Part 11 -Games?

39 5 146
                                    

"Papah, ingin kalian menjadi dua tim untuk berlomba menuju bukit disana," ucap Dirgantara seraya menunjukkan ke arah bukit yang terlihat jauh itu.

Shreya menghela nafas. "Yah, pah! Lelah lah," keluhnya tak ingin banyak bergerak.

Danish menatap adiknya sebal karena selalu mengeluh tentang ini dan itu. "Kalau terus diam dan mengeluh, kapan kau punya pengalaman? Apa yang akan kau ceritakan pada anak-mu kelak? Jika kau saja seperti ini!" ujar pria itu sinis.

"Terserah aku dong!" sewot Shreya.

"Oke untuk ketua di tentukan dua orang dan ketuanya harus anak pertama dan--" sela Dirgantara yang tak mau ambil pusing perdebatan anaknya.

Danish dan Veer terlihat kesal lalu berkomentar dan menyela ucapan ayahnya. "Harus sekali anak pertama dan kedua yah? Anak ketiga sama ke-empat kapan?" komentar Danish.

"Kapan-kapan yah, selalu tersingkirkan!" timpal Veer.

Dev langsung menahan tawanya sedangkan Rehaan? Jangan ditanya.

"Memangnya kau mau di jadikan tumbal?" cetus Dev.

"Hei!" Danish melotot.
"Kau ini bukan tumbal, tapi bahan percobaan! Sudah ku bilang kan," tambahnya.

Veer yang kesal langsung berujar. "Seharusnya kau bangga kak Dev!"

"Tidak ada yang harus di banggakan," jelas Dev.

Dengan dramatis Danish menjawab. "TIDAK ADA?! TIDAK ADA KATANYA?! Lalu kau lupa? Perusahaan itu sekarang jadi milik siapa? Kau! Rumah juga atas nama siapa? Kau! Siapa yang dibelikan mobil baru? Kau!"

"Aku, Danish dan kak Rehaan hanya memakai yang bekas kau!" timpal Veer.

Dev malah menahan tawanya dengan berucap. "Iri bilang! Tapi kau kan tidak di jodoh--"

Semua langsung terdiam. Ya, Dev keceplosan, perasaan jadi tidak enak pada Alena yang sedang menyimak pembicaraan mereka. Seolah-olah perkataan nya tadi menyimpulkan kalau Dev tak suka di jodohkan.

Bukan-nya ikut diam, Danish malah menyeletuk karena kesal dengan kakak-nya itu. "Kau ini tidak bersyukur ya? Kau sudah di jodohkan dengan Dokter cantik, dari keluarga yang baik tapi kau terus mengeluh,"

"Aku, tidak mengeluh..." lirih Dev.

Sedangkan disana Rehaan menyimak pembicaraan kakak dan adiknya dengan kesal, tangannya bahkan mengepal-kan kuat.

Shreya yang tadi diam juga kini ikut menyeletuk. "Iya! Kak Dev terus mengeluh! Apalagi kalau di belakang kak Alena! Jika di depan kak Alena mungkin kau akan bersikap lain, dasar muka dua!" Ya, mereka kakak-adik tidak sadar jika ada Alena disana, sebab terlalu terbawa suasana.

"Shreya..." Dev memberikan peringatan.

"Akui saja lah kak, sebelum semuanya terlambat!"

"Kakak menerima perjodohan ini, sudah cukup ya!" jelas Dev.

Rehaan melirik Alena hanya hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka bahkan dengan ekspresi datar seolah-olah tak tersinggung sama sekali, walaupun ia tahu jika Alena paling tidak suka jika berada di posisi seperti ini.

"Kalian bisa berhenti berdebat?!" bentak Rehaan menghentikan perdebatan mereka.

Pandangan Rehaan beralih pada Danish dan Veer. "Danish dan Veer, kalian yang jadi ketua! Dan papah... Tolong berhenti mengutamakan anak pertama atau berapapun itu karena mereka lebih tua, pah... Tidak semua orang sama! Jangan selalu mengandalkan anak pertama, siapa tahu kan? Salah satu anak papah yang lain memiliki keinginan itu tapi gara-gara papah jadi tidak bisa hanya karena papah mengandalkan anak pertama!" ujar Rehaan mengeluarkan unek-uneknya walaupun tak secara langsung.

INSOLETN HEART [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang