Part 21 -Gangguan

29 6 264
                                    

"Aku ada janji padamu kalau kita akan liburan selama tiga hari full kan? Nah, sekarang kita liburan saja, disini ya kan?" tawar Alena agar dirinya tidak ada hutang pada Rehaan nanti.

"Disini?" Rehaan tampak tak suka. "Aku ingin di tempat lain, disini terlalu banyak yang mengenal kita. Apalagi ini tempat kita dulu--"

"Justru itu, kita bisa mengingat masa-masa kecil kita disini," sela Alena riang.

Rehaan malah terlihat tak ikhlas. "Maksudku, aku ingin kita liburan benar-benar berdua. Tapi disini? Aku harus ikut tinggal di rumah orangtua mu, tak enak lah..."

"Kenapa tak enak segala? Orangtua ku bahkan senang ada dirimu. Kau selalu berpikiran yang tidak-tidak," timpal Alena.

Apa dia tidak mengerti?! Aku hanya ingin berdua denganmu! batin Rehaan geram.

"Jika disini lama-lama juga tak enak pada orangtua mu, iya memang mereka senang tapi sampai tiga hari itu lama, kita liburan ke tempat lain saja ya?" Rehaan tak menyerah terus membujuk Alena.

Dengan polosnya Alena menjawab, "Justru orangtuaku akan senang jika kau tinggal lama-lama. Kakak ku tinggal di Kota lain, sedangkan aku kemarin juga tinggal di rumah keluarga mu, jadi sekarang di rumah akan ramai, orangtua ku akan senang sekali."

Rehaan menghela nafas kesal. "Justru itu Alena... Mereka ingin romantis-romantisan mumpung anak-anaknya ada di Kota," terang Rehaan tanpa kapok.

"Apakah sebulan yang lalu tak cukup?" tanya Alena.

"Tidak, orang saling mencintai tuh membutuhkan waktu berdua cukup lama--"

"Tapi kan kita hanya tiga hari disini," sela Alena.

Di kasih isyarat, tidak mau mengerti batin Rehaan.

"Ya sudahlah, terserah kau saja!" pasrah Rehaan.

Drrttt

Danish calling...

Alena mengernyitkan dahinya. "Tumben sekali Danish menelepon? Apa ada masalah?" gumam gadis itu bertanya-tanya sebelum mengangkat teleponnya.

"Iya Danish? Ada apa?"

"DIAM LAH KAU! AKU LELAH MENYETIR!"

Alena semakin bertanya-tanya. Apa salahnya sekarang? Danish tiba-tiba membentaknya.

"Kenapa?" tanya Rehaan.

"Ini Danish," Alena menyalakan loudspeaker nya.

"Ada apa Danish?"

"KENAPA KAU BERISIK SEKALI?!"

Rehaan ternganga. "HEI KENAPA KAU MEMBENTAK ALENA?!"

"AKU SUDAH CUKUP SABAR DENGAN MU YAH!"

Rehaan sudah benar-benar marah mendengar bentakan Danish tanpa sebab. "HEI KAU! ADA APA DENGAN MU HAH?! SALAH ALENA APA?!"

"Sabar-sabar," Alena menenangkan sambil mengelus lengan pria itu.

"KAU YANG MEMULAINYA LEBIH DULU!'

"APANYA LAGI?! MEMULAI APA?!" geram Rehaan.

"Sudah, kenapa kalian bertengkar terus," kali ini terdengar suara seorang gadis itu telepon itu.

Rehaan dan Alena mengernyitkan dahinya kebingungan. "Apa sebenarnya ini anak--"

"AKU PADAHAL HANYA IKUT SAJA PUN TAK BOLEH!" di telepon itu kali ini terdengar keluhan Veer––agak ketus juga.

"BUKANNYA TAK BOLEH TAPI LIHAT KAN TADI?! SHREYA JADI REWEL!" balas Danish.

"Mungkin Danish tak sengaja menelepon ku, biarkan saja lah, matikan telepon nya," ujar Alena sebelum mematikan sambungan teleponnya.

INSOLETN HEART [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang