Chapter 28

18 3 13
                                    

Aku dan ayah kembali ke rumah menjelang maghrib. Selama di perjalanan bahkan sejak ayah membicarakan mengenai lamaran itu aku sama sekali tidak bicara pada ayah. Hanya sesekali menjawab jika beliau bertanya. Itupun kujawab sesingkat mungkin.

Kalau di bilang tidak sopan. Biarlah, aku sudah terlanjur kecewa dengan ayah.

Cinta dan Ibu menyambut kami di teras rumah.

" Aidan? Ayah? Kalian dari mana aja sih? Pergi ndak ngabarin orang rumah. Mana ndak ada yang bisa dihubungin lagi." Ujar ibu begitu kami sampai di rumah.

Aku memaksakan diri tersenyum di depan ibu dan Cinta. Aku tidak ingin menunjukkan betapa hancurnya hatiku sekarang. Ayah kulihat tidak terlalu berbeda sikapnya. Masih dingin seperti pertama kali kulihat tadi pagi. Ya mungkin seperti inilah karakter ayah.

" Ayah abis ngajak makan bakso Aidan." Ucap ayah kemudian berlalu ke dalam rumah di ikuti oleh ibu.

Cinta menatapku intens. Aku tahu dia sadar aku agak berbeda karena biasanya aku selalu cerewet dan kali ini aku hanya diam saja. Terlebih di ajak makan bakso oleh ayah bukankah itu sesuatu yang patut di ceritakan? Tapi nyatanya aku hanya diam di depan Cinta.

" Ayah ngomong sesuatu yang aneh yah?" Tanya Cinta seperti mengerti apa yang terjadi.

" Engga." Jawabku singkat.

" Kok kamu diem aja?"

Aku tersenyum pada Cinta agar tidak membuatnya khawatir.

" Aku cuma cape aja sayang, tadi di ajakin muter sama ayah." Ucapku berbohong.

" Oh ya? Padahal ayah engga terlalu suka jalan kaki loh." Balas Cinta yang sepertinya ragu dengan jawabanku.

" Aidan? Cinta? Masuk ke dalam sudah maghrib." Teriak ibu dari dalam rumah yang membuatku lega karena aku tidak harus mengarang cerita lainnya demi menutupi kebohonganku barusan.

Sekitar pukul 7 malam, ibu mengetuk pintu kamarku menyuruhku untuk makan malam sedangkan Cinta kulihat sedang menata makanan di meja makan.

Kami akhirnya makan malam bersama.

" Aidan?" Panggil ibu sambil menyendokkan nasi untukku setelah sebelumnya mengambilkan untuk ayah.

" Ya bu." Jawabku mengangkat piring dengan kedua tangan sambil menundukkan kepala mengucapkan terima kasih.

" Sopan sekali kamu leh." Ucap ibu karena melihatku menunduk.

" Di Korea memang seperti itu bu." Jawab Cinta.

" Kok kamu engga ikutan?" Tanya ibu pada Cinta.

" Hehe. Biasanya sih gitu. Mumpung sekarang lagi engga di Korea gapapa kan engga ikut aturan?" Ucap Cinta beralasan.

" Hoalaaah nduk nduk kamu tuh."

Ibu langsung duduk begitu selesai mengambilkan nasi untuk Cinta dan untuk dirinya sendiri.

" Oh iya Aidan? Boleh dong ibu minta tanda tangan kamu sama foto buat ibu pamerin sama temen-temen ibu?" Ucap ibu padaku.

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala.

" Boleh dong bu tapi saya engga pernah merasa diri saya seorang selebriti jadi tanda tangan saya mungkin engga sekeren artis-artis lain." Jawabku.

" Ndak papa ndak papa yang penting kamu tanda tangan dan foto bareng ibu disitu. Kalau perlu kita bikin video biar temen-temen ibu percaya kalau ibu punya calon mantu seorang artis dan idolanya ibu sendiri. hehe."

" Ibu norak tahu ndak?" Ayah terlihat mencibir.

" Biarin. Sirik aja ayah." Balas ibu.

Ting... Tong..
Tok.. Tok... Tok...

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang