Chapter 19

20 3 23
                                    

Pagi buta aku sudah terbangun. Aku menggeliat kemudian mengulum senyum saat mengingat kejadian semalam. Benarkah aku sudah resmi berpacaran dengan Cinta?

" Ahhhhhh.. Beneran engga sih ini?" Aku mencubit pipiku dan terasa sakit. Berarti ini bukan mimpi. Cinta memang nyata sudah menjadi milikku.

Aku mengguling gulingkan badan di tempat tidur. Kujelajahi seluruh sisi tempat tidur bahkan aku kemudian berdiri dan melompat-lompat seperti anak kecil.

Ku nyalakan tv karena bingung harus berbuat apa. Kulihat jam ternyata sekarang baru pukul 5 pagi. Masih terlalu pagi untuk bersiap ke kantor. Ah rasanya aku sudah tidak sabar bertemu dengan Cinta.

Aku mengambil ponsel, mengecek barangkali ada pesan dari Cinta. Ku buka ponsel ternyata ada beberapa pesan masuk semalam yang ternyata dari Renata.

* Kak Aidan udah tidur?

* Kak? Aku baper sama ciuman kita kemarin waktu Kak Aidan mabuk.

" MWO? Ciuman apaan?" Ujarku terkejut membaca pesan dari Renata bahkan aku sampai melempar ponselku ke kasur.

Aku mengambil ponselku lagi dan kembali membaca pesan Renata dan memang tidak ada yang berubah dari pesan itu. Aku memang tidak salah membaca. Tapi kenapa isinya seperti itu? Kapan aku berciuman dengan Renata?

Kubaca pesan selanjutnya yang belum sempat terbuka.

* Aku tahu kak Aidan mabuk saat itu, tapi aku engga bisa nolak ciuman kakak. Aku suka sama Kak Aidan.

* Aku udah suka kak Aidan sejak dulu. Aku mengubah penampilan dan kepribadianku sejujurnya juga karena jawaban kak Aidan tentang tipe ideal kakak yang orangnya supel dan pandai bergaul.

* Aku juga udah mikirin ini sebelum kirim pesan sama kak Aidan. Setelah denger ocehan kak Aidan saat mabuk kemarin yang bilang bahwa kakak dan kak Cinta cuma pacaran bohongan dan kak Aidan di tolak saat menyatakan perasaan kakak sama kak Cinta. Bisa engga kak Aidan kasih aku kesempatan untuk kita dekat? Lebih dari sekedar kakak adik. Aku cinta sama Kak Aidan.

" IGE MWOYA? " Aku menganga saking terkejutnya dengan semua pesan dari Renata.

" Belum juga sehari gue sama Cinta jadian tapi udah dapet cobaan kaya gini. Gue harus jelasin gimana sama Cinta?" monologku dengan resah. Aku bahkan tidak ingat dengan ciuman yang dikatakan oleh Renata.

***

Aku berangkat ke kantor masih dengan gelisah. Jujur saja aku takut jika Renata datang menemuiku untuk mempertanyakan ciuman yang bahkan aku tidak ingat. Apalagi jika Cinta sampai tahu. Bisa mati aku. Aku tidak ingin kehilangan Cinta yang bahkan baru saja kumiliki.

Sejak dari parkiran aku sudah mulai khawatir. Aku sengaja tidak langsung naik ke lantai 4 melainkan berjalan ke lobby. Aku memperhatikan situasi dengan was-was barangkali Renata tiba-tiba datang dari luar gedung. Syukurlah ternyata tidak ada tanda-tanda wanita itu datang ke sini. Bukannya aku ingin menjadi pecundang dengan tidak bertanggung jawab atas apa yang kulakukan tapi aku bahkan tidak ingat melakukan hal itu pada Renata. Lagipula aku juga tidak ingin sampai melukai hati wanita yang sangat ku cintai, Cinta Maharani.

Aku segera menemui noona resepsionis dan berpesan padanya.

" Noona?" Panggilku.

" Ah ne Aidan-ssi? Waeyo?" Tanyanya heran karena aku selalu menyapu pandangan ke segala arah selagi berbicara dengannya.

" Kalau ada yang cari saya, tolong katakan saya tidak ada di kantor yah? Bilang saja saya tugas di luar."

" Perempuan atau laki-laki yang cari?" Tanya noona resepsionis.

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang