Naruto sudah bangun pagi ini, dari jendela buram yang diliriknya, tetapi masih belum ingin beranjak atau sekadar bergeser di kasurnya.
Teringat kejadian malam tadi.
Setelah makan malam dengan Sasuke, meminta pergantian pasta giginya, pria itu segera pergi dari tempatnya, tak lama dua pelayan sebelumnya datang dengan Juugo yang mengantar bkedua pelayan itu untuk membereskan meja yang tadi dipakai.
Setelah mereka pergi dan sendirian lagi, Naruto berjalan ke tempat tidur, tidak mengantuk tapi rasanya ingin berbaring. Mungkin tubuhnya terkena efek betapa kacaunya pikiran dan hatinya.
Berbaring menatap langit-langit sampai tak terasa menutup matanya yang mengantuk kebosanan.
Naruto melanjutkan kegiatan yang semalam ditunda karena ketiduran. Menatap langit-langit.
Pikirannya kosong. Hanya benar-benar menatap langit-langit polos di atasnya.
Sampai Naruto mendengar pintu itu terbuka. Naruto duduk dengan hati-hati, bersandar di kepala ranjang. Ada Sasuke, Suigetsu, dan dua pelayan yang mengantar sarapan ketika dua pelayan itu berjalan ke meja yang semalam.
Sasuke dan Suigetsu berdiri di sisi ranjang.
Naruto melihat pria bersurai biru itu atau Suigetsu membawa sebuah kotak. Naruto menyerngit, bertanya-tanya.
“Yang kau pinta semalam.” kata Sasuke, menjawab pertanyaan tak langsung Naruto, dagunya menunjuk kotak yang dibawa Suigetsu.
Naruto mengingat-ingat apa yang dimintanya semalam lalu mengangguk-angguk ketika mengingatnya.
“Kau masih memakai pasta gigi anak-anak?” suara si pria bersurai biru terdengar, bertanya. Nadanya seperti meledek. Naruto mendongak.
“Memangnya kenapa? Tidak boleh orang dewasa memakai pasta gigi anak-anak?!” ketusnya.
Sebelum Suigetsu membalas, Sasuke telah menengahi keduanya. “Boleh.”
Suigetsu tidak memberikan respons dan Naruto menjulurkan lidahnya ke arah pria itu, puas.
Naruto mengambil dengan kasar kotak yang dipegang Suigetsu begitu saja dengan tangan kirinya. Meletakkan kotak itu di pangkuannya, membukanya dan melihat isi dari kotak itu berupa pasta gigi dengan jumlah banyak yang tidak biasa dipakainya. Pasta gigi itu terlihat lebih mahal dari yang biasa dipakainya.
“Kenapa rasa anggur? Aku maunya rasa stroberi!” Naruto mendongak ke arah Suigetsu, protes.
“Aku tidak tahu, tidak ada yang mengatakan padaku harus rasa apa,” Suigetsu membalas tak kalah sebal.
“Makanya tanya padaku!” Naruto masih tidak ingin kalah berdebat. “Pergi sana! Belikan yang rasa stroberi!” Naruto menyingkirkan kotak pasta gigi itu ke pinggir kasur, menuntut.
“Pergi.” Sasuke mengarahkan kata itu pada Suigetsu di mana kedua pelayan berdiri di belakangnya, telah menyelesaikan tugas membawa dan menata sarapan untuknya dan Naruto.
Tanpa banyak kata, Suigetsu mengambil kotak itu lalu pergi dari kamar itu bersama kedua pelayan.
“Sarapan.”
Sasuke berjalan ke kursi yang semalam pria itu duduki dan Naruto beranjak bangun dari duduknya. Masih harus hati-hati menggerakkan tangan kanan dan kakinya. Menyusul Sasuke yang menunggunya untuk mulai sarapan. Mengetahui bahwa pria itu menunggunya, Naruto sedikit mencepatkan langkah kakinya.
Naruto menarik satu-satunya kursi yang kosong, duduk di hadapan Sasuke. Ketika Naruto mengambil sendok dari bubur, Naruto menyerngit tak suka melihat makanan putih itu, ternyata makanannya masih bubur padahal Naruto sendiri merasa bahwa dirinya tidaklah sakit tapi tidak terlalu ingin protes, tidak ingin mengalami hal-hal tak mengenakan. Sasuke juga mengambil sendoknya dan mereka berdua memulai sarapan mereka dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]
Fanfic[ Season 1 ✓ | 2 ✓ | 3 ] (!) KONTEN DEWASA! Cerita ini memiliki rating dewasa untuk adegan kekerasan fisik dan seksual, darah, pemaksaan, ancaman, konflik dan pembicaraan yang berat, bahasa kasar, gak stabil, yang ditulis secara jelas atau tersirat...