Chapter 18 : Win

127 19 4
                                    

Karena Naya yang tidak sadar-sadar Keisha lalu mengatakan kepada Fiora, "Apa kita ambil aja Ra nih mata si Naya?"

"Gausah kasian, dia ada mata aja kadang gak di gunain dengan bener."

"Mangka dari itu, kita ambil aja," ucap Keisha sambil tersenyum. Fiora hanya tertawa kecil melihat tingkah mereka.

"Okei, Naya udah keterlaluan kayaknya dia udah masuk ke dunia halu yang sangat panjang," ucap Keisha yang lalu dengan cepat mencubit tangan Naya dengan keras.

"Woi sakit anjir," teriak Naya yang untungnya saat itu bersamaan dengan teriakan penonton yang melihat tim Osiris dan Tigers mulai mengatur posisi di lapangan.

"Sadar lu," ucap Keisha.

"Hah?" Tanyanya sambil mengingat kejadian tadi. "Astaghfirullah sorry ya Nay, lu sih punya cowo ganteng amat, hehe."

"Iya gapapa santai aja, dia juga gakmau kok sama lu," ucap Fiora sambil tertawa dengan matanya yang fokus memperhatikan ke depan dan melihat Ravindra yang juga memperhatikannya.

Fiora lalu memberikan Ravindra semangat dengan kepalan kedua tangannya sambil tak bersuara mengucapkan semangat yang di balas dengan senyuman Ravindra yang membuat hati Fiora begitu senang.

"Tega," ucap Naya yang kesal.

"Kenyataan Nay," ucap Keisha yang selalu memihak kepada Fiora.

"Eh n—"

"Shuttt, diem," ucap Keisha. "Lu gak liat pertandingan dah di mulai?"

"Gua gak buta," ucap Naya yang lalu menghadap ke depan.

Sorakan demi sorakan terdengar di sana. Terlihat Fiora dan yang lainnya memberikan semangat kepada tim Osiris.

Babak Final sudah ada di depan mata. Terlihat Ravindra yang memperhatikan Fiora dengan napasnya yang masih ngos-ngosan.

Sedangkan Fiora memberikan anggukan dengan pelan sambil tersenyum tipis. Seolah-olah memberitahu bahwa semuanya akan baik-baik saja dan mereka akan memenangkan pertandingan itu.

Benar saja dengan firasat Fiora. Mereka memenangkan pertandingan itu. Terlihat masing-masing wajah mereka begitu senang.

Fiora langsung saja berdiri, berlari menghampiri Ravindra, dan memeluknya dengan penuh bangga.

"Kamu hebat," ucap Fiora sambil tersenyum.

"Kan berkat senyum kamu."

"Masa sih?"

"Iya kamu senyum langsung bikin aku semangat buat menang."

"Lebay kamu, kan emang kamunya yang hebat."

Teman-teman Fiora dan beberapa supporter yang ikut turun ke lapangan hanya bisa menyoraki mereka yang sangat romantis.

"Gua jomblo Nay," ucap Keisha sambil memeluknya.

"Van. Gua gak kuat," ucap Gio.

"Gak peduli," balas Vano dengan singkat.

Dibalik itu terlihat mata yang menatap lemah ke arah Fiora dan Ravindra.

"Lo gapapa kan?"

"Ya lu tau lah, gua sekarang gak bisa jadi pelakor. Apalagi Ravindra udah lulus. Orang pertama yang gua suka di sekolah ini gak bisa gua dapetin," lirih Anggelina sambil menatap ke depan.

"Gapapa, kan ada gua, kita bisa kerjain Fiora dengan puas, karna apa? Ya karena Ravindra gaada di sini," ucap Elina yang berniat untuk memberi semangat.

"Fiora? Lu tau dia itu gak bisa buat kita lawan. Karena dia bukan cewek yang lemah, dia bahkan bisa bela diri. Sedangkan gua? Gua gak bisa. Bisa-bisa kita babak belur sama dia," jelas Anggelina.

"And than? Udahan?"

"Gua bakal pindah," ucap Anggelina yang mendadak membuat Elina kaget.

"Lu beneran? Padahal kan—" ucap Elina yang tidak tau mau melanjutkan pembicaraannya.

Anggelina hanya menghela napasnya sambil menggaruk kepalanya. "Udah lah, gak peduli gua. Lu tau Mama gua bakal pindahin gua kalo nilai gua jelek semester ini."

"Hah? Bukannya Mama lo selalu dukung lo? Kok tiba-tiba?"

"Beda sekarang, udah ayok cabut," ajak Anggelina yang lalu pergi begitu saja yang kemudian diikuti oleh Elina. "Endingnya gua emang harus gini kan," ucapnya berjalan lirih sambil tersenyum tipis. 

.⋆。⋆☂˚。⋆。˚☽˚。⋆.

"Gimana menurut lo?" Tanya Gio sambil menyeruput kopinya.

"Bisa aja, cuman kita kan jarang touring akhir-akhir ini. Dan kita bakal kemana?" Tanya Jordi.

"Nah itu tunggu si Ravindra aja. Mana dah tuh anak kok gak nyampe-nyampe," ucap Vano.

"Telpon aja coba," usul Wisnu.

"Udah bentar lagi juga bakal nyampe kok," balas Jordi. Sedangkan yang lainnya hanya mengangguk kepalanya dengan pelan sambil mengambil makanan-makanan ringan yang ada di meja mereka.

.⋆。⋆☂˚。⋆。˚☽˚。⋆.

"Kamu gapapa kan? Udah bilang ke teman-teman kamu? Sama Fiora juga?" Tanya Mama Ravindra.

"Vindra ada rencana sama temen-temen, mungkin pas waktu itu bakal Vindra bilangin kok Ma," ucap Ravindra.

"Yasudah, kamu jangan sampai kayak dulu sama Fiora, pergi gak bilang-bilang. Kamu harus pamit."

"Iya Ma, udah ya Vindra mau berangkat, temen-temen pasti udah pada nungguin," pamit Ravindra.

"Yaudah hati-hati."

Ravindra lalu pergi meninggalkan rumahnya dan segera melajukan motornya karena ia sudah sangat telat.

"Woi lama banget lu, ini makanan udah mau sampe abis," ucap Gio sambil memperlihatkan kentang gorengnya yang hanya tersisa satu.

"Lu aja yang kebanyakan makan Gio," ucap Wisnu.

"Sorry-sorry," ucap Ravindra sambil duduk di samping Jordi yang kosong.

"Langsung intinya aja nih," ucap Vano. "Kita rencananya mau touring, lo setuju?"

FIORAVINDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang