🌻🌼Jeka menjadi bijak🌼🌻

70 9 0
                                    

Happy reading💗

.
.

~🌻🌼~


Sesampainya di-mall, Una dan Jihan keluar dari mobil sedangkan Jeka dan Jeffry sedang memarkirkan mobilnya.

"Terus Jeff," ujar Jeka sambil melongokan kepalanya ke-jendela yang terbuka lebar. Jeffry pun terus memundurkan mobilnya dengan pelan-pelan.

"Belum mentok Jeff, dikit lagi .. dah stop." Dan akhirnya sudah selesai memarkirkan mobilnya. Mereka pun keluar dan menyusul Jihan dan Una yang sedang menunggu mereka.

"Udah? Oke, let's goo." Antusias Una. Dan mereka pun masuk ke-mall nya.

"Mau ngapain dulu nih?" Tanya Jihan. Una berfikir,

"Hmm, gimana kalo kita belanja skincare dulu? Skincare aku habis Jih." Ujar Una dengan cemberut. Jihan terkekeh,

"Oke dehh, udah jangan cemberut. Skincare gue juga habis huhu." Sekarang Jihan yang sedih. Mereka pun langsung tertawa karena keanehan mereka, Jeffry dan Jeka pun saling tatap dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Okee, kita beli skincare dulu. Untung Jeffry yang bayar." Celetuk Una. Jeffry pun menghela nafas panjang,

"Iyaa gue yang bayar Una cantik." Ucap Jeffry datar. Una pun tersenyum senang,

"Iya Jeffry ku yang jelek hihihi." Cengir Una. Jeffry pun tersenyum, walau senyumnya terpaksa.

Dan mereka pun berjalan ke-tempat skincare yang menjadi langganan Jihan dan Una. Mereka pun sampai di-tempat skincare nya dan langsung masuk, dengan cepat mereka berdua memilih skincare yang sudah habis. Mumpung dibelikan, Jihan dan Una memborong skincare-skincare yang ada disitu, bahkan mereka mengambil dua kali lipat dari yang biasanya mereka beli. Atau bahkan lebih.

"Ya Allah, Lo pada beli sebanyak ini?! Niat Lo pada itu mau bangkrutin gue apa?" Tanya Jeffry dengan kesal. Sementara Jihan dan Una menyengir,

"Iih! Bukan gitu Jeffry ... tapi kita tuh beli banyak gini biar kalo abis tinggal pake lagi, kan mumpung dibeliin hehe." Una cengengesan. Jeffry memutar bola mata malas, lalu menghela nafas panjang,

"Yaudah cepet bayar, abis ini kita makan." Jeffry pun pasrah karena dia tidak mungkin memarahi ke-dua wanita yang ada di-depannya ini, dia masih punya perasaan dan juga tidak mungkin ia membentak sepupunya sekaligus adiknya itu.

"Makasih Jeffry ganteng! Ouh iya, mana cuan?" Una melambaikan tangannya ke-Jeffry, meminta uang. Jeffry pun merogoh celananya dan langsung mengambil kartu atm nya itu. Dan mengasihi kartu itu pada Una.

"Oke, aku bayar dulu yaa! Tungguin lho." Setelah mengatakan itu, mereka berdua langsung jalan menuju kasir.

Jeka menoleh kearah sahabat sedari kecilnya itu, lalu terkekeh, "sabar bro, ujian ini haha." Ujar Jeka bercanda. Jeffry menatap malas Jeka,

"Nyesel gue, mending gue tadi samper Una aja daripada harus gini." Celetuk Jeffry kesal. Jeka yang berada disamping Jeffry pun menepuk pundak secara pelan,

"Bro, ikhlas aje. Itu sepupu Lo, cewe yang seharusnya Lo manjain. Lo kaga kasian emangnya? Una itu udah ditinggal ayahnya selama 12 tahun, bahkan bentar lagi dia ulang tahun dan bakal naik jadi 13 tahun. Lo seharusnya inget kondisi Una Jeff." Nasihat Jeka. Jeffry pun termenung karena perkataan Jeka itu, ada benarnya juga kata-kata Jeka. Ia merasa sangat tidak berguna bagi Una.

"Gue ngerasa ga berguna banget, gue selalu ngerasa kalo gue itu bikin Una sedih terus. Gue jahat banget ya, Jek?" Lirih Jeffry. Sedangkan Jeka tersenyum tipis,

"Lo ga jahat, tapi otak Lo nya aja yang kaya anak kecil." Ucap Jeka. Jeka tidak bercanda, ia serius. Karena memang Jeffry butuh waktu untuk memperbaiki sifat childish Jeffry. Sebenarnya bukan childish, tetapi Jeffry nya tidak pernah memahami apa mau Una.

RAINBOW 🌈 || ft. 97lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang