“Hinata, tolong bawakan buku ini ke meja Sensei, ya?”
Hinata mengangguk pada permintaan gurunya, Kurenai, yang saat itu berdiri di dekat Kurenai, meninggalkan kelas menuju kantor setelah bel istirahat berdering.
Hinata menumpuk lima belas buku paket.
“Biar kubantu, Hinata.” Naruto datang mengambil sebagian banyak buku dari Hinata setelah melihat gadis itu yang kesulitan pada beban buku.
“Na-Naruto-kun, terima kasih.” Hinata menjawab dengan terbata. Naruto melihat lagi wajah Hinata yang memerah dan menunduk dalam, berjalan terburu-buru di depannya.
Naruto yang tidak memiliki petunjuk apa yang terjadi pada Hinata menyusul dalam bingung.
Naruto menundukkan dirinya di kursi kosong antara Kiba dan Shikamaru, di depan mereka ada ketiga adik kelas mereka yang telah memulai makan siang.
“Kiba, kau tahu apa yang salah dengan Hinata?” Naruto mencoba menanyakan apa yang terjadi dengan Hinata tiap ia berinteraksi dengan gadis itu pada Kiba.
Setelah Naruto sampai di meja yang ditempati mereka, Kiba membuka bekal Naruto yang dibawanya karena tahu Naruto membantu Hinata membawa buku ke kantor guru, mengeluarkan sumpitnya dan diletakkan di sisi tempat bekal.
“Terima kasih, Kiba!” Naruto langsung mengambil sumpitnya lalu mulai makan saat Kiba selesai menyiapkan bekalnya. Shikamaru menusukkan sedotan ke dalam kemasan kardus jus jeruk dan menggesernya ke dekat bekal Naruto. “Terima kasih, Shikamaru!”
“Kenapa memangnya?” Kiba menyuapkan lagi makannya ke dalam mulutnya.
“Hinata selalu bersikap aneh ketika aku berada di dekatnya atau berbicara dengannya.” Jawab Naruto, menoleh setelah mendengar Shikamaru bergumam sesuatu tetapi tidak mendapat pengulangan kata saat matanya menatap bertanya pada Shikamaru.
Kiba menghela napas. “Tidak ada yang salah dari Hinata,” Jawab Kiba, jeda sesaat untuk menelan. “Ini hanya kau, Naruto.” Alis Naruto menukik bingung.
“Hanya kau saja yang terlalu bodoh.” Lanjut Kiba.
Naruto mendelik.
“Bagaimana kemarin?” Kiba mengabaikan delikan Naruto, beralih pada topik lain.
“Ssstt!” Naruto menempatkan jari telunjuknya di depan bibir yang maju, berbisik. “Jangan bicara di sini, nanti saja. Ada Shikamaru!”
"Kami masih bisa mendengarnya dari sini, Naruto-niichan!” Konohamaru menyahut dari seberang meja mereka, tertawa bersama kedua sahabatnya.
“Aku tepat di sampingmu, berbisik saja tidak apa-apa.” Kata Shikamaru sarkas.
“Ah, enak sekali jusnya! Terima kasih, Shikamaru!” Naruto mengambil jus jeruk yang diberikan Shikamaru, menyedotnya dan berseru senang, padahal itu adalah trik mengalihkan topik.
“Naruto,” Naruto cemberut mendengar salam pembukaan Shikamaru. “Aku bukannya mencoba melarangmu menyukai gadis itu, tapi karena kau mengejar gadis itu, satu persatu masalah datang kepadamu.” Naruto memasukkan dengan rakus makanannya ke dalam mulut.
“Dan bukan kau saja, orang-orang sekitarmu juga ikut terseret oleh masalahmu.” Naruto menelan besar makanannya, tidak suka mendengar kata itu, seperti Shikamaru tidak rela telah membantunya dan mengungkit apa yang telah dilakukan untuknya.
“Aku tidak mengungkit atau menyalahkanmu, aku hanya berbicara fakta.” Lanjutnya, seolah membaca pikiran Naruto. Kesalnya Naruto bertambah ketika Kiba dan dengan gerakan kecil ketiga adik kelasnya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]
Fanfiction[ Season 1 ✓ | 2 ✓ | 3 ] (!) KONTEN DEWASA! Cerita ini memiliki rating dewasa untuk adegan kekerasan fisik dan seksual, darah, pemaksaan, ancaman, konflik dan pembicaraan yang berat, bahasa kasar, gak stabil, yang ditulis secara jelas atau tersirat...