.
.
.
Sano menatap sekitarnya,pada arsitektur rumah minimalis yang bercat putih dan krem,rumah Haruto—rumah Papanya.Rasanya sedikit asing karena baru pertama kali ini ia benar-benar masuk dan melihat lebih dekat kehidupan sang Papa,yang selama ini hanya harapan saja—kali ini betulan nyata dan Sano benar-benar tidak sabar untuk menghabiskan seminggunya bersama Papa!
Anak sulung Watanabe itu melihat satu persatu foto yang ditata didalam buffet dan diatas perapian,mengabaikan Papa yang mengomel soal betapa malunya ia bertemu sang Mama dalam keadaan baru bangun tidur.Kebanyakan foto Juno dari kecil—Sano tersenyum begitu sadar ada beberapa fotonya juga diatas perapian,tapi ada satu yang amat menarik perhatiannya—yaitu foto dimana sang Mama duduk diatas sofa memangku Juno yang masih sibuk dengan dotnya,lalu disebelahnya ada Sano yang memakai seragam SD nya.Sano ingat sekali,itu foto yang Papa ambil waktu hari pertama ia masuk sekolah dasar.
Ah ini dia!Ini bisa jadi bahan gossip dengan Juno nanti—dan kalau ada kesempatan Sano akan ceritakan juga pada paman Hyunsuk!
"Iya,itu fotomu waktu Sano pertama kali masuk SD,"
Papa tiba-tiba sudah ada disebelahnya,merangkul pundaknya hangat.Sano raih figura foto itu,rasakan agak berdebu permukaannya.Dua laki-laki beda usia itu menatap objek yang sama,hanya saja dengan pikiran yang berbeda-beda.
Sano mengusap permukaan foto dengan ibu jarinya perlahan,"Mama cantik ya Pa..."
Haruto tersenyum simpul,tanpa sadar mengamini pernyataan sang putra"Iya,cantik,sangat cantik—"
Hening,lalu "EH?Gimana?—"
"A-ap—EH??"
Suatu pagi yang cerah,hari pertama Sano bersekolah.
Sekolah.
Satu kata yang membuat jagoan neon kita,Watanabe Sano berdebar tak karuan,bercampur semangat semenjak satu minggu sebelumnya.Selama satu minggu itu juga Haruto sudah kewalahan tiap hari menjawab pertanyaan-pertanyaan antusias putranya soal... Sekolah,
"Papa nanti Sano sekolahnya dimana?di SD Mentari 'kan sama kayak Chenle 'kan?"
"Papa,katanya Mama Injun sekolah itu menyeramkan,iya kah Pa?"
"Papa papa,nanti Sano dapat Bu Guru cantik kan?kata Paman Jeno boleh dibawa pulang bu gurunya..."
Untung saja,Junkyu dapat menjawab semua pertanyaan kritis anaknya dengan sabar dan bijak.Bukan seperti Haruto yang gemas sekali ingin menjepit mulut putranya agar diam sebentar.
Pagi-pagi sekali Junkyu sudah membangunkan Sano dengan kecupan manis,putra Watanabe Haruto itu segera turun dengan setengah mengantuk—tapi matanya terbuka begitu lebar ketika sang Mama memamerkan seragam sekolahnya.Sebuah setelan untuk hari Senin hingga Selasa—berupa kemeja lengan pendek,dasi warna khaki dan celana panjang,juga sebuah rompi rajut yang melengkapi.
"Aduh!Gantengnyaa anak Mama Kyu!"
Junkyu berseru senang sendiri begitu selesai merapikan dasi Sano,mata cantiknya menelusuri tubuh tinggi sang putra dari atas kebawah,lalu depan kebelakang.Rambut lebat sang putra sudah disisir rapi kesamping,sudah memakai tas karakter warna hitam.Tampan sekali!
"Kak mau mana?" itu Juno kecil yang bertanya,dengan mata besarnya menatap heran sang kakak yang sudah sangat rapi.Di dahinya masih tertempel plester penurun panas,Junkyu segera membawa si bungsu ke pelukannya begitu sadar Juno sudah bangun.
"Kakak mau sekolah sayang...Juno kok sudah bangun,hm?sudah tidak panas?"
"Sekolah?"
"Iya,kakak Sano mau belajar—biar pintar kayak Papa,"sahut Haruto begitu iseng sambil mengecup pipi gembil si bungsu,dihadiahi rengekan panjang dari Juno—Papa ini iseng sekali cium-cium.
"Sudah siap kakak?sini Papa foto dulu,"
Haruto ambil kameranya,lalu memfoto si sulung yang amat ceria pagi itu.Tidak lupa foto bersama sang Mama dan si kecil Juno,diam diam Haruto bertekad untuk selalu mengabadikan momen dimana anak-anaknya mulai tumbuh besar,seperti ini contohnya.
Namun,itulah bagaimana takdir bekerja—tidak semua sesuai dengan harapanmu,Haruto.
"Papa,ayo berangkat!"
Pagi itu Haruto punya sedikit kerjaan yang bisa ia bawa pulang ke rumah,oleh karena itu ia sempatkan untuk mengantar Sano dihari pertamanya—hanya Haruto,karena Junkyu sibuk dengan Juno yang sakit sejak kemarin.Setelah mengantar si sulung Haruto ganti mengantar Junkyu ke rumah sakit Yulje karena si manis itu punya jadwal praktik pagi,lalu bergantian juga mengurus Juno.
Junkyu sempatkan cium pipi Sano,matanya berkaca-kaca lihat sang Putra tumbuh dengan begitu baik sebesar itu—tidak menyangka saja,semua ibu pasti merasakan hal yang sama.
"Selamat bersenang-senang,sayang.Maaf Mama belum bisa menemani Sano,"
Diluar dugaan manapun Sano mengangguk cepat,lalu berkata "Tidak apa-apa Mama,kan ada Papa!Mama kan harus jaga Juno,"
Diberi putra sepengertian itu siapa yang tidak besyukur?Junkyu peluk Sano-nya sekali lagi,sebelum si jagoan neon menggandeng Papanya untuk masuk dalam mobil.Haruto pasangkan sabuk pengaman terlebih dahulu,
"Sudah siap jagoan?"
"Siap Papa!"
"Ookayy kita meluncur!"
Sepanjang perjalanan Haruto coba untuk membuat suasana semenyenangkan mungkin agar duplikat mininya itu tidak terlalu gugup,Haruto sengaja memutar lagu-lagu Disney dan kartun-kartun kesukaan Sano di tape mobil.Dua lelaki kesayangan Junkyu itu bernyanyi-nyanyi begitu riang,hingga tanpa terasa mobil Haruto menyentuh tempat parkir sekolah.
"Sudah sampai..."
Haruto mengecup puncak kepala Sano dengan sayang,"Sano berani kan sendirian?berani dongg,jagoan Papa berani kok!Nanti siang Papa jemput,"Si sulung mengangguk sambil menunjukkan senyum lebarnya.
"Berani Papa—ah,itu ada Chenle dan Jisung!Dadah Papa!"
Haruto hanya terkekeh,memperhatikan si putra menghampiri dan memberi salam pada pasangan Jeno dan Renjun juga chenle mereka,dan juga Mark yang mengantar Jisung.Keduanya merupakan teman-teman Junkyu,tentu saja Haruto kenal mereka.
Sano yang begitu membanggakan,ah rasanya cepat sekali anak-anak besar—benar begitu kawan?atau hanya Haruto saja yang merasakannya?
.
.
.
Halo,aku kembali lagi!
Ada yang masih ingat book ini?
PS: Aku suka banget sama lagunya JOY-introduce me a good person,ini OSTnya Hospital Playlist yang aku suka banget juga drakornya!Gatau ya aku sepanjang nulis ini dengerinnya itu mulu,pas gitu vibe nya:D
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika◐Harukyu[END]
Hayran KurguSenandika;se.nan.di.ka(n) Adalah seorang watanabe yang bertemu semu apel merah ditengah hamparan salju, Kim Junkyu, lalu jatuh hati pada hangatnya peraduan diantara dua mata sang Kim.Rumahnya,muse-nya, cintanya, segalanya. Dan adalah seorang Kim, y...