.
.
.
"Papa dan Mama sudah minta maaf dan baikan,Juno—"
"APA?PAPA DAN MAMA SUDAH BAIKAN LAGI?NGGAK JADI CERAI DONG??"
Beo Juno penuh semangat,mata cokelat yang mewariskan milik Junkyu itu berbinar senang.Junkyu menggaruk tengkuknya yang tak gatal,berusaha memikirkan bahasa yang lebih mudah untuk anak seusia Juno pahami—tapi ia tak kunjung menemukannya.
"Juno sayang,maksudnya—"
"Itu maksudnya,Papa dan Mama rujuk,Juno."
Untung saja,untung—Haruto datang menghampiri Junkyu dan Juno di bar dapur,pria Watanabe itu membawa secangkir kopi miliknya,datang untuk menengahi percakapan ibu dan anak itu.Tak hanya Juno disana,disebelahnya duduk Sano yang sedang mengerjakan PR nya sambil makan cemilan yang Mama sediakan.
Juno mengerinyit dalam,"Rujuk?maksudnya Papa dan Mama tinggal bersama lagi?"
Sementara itu Junkyu hanya menghela napas lelah,bicara dengan Juno sama dengan menguras energinya yang akhir-akhir ini tidak terisi penuh entah kenapa.Sementara itu Haruto tertawa,membuat wajah seolah sedang berpikir keras.
"Yaa begitulah kurang lebih,Papa dan Mama akan mengadakan pernikahan lagi,lalu kita bisa tinggal bersama lagi."
Juno memekik senang,akhirnya angan-angannya soal Papa dan Mama yang akan berbaikan terwujud sungguhan.Akan tetapi reaksi Juno yang terlihat gembira itu,berkebalikan dengan Sang Kakak yang hanya diam menatap bukunya—tak bergabung bercengkrama dengan dua orangtuanya dan sang adik.
"BERARTI JUNO BAKAL PUNYA ADIK—lho kakak mau kemana?"
Junkyu dan Haruto menoleh mengikuti arah pandang sang bungsu yang menatap Sano yang turun dari kursi tingginya,dan berjalan menuju kamarnya tanpa bicara sepatah katapun.
"Sano,sayang—"
Haruto menahan Junkyu untuk mengikuti Sano,berucap."Biar aku saja,"
Haruto meletakkan cangkirnya diatas bar dapur,berjalan menuju kamar Sano yang bercat hijau sage.Bapak dua—menjelang tiga sebenarnya—anak itu mengetuk kamar putra sulungnya,sekedar meminta ijin dari sang empunya kamar.
"Sano,ini Papa."
"Papa boleh masuk?"
Tak ada jawaban dari sang anak,hingga Haruto membuka pintu bercat hijau sage itu perlahan,mata tajamnya menatap buntalan selimut hijau senada diatas ranjang sang putra.Itu Sano,yang sepertinya entah mungkin sedang merajuk.Haruto menghela napas,mendekati sang putra dan duduk di sisi ranjang.
"Sano...Sano kenapa,nak?coba sini bicara sama Papa."
Junkyu entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahnya,lalu duduk perlahan bersisihan dengannya.Sano masih diam dalam balutan selimutnya,sesekali terdengar anak itu terisak kecil.
Junkyu angkat suara akhirnya,berkata dengan lembut."Sano,sayang...Sano masih belum mau bicara dengan Papa dan Mama?"
Tak begitu lama akhirnya Sano menarik selimutnya sebatas leher,memperlihatkan wajah tampan anak itu yang merah.Junkyu tersenyum—menghapus air mata di wajah Sano dengan lembut.
"Sudah tenang,sayang?"Sano mengangguk,menarik ingusnya masuk lagi.
"Coba sekarang Mama tanya,Sano kenapa sayang?"
Haruto diam-diam kagum dengan betapa lembut dan pengertiannya Junkyu terhadap Sano,sesuatu yang ia lewatkan beberapa tahun ini dan Haruto tidak menyesalinya,karena hari ini ia sudah melihat sisi keibuan Junkyu yang luar biasa.Sano menatap tautan jarinya,berucap dengan ragu akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika◐Harukyu[END]
FanficSenandika;se.nan.di.ka(n) Adalah seorang watanabe yang bertemu semu apel merah ditengah hamparan salju, Kim Junkyu, lalu jatuh hati pada hangatnya peraduan diantara dua mata sang Kim.Rumahnya,muse-nya, cintanya, segalanya. Dan adalah seorang Kim, y...