13. Simpati

1.9K 246 54
                                    

(!) Ada sedikit flashback tersirat dari bagian pertama cerita ini di bab 15. Pulang

(!) 6500+ kata

•••

Di malam yang sama ketika gagalnya sandiwara yang akan berhasil membawa kebebasan pada Naruto namun di tempat yang berbeda, tepatnya di sisi rumah orang tua Naruto.

Mata terpejam Kushina yang sembab terbuka lebar dan tarikan napas yang tercekik memburu. Kushina bangun, mendudukkan dirinya, melihat ada sesuatu yang jatuh di pangkuannya dan mengetahui itu adalah sebuah selimut.

Kushina mengingat-ingat apa yang dilakukannya sebelum tertidur. Dan teringat bahwa sebelum tertidur, ia telah menangis lagi sepanjang sore karena belum mendapatkan hasil dari kabar hilangnya Naruto di semua iklan yang dipasang.

Mungkin karena lamanya menangis, ia tak sengaja tertidur di kasur anaknya dan mengenai selimut yang ada di pangkuannya, Kushina menebak bahwa pelakunya adalah Minato yang sudah pulang dari kantor dari melihat sekilas jam tangan suaminya itu di nakas dekat alarm anaknya.

Kushina mencengkeram rambut merahnya di sisi kepalanya.

Mimpi buruk membangunkannya lagi kali ini. Mimpi mendengar suara anaknya yang meminta tolong yang disusul suara teriakan kesakitan dari Naruto namun Kushina tidak bisa menemukan anaknya di mana pun karena ruangan yang gelap total.

Kushina mengatur napas yang bergetar untuk menenangkan diri. Di rasa cukup, Kushina menyingkap selimut, menurunkan kakinya dari kasur anaknya yang kini ditempati olehnya dan Minato semenjak hilangnya Naruto, kedua kakinya hampir limbung saat menyeimbangkan diri yang masih diteror mimpi buruk.

Kushina menutup pintu kamar Naruto dan berjalan di antara ruangan-ruangan rumah yang gelap, sejenak berpikir mungkin Minato sengaja tidak menyalakan lampu di tiap ruangan karena kebiasaan mereka ketika bersiap untuk tidur akan mematikan lampu dihampir seluruh ruangan, menuju satu titik di mana ia akan menemukan suaminya. Dapur.

Ketika sampai di ambang pintu dapur, Kushina menemukan Minato yang terduduk di salah satu kursi meja makan, ada segelas air yang masih terisi penuh di depannya, kepalanya tertunduk menatap kosong gelas itu.

Di dapur yang temaram, Kushina bisa melihat jelas kesedihan di wajah suaminya yang sedang tidak memakai topeng 'baik-baiknya saja'.

Bibir yang dirapatkan berkedut, Kushina berusaha untuk mengendalikan diri melihat sisi tersembunyi suaminya dari dunia dan darinya.

Kushina menghela napas pelan, berjalan menghampiri Minato.

Mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya, wajah kusut dan lelah Minato luntur, terpasang lagi secara otomatis wajah kuat dan baik-baiknya saja.

"Selamat datang ke rumah, Minato." Kushina menyambut kedatangan suaminya entah sejak kapan itu karena tertidur. Memeluk kepala suaminya yang masih terduduk dan menyandarkan kepalanya ke dadanya, memberikan remasan kecil di rambut pirang Minato yang terpejam, terbuai akan afeksi Kushina.

"Aku sudah pulang satu jam yang lalu, Kushina. Maaf tidak memberitahumu karena aku tidak ingin membangunkanmu." tanpa perlu ditanya, Minato lebih dulu menjelaskan tentang kepulangannya. Kedua mata Kushina terpejam merasakan kedua tangan mengelus pelan punggungnya, mengangguk di atas kepala Minato yang bersandar di dadanya. "Tidak apa-apa, Minato."

Keduanya saling membutuhkan dukungan. Jika ada salah satu dari mereka yang terpuruk, maka harus ada yang bergilir menjadi penguat.

"Kau sudah makan malam?" Kushina bertanya masih dengan mata yang terpejam, merasakan gelengan kecil di dadanya. "Aku menunggumu bangun dan makan malam bersama." Minato menjawabnya.

WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang