Part 15 -Siaran Langsung

42 5 297
                                    

Kanaya tampak bosan berdiam diri di apartemen Dev seorang diri; menonton televisi bosan, memainkan ponselnya bosan, melihat foto Dev di sekelilingnya bosan. Dirinya sekarang hanya ingin keluar dari apartemen ini dan entah sampai kapan Dev akan kembali kesini untuk sekedar membuka-kan pintunya saja, setelah itu tak apa jika Dev tak kesini.

Ceklek

Penantian nya langsung terbayar detik itu juga kala melihat Dev membuka pintu dan berjalan seorang diri seraya membawa beberapa makanan.

"Maaf, aku kesini nya terlambat yah, soalnya papa ku menyuruh ku ke rumah," aku Dev merasa bersalah, membiarkan Kanaya sendirian disini bahkan tanpa makanan.

Sekarang bukan hanya Dev yang merasa bersalah tapi Kanaya juga justru lebih merasa bersalah dan merasa sangat merepotkan Dev karena dia, pria itu jadi buru-buru kesini, membelikan makanan pula.

"Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah merepotkan mu, kau pasti ada acara penting kan? Dengan keluarga mu? Aku jadi menganggu mu kan? Belum lagi pernikahan mu yang hanya menghitung hari..." ujar Kanaya malu, lagi-lagi merepotkan Dev. Mengapa selalu Dev? Padahal orang di luaran sana banyak bukan?

"Tidak terlalu penting," sahut Dev mendudukkan diri di sebelah Kanaya dengan perasaan canggung dan bukan hanya Dev yang merasakan itu tapi gadis ini juga merasakan hal yang sama.

"Makan lah," Dev memberikan makanan-nya, hari sudah sore tetapi Kanaya belum makan apapun.

"Tak apa?" Kanaya bertanya dulu––sebenarnya ia sangat-sangat lapar tetapi malu juga karena selalu merepotkan Dev. Sekali-kali boleh lah merepotkan Aditya Roy Kapur misal.

Dev terkekeh dan mengangguk. "Aku sengaja membelinya untukmu, jika kau tak makan maka aku akan marah."

Kanaya tersenyum tipis––entah kenapa setiap Dev bercanda membuatnya merasa ingin selalu di dekat Dev.

Candaan yang mungkin memang terlihat biasa saja, bahkan mungkin menurut orang lain tapi baginya terlihat sangat berarti.

Seumur-umur Kanaya mengenal orang, baru kali ini dia merasa sangat senang berada di dekatnya. Sifatnya yang tak gampang terbawa perasaan, dewasa, pengertian, suka menolongnya tanpa pamrih bahkan ketika ayahnya menghajar Dev––pria itu sama sekali tak marah atau melawan ayahnya.

Awalnya Kanaya selalu mengira jika Dev itu sombong karena artis terkenal untuk generasi saat ini tapi saat mengenalnya lebih dekat ternyata dia tak seperti itu.

"Ayo makan, jangan melamun..." titah Dev.

Kanaya segera mengangguk.

"Aku mau mandi dulu yah, gerah..." Dev berjalan ke kamar mandi dan meninggalkan Kanaya disana sendirian.

---

"Bibi kenapa aku tak boleh pulang?" tanya Alena takut kepada Nisha yang melarangnya pulang apalagi wanita itu tampak tegas, semakin membuatnya ketakutan.

"Selama tiga bulan kau harus tinggal di rumah Dirgantara!" jelas Nisha seraya memeluk lengannya.

Alena terpelongo. "Kenapa?

"Ya agar kau lebih dekat dengan Dev, ya kan?" Nisha memberikannya senyuman tak pudarnya dan justru karena itu Alena semakin takut pada wanita yang menjadi bibi dari calon suaminya.

Alena mengangguk pasrah.

"Oke," Nisha menarik nafas dulu lalu menghembuskan nya. "DANISH KEMARI KAU!"

Alena terperanjat dengan pekikan Nisha yang begitu tiba-tiba.

Danish datang dengan terburu-buru, entah ada apa dengannya. "Siap bibi, ada apa?"

INSOLETN HEART [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang