🌻🌼Kebahagiaan Mereka🌼🌻

58 7 0
                                    

Happy reading💗

.
.

~🌻🌼~


Setelah selesai makan, mereka ingin menonton bioskop. Mereka ingin menonton film horor yang viral beberapa Minggu lalu, dan karena mereka tahu kalau sekarang sudah agak tidak ramai, jadi mereka memutuskan untuk ke-bioskop nya langsung daripada membeli tiket secara online.

Mereka pun sudah sampai di-bioskop nya, lalu mereka masuk dan benar saja, ditempat kasir sudah tidak ada banyak orang dan tidak ada lagi yang namanya mengantri panjang, cuma ada beberapa orang saja jadi tidak masalah.

"Siapa yang mau beli nih?" Tanya Jihan pada ketiga temannya itu. Jeka menoleh kearah Jihan,

"Gue aja." Balas Jeka singkat. Jihan pun menganggukkan kepalanya, lalu menggerakkan tangannya membentuk jarinya seperti ini '👌🏻'. Jeka pun berjalan kearah kasir, dan ikut mengantri. Tidak panjang kok, hanya ada tiga orang saja.

Sepuluh menit, akhirnya Jeka bisa membeli juga. Dia berjalan kearah temannya itu, dan mengasihi tiket film yang bergenre horor itu pada temannya. Mereka menonton film berjudul 'KKN di Desa Penari'. Mungkin yang membaca cerita ini sudah ada yang menonton, haha.

"Wih, gue ga sabar banget nontonnya! Viral banget sih nih film." Antusias Jihan. Una yang mendengar itu-pun, langsung merinding seketika. Ia sebenarnya takut, tetapi ia tidak mau mengecewakan Jihan.

"Kamu ga takut apa Jih?" Tanya Una pelan. Jihan menoleh kearah Una, lalu berkata, "ga .. Lo takut ya Na?" Tanya Jihan. Una yang ditanya seperti itu-pun, cengengesan.

"Sebenernya sih takut tapi gapapa, aku penasaran juga kok sama filmnya." Balas Una dengan meringis. Sebenarnya, Una tidak sepenuhnya bohong, memang ia penasaran juga kok.

"Ouh, kalo Lo takut, Lo pegang tangan gue aja ya Na!" Ujar Jihan tersenyum lebar. Una yang melihat itu-pun, ikut tersenyum lebar. Entah kenapa, Jihan itu beda. Dia selalu peduli saat Una sedang menghadapi masalah, bahkan Jeffry yang sepupunya pun sepertinya kalah juga kalau dibandingkan dengan Jihan ini. Sepertinya tuhan memang mengirimkan Jihan untuk membantu ia untuk memperbaiki masalah yang ia rasakan, hh, rasanya ia sayang sekali kepada Jihan ini. Jihan sudah seperti saudara yang sudah sayang, dan peduli dengan dia. Semoga saja, ia akan terus bersama Jihan, selamanya!

"Heem!" Deham Una dengan menganggukkan kepalanya cepat. Lalu memeluk Jihan, "aku sayanggg bangetttt sama Jihan! Setelah aku sayang Mamaa, aku sayang Jihan, hehe." Ujar Una dengan lembut. Walau suara dia terendam karena dia sedang memeluk Jihan, tetapi Jihan dan kedua cowo yang sedang bersama mereka pun tersenyum mendengar omongan Una, dan perlakuan Una.

"Gue ga disayang juga Na?" Tanya Jeffry pura-pura sedih. Una mendongak, menatap Jeffry,

"Ngga, hehe." Cengir Una. Jeffry yang mendengar jawaban Una pun, mendatarkan wajahnya.

"Canda, ih! Jangan marah yaa, aku sayang Jeffry kok! Setelah sayang Jihan," jawab Una tersenyum lebar. Lalu berganti memeluk Jeffry, Jeffry tersenyum, lalu membalas pelukan Una juga. "Gue juga Na, gue sayang bangeet sama Lo." Lirih Jeffry yang masih didengar oleh Una. Una semakin melebarkan senyumnya, lalu semakin memeluk Jeffry erat.

"Ekhem, gue ga nih?" Tanya Jeka sambil menatap kearah lain. Una mendongak, agar bisa melihat wajah Jeka. Lalu, tersenyum malu,

"Ciee ..." Goda Jihan. Una cemberut, lalu langsung memeluk Jeka. "Sayang juga lah!" Balas Una malu-malu. Jeka tersenyum, lalu membalas pelukan Una, sedangkan Jeffry ikut tersenyum. Dia tahu kalau Jeka menyukai sepupunya itu, dan tidak apa-apa kalau mereka saling menyukai, dan juga kalau mereka mempunya hubungan juga, ia setuju. Asal, Jeka harus berubah menjadi lebih baik, juga jangan mempermainkan perasaan Una. Harus tobat dari sifat playboy nya itu, dan itu sih harus banget!

"Udah-udah, mending kita jalan-jalan dulu yuk, mau ga?" Tanya Jeka kepada Una yang masih memeluknya. Una mendongak, menatap wajah Jeka, Una manganggukkan kepalanya, lalu melepaskan pelukannya itu. Filmnya akan dimulai jam 19:00, dan sekarang masih jam 15:30.

"Main Timezone aja! Mau ga? Mau yaa ? ... Please ..." Mohon Una sambil mengedip-ngedipkan matanya. Mereka yang tak tahan, karena Una menggemaskan sekali pun, mengiyakan pintaan Una. Mereka pun langsung berjalan menuju Timezone-nya.

~🌻🌼~


Sekarang, jam 18:10, yang artinya matahari sudah tenggelam, dan diganti oleh bulan yang menyinari bumi ini. Mereka sudah selesai Sholat, Una sedang melipat mukenah bersama Jihan. Setelah selesai, mereka menaruh mukenah itu ke-tempat semula.

"Sebentar lagi jam tujuh, mau langsung ke-bioskop nya ga?" Tanya Jihan kepada wanita yang ada disebelahnya ini. Wanita yang berpipi chubby itu, mendongak, menatap Jihan dengan mata binarnya itu.

"Hmm, gatau deh. Tanya Jeka sama Jeffry aja nanti." Balas Una. Jihan mengangguk, lalu menatap Una,

"Hh, gue ga nyangka banget kalo Miya sejahat itu. Gue selalu ngerasa kalo keberadaan dia itu emm, kaya ada maksudnya gitu, dan gue .. gue cuma bisa nolong semampunya, kalo Lo berada di-fase kesedihan, gue bakal terus percaya, dan selalu peduli dengan Lo, Na. Gue yakin itu!" Tegas Jihan sambil menatap kearah lain. Una tersenyum, teman yang selalu ada disaat dia sedih maupun bahagia, itu adalah Jihan. Walau, Jeffry dan Jeka juga, tetapi yang selalu ada itu tetap Jihan. Una sangaaattt sayang dengan Jihan, bahkan hampir mencapai sayangnya Una kepada Mama-nya. Selain itu, ia juga sayang dengan Jeffry dan Jeka, mereka sudah ia anggap sebagai pelindungnya, juga dia sayang kepada teman-temannya yang lain.

Bruk!

Una langsung memeluk Jihan. Untung saja, Jihan dapat menahan Una, hampir saja mereka berdua jatuh. "Aku itu sayanggg bangetttt sama Jihan yang cantik iniii!!! Aku bener-bener berterimakasih kepada Allah yang udah kasih aku temen yang setia, juga peduli bangettss sama aku!! Pokoknya, bahagia bangettt!" Ujar Una yang masih memeluk Jihan dengan nada yang senang sekali. Jihan tersenyum lebar, ia juga sangat berterimakasih telah dikasih teman sebaik Una, sangat berterimakasih.

"Gue juga, gue selalu berterimakasih kepada Allah yang udah kasih temen sebaik ini, juga .. se-setia ini. Selalu berterimakasih!" Jihan berkata itu, sambil tersenyum lebar. Una mendongak dengan senyuman lebar,

"Aku bahkan terus berterimakasih! Teruss!!" Mereka saling mengeratkan pelukan itu. Sangat berterimakasih, karena telah dikasih oleh tuhan, teman yang peduli, setia, dan juga baik. Bahkan mereka rela terus berbicara dengan kata 'Terimakasih' pada tuhan. Mereka terlalu senang, bahkan sangat bersyukur.

"Udah sayang-sayang nya-kan?" Celetuk tiba-tiba Jeka. Mereka sudah sejak lama menunggu teman wanitanya itu, yang sedang dilanda kesedihan.

"Eh?" Una dan Jihan pun, terkejut melihat kedatangan kedua lelaki temannya itu. "Ish! Kalo dateng tuh jangan kek setan! Tiba-tiba banget." Kesal Una. Jihan tertawa kecil, lalu, mengejek kedua teman lelakinya itu, "Sukurin, wlee .." Ingat yaa, Jihan ini walau bodo amatan, ga peduli, cuek, tapi dia juga bisa gesrek. Cuma sama sahabatnya doang sih, karena sahabatnya itu spesial.

"Ck, sorry-sorry kalo ganggu ya, tuan putri." Ujar Jeka dengan kesal. Una terkekeh, "iya-iyaa, pangeran Jeka, hehe." Sahut Una dengan sedikit gombal. Jeka yang dipanggil seperti itu-pun gugup karena malu, tetapi ia se-berusaha mungkin tidak gugup dihadapan crush- nya.

"Acieee ..." Akhirnya, mereka diledek oleh Jeffry dan Jihan. Keduanya pun tersenyum malu. Ya, itu lah 'kerandoman' mereka. Mungkin kalau orang-orang lihat, pasti sudah mengekspresikan raut wajahnya menjadi 'aneh', tetapi sebuah 'kerandoman' itu lah yang membuat mereka sangat bahagia. Biarlah orang-orang menganggap mereka aneh, tapi sebuah 'keanehan' itu membuat mereka sangat-sangat bahagia, dan bersyukur.

~🌻🌼~


a/n ; Hai readers:D.
Mangap kalo ceritanya aneh, dan judulnya prik:( karna aku bingung huhuhu(ᗒᗩᗕ), juga maap kalo ceritanya dikit soalnya otakku bug entah kenapa, bingung bikin ceritanyaa༎ຶ‿༎ຶ.

doain terus biar otakku ga tiba2 bug hehehe(◠‿・), kalo iya, bakal aku kasih lope sekebon buat kelen😍😍😍💗💗💗. segitu dulu ...

see you again in the next story, bye💗 ..

RAINBOW 🌈 || ft. 97lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang