah pria itu. Ainsley bersujud seraya memukul-mukul jalan yang terbuat dari aspal itu.

Semuanya telah usai. Tidak ada lagi Shakila dan Ainsley. Ainsley benar-benar telah kehilangan seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya.  Shakila pergi bersama kekecewaan yang dibuatnya.

"Tuhan... Secepat ini kau mengambil kebahagiaan ku kembali. Baru sekali aku merasakan apa arti kebahagiaan sesungguhnya. Tapi kenapa kau mengambilnya begitu saja dari ku? aku sudah berjanji kepada diriku akan meyakini keberadaan mu. Lantas jika sudah seperti ini. Untuk apa aku mempercayai mu. Semua sudah hancur, semua telah hilang, kau merebut semua kebahagiaan ku."

"AKU MEMBENCIMU TUHAN! KAU PEMBOHONG! KENAPA KAU BEGITU KEJAM KEPADAKU?! KENAPA TUHAN, KENAPA?!"

Hujan malam itu, menjadi saksi sebuah perpisahan yang tidak pernah diinginkan. Shakila pergi bersama perasaan kecewanya meninggalkan Ainsley dengan sebuah penyesalan yang mendalam.

•••••



After  Meet ( Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang