(!) Bab ini memiliki flashback dialog di bab 18. Jarak (Season 2).
•••
"Aku akan memberimu ruang dan waktu untuk hidup seperti yang kau pinta dan hari ketika aku datang, saat itulah aku menjemputmu kembali ke sisiku. Kau siap atau tidak."
Tok! Tok! Tok!
Naruto terkesiap, menoleh cepat ke arah pintu kayu kamarnya yang diketuk.
Mata yang memancar kosong itu berubah menjadi cerminan ketakutan yang paling buruk yang pernah ada.
Pikiran negatif mulai memakannya bulat-bulat, berpikir bahwa orang di balik pintu kamarnya adalah monster itu.
“Sayang, Ibu masuk!”
Mendengar suara feminin yang familier menendangnya keluar dari pikiran negatif di kepalanya.
Kedua bahu Naruto jatuh lemas, ketegangan yang dirasakannya meluruh secepat kilat, kembali merasakan keamanan saat pintu kamarnya dibuka dan sosok ibunya muncul.
Naruto memerhatikan dalam diam wajah ibunya yang merengut marah sembari berbicara melalui ponselnya yang menempel di telinga kanan, berjalan menuju tempatnya duduk di pinggir kasurnya.
“Kirimkan aku alamat rumah mereka sekarang!”
Kushina menjatuhkan ultimatum sebelum menutup secara sepihak sambungan telepon itu. Wanita paruh baya yang membara itu duduk di sisi kanan Naruto.
“Aku akan mendatangi orang-orang itu dan menghajarnya jika mereka masih menyulitkan Minato!”
Dari sana, Naruto berasumsi bahwa seseorang yang tadi dihubungi ibunya adalah ayahnya.
Naruto masih mendengarkan ibunya menggerutu mengenai mendatangi tiap pintu untuk menghajar orang lalu wajah memerah marah ibunya berubah cerah dan penuh kelembutan dalam sekejap ketika perhatiannya terarah padanya.
“Halo, Sayang! Bagaimana perasaanmu sore ini?” wajah Naruto didongak oleh jemari lentik Kushina yang menangkup pipi putranya.
Naruto memberikan senyum kecil. “Aku cukup baik, Bu.” Naruto memejamkan mata sesaat merasakan kecupan di dahinya.
“Ibu senang mendengarnya!”
“Bagaimana dengan Ibu?” tanya Naruto balik.
“Selama kau baik-baik saja, Ibu juga akan baik-baik saja!” Naruto mengangguk, senyum sedih terukir samar.
“Itu tadi Ayah, Bu?” Naruto mengalihkan topik, syukurnya ibunya tidak menyadari perubahan topik yang mendadak.
“Yaps!”
“Ada apa dengan Ayah?”
“Kau tahu, orang-orang ini menyulitkan pekerjaan ayahmu. Mereka membebaninya dengan tugas yang bukan bagian dari pekerjaan ayahmu kerjakan.” Kushina menjabarkan apa yang terjadi sampai harus berteriak dengan ponselnya tadi.
“Sebenarnya Ibu tidak heran jika di tempat kerja pun dia mendapat sedikit gangguan, sejak sekolah pun dia sering mendapatkannya karena dia terkenal “anak laki-laki yang manis dan lembut”. Jika tidak ada Ibu, seluruh masa SMA ayahmu akan menjadi neraka, Nak.”
Naruto mendengarkan dalam diam sepanjang ibunya bicara, sudah mendengar berkali-kali cerita ibunya tentang ayahnya di masa sekolah jika ayahnya tidak ada di antara mereka.
Kushina mempertahankan ekspresi wajahnya seperti tidak terjadi apa pun saat menyadari betapa diamnya anaknya ketika diajaknya bercerita, tidak seperti dulu, anaknya itu akan langsung menyambar tiap cerita yang dikatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]
Fanfiction[ Season 1 ✓ | 2 ✓ | 3 ] (!) KONTEN DEWASA! Cerita ini memiliki rating dewasa untuk adegan kekerasan fisik dan seksual, darah, pemaksaan, ancaman, konflik dan pembicaraan yang berat, bahasa kasar, gak stabil, yang ditulis secara jelas atau tersirat...