Happy reading
•
•
•
•
•
•Minggu terus berlalu, burung kutilang masih saja berkicau merdu. Langit cerah menyapa hari ini. Membuat orang-orang yang akan melakukan kegiatannya menjadi lebih semangat karena cuaca yang mendukung.
Begitupun dengan Shakila. Sedari tadi wanita itu tengah sibuk memilih-milih pakaian untuk dia kenakan hari ini. Berkali-kali dia sudah mengganti pakaiannya karena dirasa kurang cocok.
Shakila menatap ke arah cermin, memutar-mutar tubuhnya untuk melihat apakah pakaian yang sekarang dia kenakan cocok atau tidak. Wanita itu memakai baju terusan berwarna hitam serta kerudung berwarna hitam dengan gaya menutup dada.
"Cocok gak sih?" Shakila bermonolog. Kurang percaya diri dengan pakaian yang dipakainya.
Wanita itu kemudian membuka kembali lemari pakaiannya. Berpikir sebentar, lalu matanya tidak sengaja melihat sebuah jaket berwarna hitam yang menggantung. Shakila sepertinya belum pernah memakai jaket itu selama tinggal di sini.
Dia kemudian mengambil jaket tersebut dan mencobanya. Dia tersenyum senang saat dirasa jaket yang dikenakannya cocok dengan gamis yang dia pakai.
"Ternyata orang-orang yang memuji ku tidak bercanda. Aku memang cantik." Shakila tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri.
Meskipun sudah berusaha menutup auratnya sebaik mungkin. Tetapi tetap saja pakaian bukan tolak ukur seorang wanita tidak akan mengalami pelecehan. Mau serapat apapun pakaian yang dikenakan oleh wanita, jika seorang pria sudah dibutakan oleh nafsu, hal yang tidak terjadi, mungkin bisa saja terjadi. Dan yang lebih mirisnya, korban yang selalu disalahkan kembali dalam hal ini.
Shakila mengambil cadar yang sudah disiapkan sedari tadi. Memang, hari ini dia berniat akan memakai cadar. Sudah lama sekali benda ini tidak dirinya pakai. Dan Shakila sungguh merindukannya. Dia ingin belajar kembali memakai cadar. Semoga saja bisa Istiqomah.
Shakila tersenyum manis pada kaca lemari, hanya menampilkan bola matanya yang menyipit dan bulu mata yang lentik, karena mulutnya tertutup cadar. Dirasa sudah siapa, dia kemudian mengambil tas selempang berwarna hitam. Dan bergegas pergi ke luar.
•••••
"Ini siapa?" Elena menutup mulutnya terkejut dengan senyum yang tertahan. Dia memperhatikan Shakila dari atas sampai bawah lalu kembali fokus pada masker yang dikenakan wanita itu.
Dari balik cadar Shakila tersenyum. "Kau tidak mengenalku?" tanyanya.
Elena menggelengkan kepala. Sejurus kemudian wanita itu memeluk erat Shakila. Setelah beberapa detik Elena melepaskannya lagi dan menatap Shakila.
"Aku boleh berkata jujur?" Elena bertanya sambil tersenyum.
"Apa?" Shakila menanti jawaban.
"Kau terlihat bercahaya dan cantik." Elena memberikan pujian kepada Shakila.
Shakila tersenyum sampai membuat kedua matanya menyipit, dan menggelengkan kepala. "Kau terlalu berlebihan, Elena." Ucapnya merasa tidak enak.
"No, aku serius. Kau terlihat bercahaya."
"Baiklah, terima kasih." Ucap Shakila. Menganggukkan kepala.
Mereka berdua terdiam sesaat. Elena masih memperhatikan Shakila. Kemudian beralih menatap dirinya sendiri dan kembali menatap Shakila. Sahabatnya itu begitu tertutup dengan pakaian longgar yang dikenakannya, bahkan sekarang Shakila juga menutup sebagian wajahnya. Berbeda dengan dirinya yang terbuka, Elena selalu memakai kaos crop yang memperlihatkan perut bagian bawahnya dan celana pendek di atas lutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet ( Selesai)
General FictionIni adalah kisah cinta tentang dua insan yang memiliki latar belakang yang sangat bertolak belakang. Bukan hanya sekedar kisah cinta. Ini juga tentang bagaimana lika-liku kehidupan yang dijalani oleh Shakila, seorang gadis muslimah asal Indonesia y...