2. Di mana Biri-biriku?

4.3K 535 27
                                    

“Aku akan membawa bunga yang banyak di hari pemakamanmu nanti, tenang saja.” Kata Kiba ketus.

Mereka berenam berjalan pulang ke rumah masing-masing setelah menyelamatkan Naruto.

“Hei!” Protes Naruto yang berjalan di samping Kiba.

“Naruto-niichan, aku akan sangat merindukanmu nanti.” Kata Konohamaru sedih yang diangguki kedua temannya.

“Hei!” Naruto memprotes Konohamaru yang ikut-ikutan seperti Kiba. Ia akan menjauhkan Kiba dari adik-adik kelasnya yang polos dan murni, Kiba berpotensi merusak ketiga adik kelasnya yang selalu memihak padanya.

“Kenapa Naruto!?” Kiba menghentikan langkahnya. Menghadap Naruto yang juga berhenti. “Kenapa kau menantang laki-laki itu!?” Kiba memberang, berteriak di depan wajah Naruto, kehabisan akal pada kelakuan bodoh teman pirangnya itu.

Konohamaru, Udon, dan Moegi ikut berhenti. Memerhatikan pertengkaran kedua kakak kelasnya. Shikamaru berdiri di depan mereka dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana seragamnya, menunggu mereka selesai.

“Aku—“

“Kau boleh menyukai gadis itu tapi tidak sampai membahayakan dirimu!” Kata Kiba garang.

“Aku tidak berpikir—“

“Memangnya otak kecil ini bisa berpikir!?” Kiba menunjuk-nunjuk kepala Naruto yang ditepis Naruto. “Hei!”

“Aku tidak berpikir apa-apa. Aku hanya mengatakannya begitu saja!” Cicitnya.

“Shikamaru tolong aku!” Naruto mengalihkan tatapannya pada Shikamaru yang menatap mereka dalam diam, meminta pertolongan dari kemarahan Kiba.

Kiba kalau marah seramnya berada di satu level di bawah ibunya.

“Setidaknya, kita adalah teman, mati bersama pun akan terdengar seperti sahabat semati, bukan?” Katanya, mencoba mencarikan suasana.

“Ouch!” Naruto mengaduh sakit kepalanya dipukul Kiba. Naruto cemberut.

“Mati sendiri sana!” Cetus Kiba.

“Akan kuadukan kau ke Ibuku!” Senjata andalannya pun menembak.

“Akan kuadukan juga kau ke Ibuku!” Kiba membalas.

“Huft...” Shikamaru menghela napas. Membuat mereka semua mengalihkan perhatian mereka pada pemuda berambut nanas itu.

“Tindakanmu kelewatan Naruto.” Mata kuaci Shikamaru menabrak mata besar biru Naruto yang merengut. Tidak ada di antara mereka yang membelanya.

“Ini bukan lagi akan menjadi persainganmu dengannya tapi juga pasti akan melibatkan kelompok sekolah kita jika sampai tahu, atau bahkan laki-laki itu akan mengatakannya pada ketua kelompok sekolah kita bahwa kau mencoba merebut kekasihnya.” Nada malas Shikamaru terdengar lagi.

Apa yang dikatakan Shikamaru tidak menenangkan pikiran kalut dari perbuatan spontannya. Perkataan pemuda itu membuat jantung Naruto berdentum keras.

“Kalau begini caranya permusuhan bertahun-tahun ini tidak akan selesai.” Rasa bersalah dan rasa takut memperbesar permusuhan membuat perut Naruto melilit.

“Kau yang melakukannya, kau yang harus bertanggung jawab Naruto.” Shikamaru menaikkan kedua bahunya, seperti tidak memiliki cara untuk jalan keluar.

Naruto melirik Kiba yang memberinya tatapan 'rasakan itu', lalu pada ketiga adik kelasnya yang menatapnya dengan mata mengerjap-ngerjap.

Ia ingin menangis namun tidak ingin terlihat oleh teman-temannya. Wajahnya merengut dalam. “Kalian jahat sekali! Kuadukan kalian ke Ibuku!” Naruto berseru kencang lalu berjalan begitu saja meninggalkan mereka.

WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang