“Sasuke Sialan Berengsek Bajingan, buka pintunya!”
Naruto menendang pintu itu. Meninju sekuatnya yang menimbulkan sakit yang sangat di tonjolan tulang jarinya hingga menimbulkan merah memar.
“Keluarkan aku dari sini! Sialan!” Naruto memukul pintu itu dengan kedua kepalan tangannya tanpa henti.
“Shikamaru!” Teriaknya memanggil nama yang ada di luar kamar itu. Memanggil Shikamaru yang sejak kecil selalu jadi pelindungnya.
Ibunya menunggunya pulang.
“Kiba!” Naruto meneriaki nama lain pelindungnya.
Ayahnya menunggunya pulang.
“Konohamaru!” Naruto tahu Konohamaru tidaklah sepenakut yang terlihat dari tiap reaksinya. Sama sepertinya, Konohamaru juga akan bersedia membantu dan menolongnya keluar dari tiap masalah.
Hinata menunggunya pulang.
“Udon! Lee! Choji! Shino!” Tidak ada di antara temannya yang akan membiarkannya dalam masalah. Tidak ada.
“Argh!” Naruto menggeram marah, menendang pintu itu sekali lagi.
Naruto berhenti, mengambil napas besar yang terasa panas di dadanya.
Menyandarkan dahinya pada daun pintu, kedua tangan terkepal di sisi kepala. “Aku ingin pulang, tolong...” Lirihnya serak.
Bayangan teman-temannya hanya berdiri di sana dan tidak merespons sedikit pun bahkan tidak menggenggam balik genggaman permintaan tolongnya berputar di kepalanya.
Kenapa dan kenapa secara beruntun bergema di kepalanya.
Kenapa Sasuke menahannya dan kenapa teman-temannya hanya diam.
Naruto kenal teman-temannya, terutama Kiba dan Shikamaru. Naruto menyangkal bahwa kedua pria itu adalah temannya melainkan orang lain yang menyerupai Kiba dan Shikamaru.
Naruto memejamkan mata, mengatur napas lalu berbalik untuk memberi dirinya sendiri waktu memindai sekeliling ruangan itu.
Dan kepalanya berdenyut ketika memorinya mengenali ruangan itu.
Kamar yang menahannya saat ini adalah kamar yang keseluruhannya hampir sama dengan kamar yang ada di rumahnya.
Kasur, dinding, furnitur, lemari, meja, kursi. Semuanya. Sangat mirip.
Dan sekelebat yang samar, Naruto mengingat hari di mana ia menolong Sasuke, membawa pria itu ke kamarnya untuk mengobati pria yang pingsan itu.
Apa? Apa yang sebenarnya terjadi?
Naruto tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi padanya, khususnya melihat ruangan itu yang didesain seperti miliknya, yang membedakan hanya ukuran ruangan itu yang lebih besar, jendela besar yang ditralis dan pintu sekeras besi.
Melihat jendela besar itu membuat amarahnya membesar dan merasakan malu yang sangat.
Untuk apa Sasuke melakukan semua ini?
Jika pria itu tersinggung dengan kata, candaan, atau tidak terima istrinya, Sakura, pernah disukainya dan dikejarnya, Naruto akan meminta maaf dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengatakan sepatah kata pun bahkan akan pergi jauh dari hadapan pria itu untuk menjaga jarak aman.
Selain ketiga itu, ia tidak memiliki ide lain kenapa Sasuke melakukan semua ini.
Kenapa, kenapa, dan kenapa.
Naruto maju ke arah ranjang dan mengacak kasur rapi berseprai oranye bergambar animasi katak hijau, melempar bantal dan guling ke sembarang arah, menjatuhkan semua furnitur di lemari dan meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]
Fanfiction[ Season 1 ✓ | 2 ✓ | 3 ] (!) KONTEN DEWASA! Cerita ini memiliki rating dewasa untuk adegan kekerasan fisik dan seksual, darah, pemaksaan, ancaman, konflik dan pembicaraan yang berat, bahasa kasar, gak stabil, yang ditulis secara jelas atau tersirat...