8. Berhasil

2K 261 29
                                    

Kadar kantuk di manik biru yang tertutup telah habis. Kelopak mata yang terpejam kini terbuka perlahan.

Refleks menatap langit-langit kamar yang tepat di atas matanya sebagai pemandangan utama namun merasakan ada seseorang di sampingnya, manik biru Naruto bergulir ke asal hawa itu berada dan terkejut melihat Sasuke dengan pakaiannya yang serba hitam, ditambah lampu kamar yang sedikit temaram, dan manik hitam tepat menatapnya, duduk di sisi ranjangnya.

Tarikan napas tajam terdengar dari bibir Naruto yang berusaha bangun seperti orang kesetanan, bayangan buruk ketika hari-harinya berjuang lepas dari kungkungan pria di sampingnya itu menguasai seluruh pandangan matanya, refleks ingin menjauh dari ancaman, dari Sasuke.

Tetapi Naruto terjatuh kembali ke kasurnya yang berusaha bangun untuk duduk, mengerang sakit, memejamkan mata memegang bahu kanan yang protes dikejutkan dengan gerakan tiba-tiba.

Tapi tak lama kesadaran perlahan menguasai dirinya yang panik. Ingat bahwa keadaan sekarang telah berbeda karena ia telah menyerah ditambah tidak ada pergerakan dari pria di sampingnya itu.

Naruto membuka matanya lagi, menoleh pada Sasuke yang datar menatapnya.

“Sasuke,” panggil Naruto lirih.

Hn.” Sasuke bergumam, menanggapi.

“Kita baik-baik saja?” tanya Naruto dengan suara bangun tidurnya yang serak dan lirih.

Sasuke tidak langsung menjawab seperti tadi, terdiam, matanya menilik manik biru yang menatapnya waswas dan harap. Naruto mencoba menanyakan statusnya, mungkin terkejut melihatnya ketika terbangun dari tidur yang nyaman.

“Ya.” Sasuke menjawabnya dengan jelas bukan lagi gumaman andalannya.

Melihat Naruto menghela napas dan manik matanya terpancar lega yang kentara.

Naruto mengangguk pelan di bantalnya.

Keterdiaman menyelimuti mereka lagi seperti awal Naruto yang belum terbangun.

Naruto dengan manik terpejam mengatur napasnya dan Sasuke masih memerhatikan dengan manik kelamnya.

“Kau belum makan malam.”

Mendengar itu, Naruto membuka matanya, menatap Sasuke. Makan malam. Berarti saat ini adalah malam. “Memangnya ini jam berapa?” Naruto dengan berani bertanya.

Naruto baru kali ini menanyakan waktu terutama pada Sasuke, si penculiknya. Tidak terlalu berharap akan dijawab ketika apa yang dibahasnya tentang hal-hal yang sensitif terhadap kebebasannya selalu tidak memiliki tanggapan.

“Tujuh lewat sembilan belas.” Naruto hampir menarik napas tajam lagi ketika mendapat jawaban dari pertanyaannya. Naruto mengangguk-angguk. Beralih untuk bangun dan mendudukkan diri.

Naruto tidak mengetahui pergerakan Sasuke atau mendengar pria itu beranjak dari kursinya ketika merasakan dua tangan kokoh dan besar berada di bawah ketiaknya, mengangkatnya untuk ke posisi duduk, dengan mudahnya juga memundurkan dirinya agar bisa bersandar pada kepala ranjang ketika ia begitu hati-hati untuk bangun ke posisi duduk.

Naruto menunduk untuk menghindari manik kelam yang masih mengikuti geraknya. Malu sebenarnya, ia masih bisa melakukannya sendiri meski harus pelan-pelan mengingat ada bahunya yang harus diperlakukan dengan hati-hati dan itu bukan berarti ia tidak mampu melakukannya sendiri.

“Aku akan menyuruh Juugo untuk membawakan pelayan mengantarkanmu makan malam.”

Mendengar suara Sasuke lagi, Naruto tersadar dari ratapannya, memilih untuk membiarkannya berlalu. Dan sempat lupa bahwa Sasuke mengatakan akan datang ketika malam tiba karena seharian sibuk memukul Suigetsu atau membuat pria itu jengkel untuk mengikuti permintaan absurdnya dan ketiduran setelah makan siang dan baru terbangun saat ini.

WHATEVER THE PRICE [ SasuNaru ] [S1-S2✓|S3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang