Chapter 4

18 3 10
                                    

Aku mematikan alarm yang sejak tadi sudah berbunyi kencang. Aku baru sadar bahwa aku tertidur dalam posisi duduk. Seingatku memang semalam aku lembur mengerjakan desain yang merupakan pekerjaan pertamaku di Star Food.

Ku angkat kepalaku yang bertumpu pada lengan kanan yang kujadikan bantal semalaman tadi.

" Akhhh."

Kurasakan leherku sakit dan lenganku juga terasa kebas. Ku angkat lengan kananku dengan bantuan tanganku yang lain. Aku menggerakkannya ke atas bawah sambil ku hentak-hentakkan. Begitu pula dengan leherku. Kepalaku ku patahkan ke kanan dan kiri serta sesekali melakukan gerakan memutar.

" Hufh ( menghela napas ) karyawan teladan nih gue, baru satu hari kerja udah di suruh lembur. Nasib emang punya seonbae yang kerjanya terlalu royal sama perusahaan. Kasih deadline sama orang baru engga tanggung-tanggung."

" Haahhhh ( menarik napas panjang ) gue kangen juga sama hari-hari gue sebagai penulis lagu AK. Gue engga harus bangun pagi buta kaya gini."

Aku langsung berdiri saat kurasakan tubuhku sedikit membaik. Aku langsung pergi mandi bersiap untuk berangkat kerja.

***

Sesampainya di kantor aku langsung menuju ruangan Cinta. Ah iya juga yah dipikir-pikir aku belum memiliki meja kerja. Haruskah aku memintanya pada appa untuk membuatkanku ruangan sendiri? Atau aku tanyakan dulu pada Cinta?

Lebih baik kutanyakan dulu pada Cinta. Sepertinya kurang etis jika langsung meminta pada appa. Selain terlalu berlebihan, aku akan terkesan tidak menghargai Cinta sebagai mentorku.

Ku buka pintu ruangan Cinta tanpa mengetuknya. Ku pikir dia belum datang tapi ternyata dia sudah ada di dalam, berdiri menghadap jendela yang terbuka sambil memegang segelas kopi. Cahaya matahari yang menerpa tubuhnya dari luar membuatnya terlihat bersinar. Rambutnya yang tergerai bahkan sedikit berkibar ke belakang akibat hembusan angin dari luar. Postur tubuhnya yang terlihat dari belakang sedikit mirip dengan Jessica, mungil dan ramping. Aku bahkan hampir memanggilnya Jessica jika saja Cinta tidak menoleh kepadaku.

" Biasakan mengetuk pintu sebelum masuk." Tegurnya datar seperti biasa.

" Ne. Mianhae." Jawabku yang kemudian duduk ke sofa tanpa di perintah.

Aku langsung mengeluarkan laptopku dan membuka pekerjaanku semalam.

" Gue udah selesaiin desainnya. Loe bisa lihat dulu engga?" Tanyaku sambil membuka folder pekerjaanku.

Cinta berjalan menghampiriku dan duduk persis di sebelahku. Akupun menunjukkan padanya tiga desain cover cemilan yang dia minta kemarin. Cinta mengamatinya dengan seksama, dia bahkan mencondongkan badannya lebih mendekatiku. Aku spontan memundurkan dudukku untuk memberinya lebih banyak ruang.

Jujur saja aku merasa kurang nyaman dengan posisi seperti ini. Bisa kalian bayangkan? Aku duduk sementara kepala Cinta ada di depan mataku. Tubuhnya bahkan sedikit menempel padaku. Meski dia hanya berusaha melihat desain dalam laptopku tapi terus terang posisi ini membuatku kurang nyaman. Aku ingin menghindar tapi posisiku sudah terkunci. Jika aku bergerak aku takut membuat Cinta juga merasakan hal yang sama denganku.

" Ini bagus, ini agak gimana yah?" Ucapnya tanpa canggung sedikitpun dengan posisi kami sekarang.

" Ah. Yang ini sempurna." Ujarnya lagi yang kemudian tiba-tiba saja menoleh padaku yang otomatis membuat wajah kami saling berhadapan. Aku terpaku melihatnya. Bahkan aku sampai tidak bisa bergerak. Apa aku terpesona padanya?

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang