Chapter 11

14 4 22
                                    

Cinta kurasakan sangat aktif memimpin adegan ciuman kami, dia melumati bibirku dan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Lidahnya menyapu seluruh bagian dalam mulutku. Begitu kutemukan lidahnya, aku langsung saja mengait lidahku dengannya. Entah sejak kapan Cinta menjadi mahir dalam berciuman?

Suasana erotis ini jujur saja membuatku terangsang. Melihat Cinta yang mendudukiku, juga ciuman kami yang panas membuat sesuatu di dalam celanaku menjadi tegang. Tak terasa akupun terdorong untuk menyentuh dadanya.

Saat tanganku sudah berada di dadanya, Cinta melepaskan pagutannya dan mundur dengan cepat. Dia terkejut, entah karena tindakanku atau dia telah tersadar bahwa dia sudah berciuman panas denganku? Aku sontak protes atas perlakuannya yang menghentikan aksi kami saat aku sudah dipenuhi nafsu. Aku memandanginya dengan intens yang kemudian entah bagaimana Cinta mengambil tasnya yang terjatuh di lantai kemudian berlari kabur.

" Cinta?" Panggilku berusaha menahannya agar tidak pergi. Sayangnya kakiku tersandung kaki meja yang ada tak jauh dariku.

Aku terhenti karena rasa sakit yang lumayan nyut-nyutan akibat hantukan dengan kaki meja tadi. Saat kulanjutkan mengejar Cinta, dia sudah tidak terlihat.

***

Ke esokan harinya aku masuk kerja agak terlambat. Hal pertama yang kulakukan adalah mencari Cinta. Semalam terpikirkan olehku bahwa aku harus minta maaf karena terlalu berani dengannya. Semalaman semua pesanku pada Cinta sama sekali tidak direspon sampai aku merasa frustasi sendiri dengan keadaan itu. Akhirnya aku tidak bisa tidur sampai subuh alhasil aku terlambat ke kantor.

Ku buka pintu ruangan dan tidak kudapati Cinta di dalam. Kutanyakan pada rekan yang lain tentang keberadaan Cinta.

" Ada yang lihat Cinta?"

Semua orang di ruangan melihat ke arahku kemudian tak lama sebelum mereka sempat menjawab, Cinta keluar dari ruangan timjangnim dan berjalan ke arahku. Cinta sempat terpaku sejenak saat bertatapan denganku namun dia langsung melanjutkan perjalanannya ke arahku dengan ekspresi dingin khasnya.

Cinta melewatiku begitu saja dan aku langsung mengekorinya masuk ke dalam. Cinta duduk di meja kerjanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Aku menghampirinya dan berdiri di seberang meja.

" Cinta? Semalam kenapa..."

" Loe kenapa telat?" Potongnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer. Tangannya pun sibuk mengetik di papan keyboard.

" Gue engga bisa tidur karena loe engga bales pesan gue."

" Di meja loe udah ada kerjaan baru. Silakan di kerjakan dan lain kali jangan sampai telat datang ke kantor." Ujarnya sambil menunjuk meja kerjaku tapi pandangannya sama sekali tidak mau beralih kepadaku. Nadanya pun datar bahkan terkesan dingin.

" Cinta? Tentang ciuman semalem...."

Cinta menghela napas kemudian menatapku tajam.

" Aidan? Tolong pisahkan hal pribadi dengan pekerjaan. "

" Tapi loe sendiri..."

" Oke. Untuk kemarin gue emang salah. Gue harap hal seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi di antara kita. Dan mulai sekarang tolong selain hubungan profesional kerja, loe jangan ada di sekitar gue. Gue engga pengen terlibat apa-apa sama loe."

Setelah mengatakan itu Cinta mengambil sebuah dokumen dan meninggalkanku di ruangan.

Aku tertegun dengan perlakuannya tadi sampai tidak bisa merespon satupun perkataan Cinta.

Aku menghela napas kecewa setelah tersadar, akhirnya aku kembali ke meja kerjaku dengan lemas untuk mengerjakan pekerjaan yang tadi Cinta bilang.

Baru membuka satu lembar berkas saja aku sudah malas. Kututup kembali dan kubantingkan ke meja berkas-berkas itu.

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang