Chapter 13

15 3 29
                                    

Beberapa hari telah berlalu. Hatiku sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Jessica sebagai noonaku. Kurasa aku sudah mulai bisa berdamai dengan takdir. Dan akhir-akhir ini hari-hariku malah di isi oleh ocehan Cinta. Seseorang yang ku kenal dingin pada awalnya tapi saat ini menjadi orang yang paling sering bicara, lebih tepatnya mengomel. Ada saja yang membuat dia marah. Tapi herannya semua omelan itu pasti hanya tentangku saja sementara pada orang lain Cinta cenderung lebih sabar.

Seperti saat ini Cinta datang ke kantor, masuk ke ruangan kemudian langsung membanting tasnya di mejaku. Aku sampai terlonjak karenanya.

" Kali ini apa lagi sih cantik?" Tanyaku yang sudah paham dengan kebiasaan barunya menggebrak mejaku di pagi hari sejak pertemuan dengan keluargaku lebih dari seminggu yang lalu itu.

" Gue stress sama semua keluarga loe Aidan, mereka semua bener-bener nganggep gue beneran cewe loe. Aargghhh." Keluhnya sambil mengacak-acak rambut frustasi kemudian berjalan ke sofa dan menjatuhkan dirinya di sofa dengan kasar.

" Bagus dong berarti akting kita berhasil." Ucapku santai sambil melihat wajahnya yang cemberut. Aku langsung menarik senyum setiap kali melihatnya. Aku yakin aku memang benar-benar sudah jatuh hati pada Cinta. Bahkan saat ini nama Jessica sudah tidak berarti apa-apa lagi di hatiku. Namanya sudah terganti oleh Cinta.

Sejak Cinta sering mengomel padaku, hari-hariku sudah di penuhi oleh dia dan sejak itu pula perlahan nama Jessica tergeser dan tergantikan oleh Cinta. Tapi aku masih belum bisa mengakui pada Cinta bahwa aku sudah mulai menyukainya. Aku tidak melakukannya karena kulihat Cinta tidak menaruh perasaan apa-apa padaku. Biarlah menjadi pacar pura-pura nya saja yang penting dia selalu ada di sampingku. Syukur-syukur dia terjebak dan terpaksa menikah denganku kan? Hahahaha otak iblisku parah sekali.

Ah bukan begitu sih seharusnya, lebih tepatnya mudah-mudahan dengan dia yang selalu ada di dekatku akan menumbuhkan juga rasa sukanya padaku. Ah tapi aku cukup trauma dengan hubungan sepihak. Apalagi di sini aku menjadi orang yang menyukainya duluan.

" Kita bilang putus aja deh, gue udah engga mau bantuin loe lagi." Ujarnya.

Aku langsung kaget mendengar pernyataannya.

" Eh eh eh jangan. Jangan bilang putus-putus gitu. Sembarangan loe." Omelku padanya.

" Loh emang kenapa? Gue punya hak dong mengakhiri perjanjian ini? Gue rasa gue udah cukup bantuin loe. Jadi loe harus hapus video itu sesegera mungkin." Protesnya.

" Engga. Engga akan. Gue masih butuh loe jadi pacar gue. Perjanjiannya juga kan sampai hyung dan noona gue balik ke Indonesia."

" Tapikan itu masih lama Aidan. Gue udah engga sanggup. Bayangin aja deh tiap hari noona yang loe puja-puja itu engga pernah absen chat gue. Belum lagi kadang video call, dia bilang sepertinya dia ngidam pengen lihat wajah gue. Belum sajangnim yang sering manggil gue ke ruangan cuman buat ngobrol santai dengan calon mantu katanya. Engga loe, engga bokap loe dan semua keluarga loe semuanya random banget dan gue stress dengan kalian semua." Curhatnya dengan cepat seperti rapper.

Kadang aku merasa heran sendiri dengan Cinta yang aslinya cool kemudian berubah menjadi cewe yang cerewet parah gini. Tapi entah kenapa aku malah suka kalau Cinta mengomel panjang lebar. Seperti ada hiburan tersendiri dan aku kecanduan dengannya.

" Sabar sayang."

Cinta menoleh cepat ke arahku kemudian melemparkan bantal sofa ke mukaku dengan kasar. Untung saja aku sigap menangkapnya.

" Sayang, sayang. Loe juga bikin gue tambah stress tahu engga. Jangan panggil gue dengan sebutan sayang sayang lagi deh. Gue risih."

" Terus apa dong? Chagiya? Cantik? Baby?" Godaku.

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang