Part 3 -Janji itu?

77 7 136
                                    

Mulmed Piya Aaye Na...

---

Alena melangkahkan kakinya sembari mencari taksi yang tak ia temukan di malam hari ini, belum lagi ponselnya habis baterai--ah benar-benar menyebalkan, mana rumahnya masih jauh pula.

Titt!

Suara klakson mobil terdengar--Alena menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Ia mendapati sebuah mobil berwarna hitam terparkir disana lalu seseorang yang mempunyai mobil ini pun segera keluar menghampiri Alena.

"Ayo masuk!" Titahnya agak kasar.

Alena mendelik pada orang itu yang tak lain tak bukan adalah Rehaan. "Untuk apa?"

"Aku antar! Cepatlah!" Ketusnya.

"Tidak mau!" Jelas Alena kembali melangkahkan kakinya.

Rehaan yang kesal menarik tangan Alena. "Stop! Cepet naik!"

"Apa sih? Kok maksa!" Alena menatap Rehaan tak suka.

"Aku di suruh mama untuk mengantarkan mu!" Tekannya masih memaksa.

Dulu dia lembut
Tapi sekarang kasar batin Alena yang terpaksa masuk ke dalam mobilnya dari pada di lihat banyak orang--nanti pada salah paham.

Rehaan pun ikut masuk--masih dengan wajah garangnya, melirik Alena sekilas. "Pake sabuk pengaman nya!"

Dengan ketus Alena memasang sabuk pengaman nya sambil sesekali mengejek Rehaan dengan ekspresi wajahnya.

"Kak Dev kemana memangnya? Kenapa tidak antarkan aku?" Tanya Alena ketika mobilnya sudah berjalan.

"Kau kan calon istri nya, kenapa tanya padaku!" Balas Rehaan sewot.

"Biasa saja kali, aku hanya bertanya." Alena mengalihkan pandangannya ke jendela karena sebal dengan tingkah Rehaan yang sekarang.

Drttt

Kak Dev Calling...

"Oh ternyata kak Dev menelepon ku..." Alena memberitahu padahal Rehaan sama sekali tidak peduli dengan hal itu, masa bodo.

"Hallo kak..."

"Maaf aku tidak bisa mengantarkan mu pulang, soalnya aku ada pertemuan penting tentang album ku yang baru..."

"Tidak apa-apa kak..."

"Aku jadi tidak enak padamu, bahkan kita belum berbincang-bincang..."

"Lain waktu saja kak..."

"Besok kita ketemu?"

"Boleh tapi malam, bagaimana? Soalnya dari pagi sampai sore aku ada praktek."

"Tidak apa-apa, nanti aku jemput ya."

"Baiklah..."

"Selamat malam..."

"Selamat malam juga..."

Tut.

Alena sedari tadi tak menghilangkan senyuman--di telepon oleh idolanya sendiri--sekaligus calon suaminya, benar-benar di luar dugaannya.

Rehaan melirik Alena sebal. "Paling dia hanya pura-pura..."

Alena langsung menatap tajam Rehaan. "Heh! So tahu!"

"Tempe!" Timpal Rehaan.

Alena terlihat jengah. "Argh, kenapa aku harus bertemu dengan manusia macam kau!"

"Yakin menyesal?" Timpal Rehaan.
"Kenapa dulu di pacari?" Tambahnya tanpa menatap Alena.

"Siapa yah yang nembak? Perasaan kau sendiri!" Ketus Alena.

INSOLETN HEART [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang