Mata itu mengerjap-erjap,sesuaikan cahaya yang masuk dan perlahan namun samar bayangan sosok cantik itu yang ia lihat.
"Ma-mama..."
Junkyu yang setia disamping ranjang Juno tak bisa tahan air matanya,ia menggenggam tangan Jagoan kecilnya lembut,mengelusnya seolah menegaskan kalau itu memang dirinya.
"Iya sayang,ini mama."ucapnya lembut.Dan semua itu tak lepas dari perhatian Watanabe Haruto yang berdiri tertegun di ambang pintu kamar rawat putra bungsunya.Pagi ini Juno sudah boleh dipindahkan ke kamar rawat anak-anaknya setelah melewati masa kritis selama empat hari,dan selama itu Junkyu selalu ada disisi bungsunya.
Haruto mengerti kesibukan Junkyu sebagai seorang dokter umum,ia tak menuntut Junkyu untuk terus menemani Juno—demi apapun,Junkyu ada disisinya saja selama empat hari ini sudah membuat setengah perasaan Haruto lebih tenang,dan ia sangat berterimakasih untuk itu.
"Papa..."Suara lirih itu panggil dirinya,Haruto tersentak dari lamunan—melihat Juno dan Junkyu tengah menatapnya.Maka Haruto mendekat ke sisi lain ranjang dengan senyum mengembang,
"Halo,jagoan," Haruto kecup dahi bungsunya dengan sayang,mengusap lembut rambut arang Juno.
"Papa,hiks..."Namun siapa sangka,Juno tiba-tiba menangis.Watanabe Haruto jarang sekali melihat putra bungsunya ini menangis,Juno cenderung ceria dan cerewet—seperti ibunya,apa?astaga,bukan itu—dan melihat Juno yang begini sedikit membuat hati Haruto tercubit.
"Juno,ada apa sayang hm?"
"Takut...aku takut sekali,hiks"
Untuk beberapa saat Junkyu bersitatap dengan Haruto,keduanya punya pikiran yang sama.Juno pasti ketakutan selama di ruang perawatan khusus sendirian—walau Junkyu dan Haruto boleh menengoknya sesekali tapi tetap saja itu sangat menakutkan untuk anak seumuran Juno.
"Juno...tak apa sayang,sekarang sudah ada Mama,sudah ada Papa,hmm?jadi Juno tak perlu takut lagi,ya sayang?Ssshh,sudah—nanti Juno sesak lagi kalau menangis."ucap Junkyu berusaha menenangkan Juno,sesekali mengusap dadanya yang naik-turun terisak.
Dan betul saja,Juno perlahan berhenti menangis.Ia mulai tenang,seiring dengan Junkyu yang terus meyakinkan kalau Mama dan Papa selalu ada bersama Juno,jadi Juno tak perlu takut.Haruto tercekat sendiri melihat betapa lembutnya Junkyu pada Juno,tak pernah berubah—sesuatu yang diam-diam Haruto sangat rindukan.
"Haruto?"saat jam makan siang Haruto sengaja menyerahkan urusan makan siang Juno pada Junkyu,karena Juno cenderung tak selera makan ketika sakit dan Haruto biasanya sudah hampir menyerah membujuk anak bontot nya satu itu.
Yah,karena itulah Haruto berinisiatif membelikan Junkyu bento di kantin rumah sakit dan segelas latte—hitung-hitung ucapan terimakasih pada Junkyu.Aih,Haruto.Kau ajak makan siang bersama saja apa susahnya sih?
"Junkyu,emm..."Haruto berpikir keras apa yang harus diucapkannya pada Junkyu,mereka kini ada di lobby rumah sakit,di depan kamar rawat Juno.Empat hari sudah mereka bertemu,terhitung hari kelima—namun masih canggung luar biasa.Pembicaraan mereka hanya seputar Juno,Juno dan Juno.
Junkyu mengangkat satu alisnya bertanya,Haruto garuk kupingnya yang tak gatal.Lalu menyerahkan kantung plastic berisi makan siang dan latte di genggamannya.
"Ini,makanlah.Kau dari tadi sibuk mengurusi Juno,hingga belum makan siang," ujarnya,Junkyu terima itu semua dengan senyuman.
"Terimakasih,Haru."Oh,demi tuhan itu ucapan paling menyejukkan di telinga Watanabe Haruto.Ia balas tersenyum tampan,lalu membuang mukanya yang mungkin sudah merah.Dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika◐Harukyu[END]
FanficSenandika;se.nan.di.ka(n) Adalah seorang watanabe yang bertemu semu apel merah ditengah hamparan salju, Kim Junkyu, lalu jatuh hati pada hangatnya peraduan diantara dua mata sang Kim.Rumahnya,muse-nya, cintanya, segalanya. Dan adalah seorang Kim, y...