3:Sebuah nama

540 102 3
                                    

.
.
.
'Jangan menangis, hmm? Kau punya aku'
.
.
.



Watanabe Haruto rasanya mau mati,sungguh.

Tubuhnya remuk,kepalanya pusing,mulutnya pahit.Kalau ia mencoba tidur,bayangan empat hari lalu tiba lagi di kepala.Empat hari lalu dia terbangun dengan hangover luar biasa,dan omelan Choi Hyunsuk menyambutnya.

"Kau tahu?kau dengan bodohnya menelpon Junkyu!Aku tak menjamin apa saja yang kau katakan padanya tapi Junkyu langsung menghampirimu.Aish dasar bodoh,aku yang malu!Aduh aku malu sekali pada Junkyu"

Hyunsuk menjelaskan dengan nada mengejek,semakin ingin menangis Haruto rasanya,lebih baik ia tenggelam di bumi sekarang juga daripada harus menahan malu pada mantan istrinya itu.Ah...mantan istri ya?Haruto nyaris gila dengar kata-kata itu lagi,alhasil sejak empat hari lalu pula dia menghabiskan persediaan sojunya.

Menyedihkan.

Juno mengerinyit heran pada sang Papa yang sudah bangun,bersandar di daun pintu kamarnya.Papa dan hari minggu adalah kombinasi yang jelek,ada kumis dan janggut tipis di wajah,juga seragam kebangsaan Papa—kaus putih dan celana pendek gembel.

Jelek,aib sekali sih Watanabe Haruto.

"Sedang apa?"basa-basi,Juno tahu Sang Papa sedang banyak pikiran hingga tak bisa menemukan topik.Juno hanya menggeleng-geleng,malah ganti menghujat Papanya.

"Papa kenapa sih?sakit?Papa sih tiap hari minum...salah siapa coba,"

Haruto berjalan masuk ke kamar putranya,duduk di sisi Kasur Juno.Pria Watanabe itu mengerinyit melihat sebuah majalah di tangan putranya,seperti familiar...

"Baca apa itu?"

"Majalah,tadi aku ambil di lemari buku papa,di paling bawah,"majalah...

"Y-Ya!Kok bisa ketemu sih?"seru Haruto setengah tergagap,majalah?Ah,dia lupa kalau si bungsunya ini punya mata yang jeli,anak-anaknya punya bibit yang unggul ternyata.

Juno hanya angkat bahunya acuh,balik halaman selanjutnya majalah yang ia baca. Hingga Juno berhenti di satu halaman,lama sekali.

" Pa,ini Mama kan?Mama model disini..."ada helaan napas berat lewati telinga Juno,itu Papa.Haruto mengangguk,

"...iya ,itu Mama." Juno tersenyum,bertanya sejak kapan Mama muncul di majalah fashion begini,majalah terkenal lagi.Pria Watabe itu diam,sudah sejak lama Junkyu kembali menjadi model,sudah sejak lima tahun yang menyakitkan itu.Junkyu kembali ke dunia modeling yang sempat dia tinggalkan dulu.

Haruto sudah beri kebebasan yang dulu ia ambil...

Jari-jari panjang Papa sugar halus helai rambut lebat Juno,namun sayang Juno tak perhatikan kemana mata tajam itu mengawang.Dia sibuk berdecak kagum sendiri,

"Mama cantik ya..."

"Iya,cantik,sangat cantik."lalu kenapa kau tinggalkan ia?

Watanabe Haruto menghela napas,lalu tatap visual putranya dari samping.

"Kenapa,hmm?Juno rindu?"tanyanya,anggukan sebagai jawaban.Lima tahun—akhirnya Haruto bawa naman itu di percakapannya.Bohong jika ia tak rindu,tiap ia terbangun dengan nama itu menyekat tenggorokannya.

"Rindu,memangnya Papa tidak rindu Kak Sano?"

Mendesah kecil,"Setiap hari,Papa rindu Kak Sano tiap hari..." mata monolid tajam itu mendanau,Haruto tahu kalau pertanyaan itu jujur tanpa dosa,maka ia akan menjawab dengan cara yang sama.

Walau yang ia akui lebih layak disebut dosa.

Watanabe Haruto hirup aroma Shampo yang melekat di rambut Juno sesaat,lalu beranjak turun dari ranjangnya.Ia tak bisa terus-terusan begini,soju selama empat hari sudah sangat menyiksa,tapi bagaimana lagi cara untuk membuatnya tidur selain mabuk?mungkin ganti nanti malam ia yang tak bisa tidur.

Senandika◐Harukyu[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang