" Cinta? Loe mau jadi pacar beneran gue?"
Akhirnya aku berhasil mengungkapkan perasaanku dengan serius pada Cinta. Aku menunggunya menjawab pernyataan Cintaku, tapi yang terjadi justru Cinta hanya diam terpaku dengan tatapan yang sama sekali tidak bisa kumengerti.
" Cinta?" Panggilku.
Dia tersadar dan menarik tangannya dari dadaku.
" Eoh?" Dia kikuk sendiri, membuang pandangan ke berbagai arah kemudian menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
" Cinta? Gimana? Loe mau kan jadi pacar gue?" Tanyaku sekali lagi.
Kring.. Kring.. Kring...
Kudengar ponsel Cinta berdering. Dia langsung mengangkat ponselnya bahkan tanpa memeriksa siapa yang menelpon. Aku hanya bisa kecewa karena pernyataan cintaku tidak segera di respon oleh Cinta.
" Yeoboseyo."
" Ah ne. Eh Ya. Ini siapa yah?" Ku dengar Cinta mengganti bahasanya menjadi bahasa Indonesia. Mau tidak mau aku jadi memperhatikan Cinta. Aku jadi bertanya-tanya siapa yang menelponnya selarut ini?
" Ah Rama. Iya."
Rama? Nama laki-laki? Kenapa si Rama ini menelpon pacarku? Eh calon pacar maksudnya.
" Iya. Kamu tahu dari mana nomorku dan tempat tinggalku?"
Hah? Si Rama tahu tempat tinggal Cinta? Siapa sih dia? Mana bicaranya pakai aku kamu lagi.
" Oh kamu tahu dari ayah."
Si Rama bahkan mengenal ayahnya Cinta? Wah siapa sih cowo ini? Aku jadi merasa kesal.
" Jadi kamu udah di depan apartemenku? Aduh maaf aku lagi di jalan. Kamu mau nunggu apa gimana? Aku masih sekitar 15 menitan lagi sih."
" Oke."
Cinta menutup teleponnya.
" Siapa?" Tanyaku ketus.
" Rama, temen gue waktu di Indo." Jawabnya yang saat ini malah senyum-senyum padahal sebelumnya dia dingin sekali padaku.
" Temen apa temen? Kok pakai aku kamu segala?" Ujarku dengan nada sewot.
" Hmmm.. Ya gitu." Ujarnya menggantung yang membuatku semakin merasa panas.
" Gitu gimana?" Tanyaku mulai ngegas.
" Ya udah sih. Buruan deh temen gue udah nungguin."
Aku masih terdiam kesal menatapnya. Bisa-bisanya dia suruh aku mengantarnya dengan cepat kepada seorang lelaki?
" Hei Aidan?" Tangannya melambai-lambai di depan wajahku karena aku tak kunjung meresponnya. Aku hanya diam sambil memandangi wajahnya.
" Kalau loe engga mau jalan, gue pulang naik taksi aja." Ujarnya bahkan hampir membuka pintu mobil.
" Cinta?" Aku memanggilnya lagi. Kali ini sambil kupegang lengannya, mencegahnya pergi. Dia menoleh padaku.
" Loe engga jawab perasaan gue?" Tanyaku berharap perasaanku mendapat jawaban.
" Aidan?" Cinta menghadapkan tubuhnya padaku dan nada bicaranya jadi serius.
" Loe jangan salah paham. Mungkin loe bukan beneran suka sama gue. Loe cuma mencari pelampiasan aja dari rasa suka loe sama jessi eonni." Jawabnya.
" Engga. Gue udah lupain Jessica."
" Loe yakin?"
" Sangat."
" Jadi loe mau terima gue kan?" Tanyaku sekali lagi.
Cinta menggelengkan kepalanya.
" Sorry Aidan. Gue engga bisa balas perasaan loe. "
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN CINTA IMPIAN
Novela JuvenilCerita ini adalah cerita Aidan Kim ( dari cerita Menikah Dengan Idola ) yang bertemu dengan seorang perempuan warga negara Indonesia yang bekerja di perusahaan appa nya di Korea. Cinta Maharani seorang staff humas STAR FOOD, sebuah perusahaan yang...