Sasuke membuka pintu khusus kamar yang ditempati Naruto setelah menempelkan sidik jarinya di pembuka kunci. Mendorong pintu khusus itu dan melihat Naruto sedang tertidur dengan kerutan dalam di dahinya. Sasuke tidak tahu bahwa dirinya mampu mengganggu seseorang bahkan di dalam mimpi.
Sasuke membuka jasnya lagi lalu melemparnya asal yang jatuh di kaki ranjang, melonggarkan dasinya lalu melemparnya juga dengan asal yang jatuh di kakinya berdiri, menggulung lengan kemeja hitamnya sampai siku dan membuka dua kancing teratas kemejanya, mengeluarkan ponselnya dari saku celana yang sempat dinyalakannya untuk melihat waktu yang telah masuk pukul 2 dini hari kemudian meletakkannya di meja kecil dekat ranjang, melepaskan kedua sepatunya dengan kedua kakinya lalu membuka selimut yang menyelimuti pria pirang yang tertidur. Sasuke menaiki ranjang dan mendapat reaksi dari si pirang yang bergerak, mungkin terganggu dari gerakan gelombang yang ditimbulkannya dari kasur empuk itu.
Tarikan napas yang tajam terdengar di telinga Sasuke dari Naruto saat Naruto membuka matanya dan melihat ada seseorang di sampingnya.
Naruto yang sedang tidur tapi masih sedikit sadar karena tidak akan mungkin bisa tidur pulas di tempat terkutuk itu merasakan gelombang dari kasur yang ditidurinya.
Dan mata yang mengantuk seketika segar oleh panik, terkejut melihat seseorang di sampingnya. Naruto ingat ketika sebelum tidur, ia benar-benar sendirian.
Dengan tergesa-gesa, Naruto menggunakan kedua tangannya tanpa sadar untuk membantunya terbangun untuk duduk dan menjauh dari Sasuke yang duduk di sampingnya tetapi karena lupa dan menggunakan tangan yang mana bahunya sakit membuat Naruto mengerang keras.
Sasuke yang belum melakukan apa pun mendatarkan ekspresinya tidak senang melihatnya.
“Argh!” Naruto meraung yang kini terjatuh kembali terbaring di kasur memegangi bahu yang berdenyut luar biasa sakit. Matanya terpejam erat.
“Ibu ...” Naruto merengek di antara rasa sakit sembari memegang lengannya.
Sasuke menatap datar Naruto lalu mengambil ponselnya yang tidak lama diletakkan di meja, memilih kontak nama yang dibutuhkan. Menunggu dering terjawab. “Sakura, datang ke kamar Naruto sekarang.” dengan itu Sasuke mematikan sambungan telepon.
Naruto merasakan sakit tiap ia bergerak sedikit di bahunya yang dihancurkan pria itu. Kedua kakinya mengais-ngais di bawah selimut.
Sasuke mendengar pintu terbuka di saat Naruto tidak fokus. Sakura adalah salah satu dari beberapa orang pilihan yang memiliki akses membuka pintu kamar Naruto. Pakaian wanita itu terlihat rapi dan ia tahu jam berapa pun ia memanggil wanita itu, wanita yang menyandang sebagai istrinya itu akan selalu bersiaga untuk kondisi darurat seperti ini.
Di belakang Sakura ada dua wanita yang memakai seragam layaknya perawat umum di mana ia memperkerjakan beberapa perawat dan dokter terbaik di kota itu untuk kepentingan markas dengan pergantian jam jadi mereka selalu siap menghadapi kondisi darurat.
Sakura dan dua perawat tergopoh-gopoh menuju ranjang di mana Naruto meraung sakit memegang bahunya.
Sakura dan dua perawat itu sampai di sisi ranjang Naruto. Sakura sibuk memeriksa Naruto dan dua lainnya dengan cekatan mengeluarkan beberapa alat dari tas darurat mereka.
“Bahunya terkilir. Ini harus segera diperbaiki, pertama aku akan mengambil anestesi untuk membuatnya,”
“Tidak perlu.” Sakura disela, terhenti, dan kini menatap tak percaya Sasuke. Mengerti maksud pria itu. “Tidak perlu membuatnya tidak sadarkan diri.”
Sakura sedikit melirik Naruto yang berjuang akan rasa sakitnya itu.
“Tidak bisa, Sasuke,”
“Ini juga salah satu pelajaran agar dia bisa belajar dari kejadian ini.” katanya tenang, memotong lagi penolakan Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]
Fanfiction[ Season 1 ✓ | 2 ✓ | 3 ] (!) KONTEN DEWASA! Cerita ini memiliki rating dewasa untuk adegan kekerasan fisik dan seksual, darah, pemaksaan, ancaman, konflik dan pembicaraan yang berat, bahasa kasar, gak stabil, yang ditulis secara jelas atau tersirat...