Chapter 8

13 3 14
                                    

Aku menghentikan mobilku di taman yeouido hangang. Tidak ada alasan tertentu aku menuju ke sini. Aku hampir tidak mengenal daerah di korea meskipun aku lahir di negara ini. Sungai Han adalah satu-satunya tempat yang terpikirkan olehku.

Aku memarkirkan mobilku. Kulihat Cinta masih tidur lelap di bangku sebelah. Ku lepaskan sabuk pengamannya agar dia tidak merasa sesak. Kupandangi wajahnya yang terlihat sangat manis. Mataku langsung tertuju pada bibir pink nya yang beberapa saat lalu mengecup bibirku. Aku tersenyum simpul saat mengingat kejadian itu.

" Cinta, Cinta. Bisa-bisanya loe bikin kaget gue kaya tadi. Kalau bukan karena loe mabok, gue pasti udah salah paham sama kelakuan loe." Ucapku padanya meski tahu Cinta tidak akan meresponku karena dia masih tertidur lelap.

Kring..  Kring.. Kriing..

Sudah kelima kalinya ponsel Cinta berdering. Tadinya kubiarkan saja tapi lama kelamaan aku mulai memikirkan bagaimana jika telepon ini penting dan berkaitan dengan pekerjaan? Akhirnya ku beranikan diri mengambil ponsel Cinta di saku celana sebelah kanannya. Namun untuk mengambilnya aku harus melewati tubuhnya.

Tangan kananku berpegangan pada sandaran bangku Cinta dan tangan kiriku melewati tubuhnya untuk mengambil ponsel. Posisi tubuhku mau tidak mau menghadap Cinta. Tiba-tiba saja Cinta bergerak dan mulai menggeliat. Dan kejadian tak terduga terjadi lagi. Tiba-tiba saja aku tertegun saat tak sengaja bibir Cinta menempel pada pipiku saat dia menggerakkan badannya tadi. Kami berdua seperti di "pause" dalam posisi bibir Cinta menyentuh pipiku. Dan saat tersadar, Cinta mendorongku keras sampai badanku menabrak dashboard mobil.

" Ahhh." Pekikku.

" AIDAN? MWOHAE?" Teriaknya.

Aku menyelamatkan diriku sendiri tanpa bantuan Cinta. Aku langsung mengembalikan diriku ke tempat duduk supir sambil menegakkan bahuku. Rasanya punggungku nyeri karena menabrak dashboard mobil tadi. Sesekali kupegangi punggung sambil meringis.

" Gila Cinta dorongan loe kuat banget." Omelku.

" Lagian loe ngapain di depan gue kaya tadi? Loe mau mesum ke gue?" Omel balik Cinta padaku.

" Hey mulut loe tolong di jaga yah. Gue mau ngambil hp loe di kantong soalnya bunyi mulu udah lebih dari lima kali." Jawabku tak terima.

" Lagian posisi loe bikin orang salah paham." Ujar Cinta sambil meraba-raba kantongnya untuk mengambil ponsel.

Dia mengecek layar ponselnya.

" Timjangnim nelpon gue berkali-kali ada apa yah?" Gumamnya yang seketika itu juga membuatku teringat pesan timjangnim tadi yang memang mencari Cinta.

" Ah matta? Choi Timjang tadi emang nyariin loe ke ruangan." Ujarku jujur padanya.

" Oh ya? Kenapa loe engga bilang?" Protesnya.

" Gimana mau bilang? Loe kabur kemana aja gue engga tahu. Terus tahu-tahu loe dateng dan narik gue ke atap terus tiba-tiba cium gue.. Ups." Aku langsung menutup mulutku karena keceplosan.

Cinta menoleh cepat padaku.

" Apa loe bilang? Gue cium loe? Hahahaha engga salah? Bukannya loe yang cium gue tadi pa....gi."

Cinta sempat menjeda kata terakhirnya kemudian memasang ekspresi terkejut dan langsung menutup mulutnya. Mungkin dia baru ingat kejadian di atap tadi.

" Kenapa? Loe baru inget kalau loe mabok terus cium gue di atap?" Sindirku.

Cinta langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela. Mungkinkah dia malu?

Kring... Kring.. Kring...

Kembali ponselnya berdering dan tiba-tiba Cinta menjatuhkan ponselnya. Mungkin karena gugup dan salah tingkah atas pertanyaanku tentang kejadian di atap tadi.

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang