Chapter 22

14 3 7
                                    

" Do Hyun-a?"

" Liana?"

Semua orang menoleh ke arah wanita yang berdiri di seberang meja kami. Aku menatapnya tajam. Sekuat tenaga aku menutupi kembalinya wanita ini dari keluargaku, ternyata dia malah menampakkan dirinya sendiri.

Cinta menoleh ke arahku, aku tahu dia mengerti apa yang kurasakan sekarang.

" Tante? Untuk apa anda ke sini?" Ucapku yang membuat semua orang menoleh ke arahku.

" Aidan? Dia eomma kamu." Ucap appa memberitahuku padahal sesungguhnya aku sudah tahu bahwa wanita ini adalah eomma.

" Ah mungkin kamu tidak ingat dengan..." Sambung appa yang langsung kupotong.

" Dia memang bukan eomma, appa. Aidan engga punya eomma." Ucapku datar.

Cinta menyenggol lenganku pelan dan menggelengkan kepalanya. Aku tahu Cinta mengisyaratkan agar aku tidak berlaku seperti itu.

"Aidan? Kenapa kamu bicara seperti itu? Dia eomma kamu." Ucap appa.

" Loe udah ketemu sama eomma Aidan?" Tanya Jona hyung yang langsung membuat eomma menoleh ke arahnya.

" Kamu Jonathan Kim?" Tanya eomma.

Jona hyung menganggukkan kepalanya yang membuat eomma berjalan menghampirinya. Sebelum sempat melangkah, aku lebih dulu menghentikannya.

" Berhenti di situ Tante Liana." Ucapku dingin.

Eomma menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku.

" Jangan mendekati kami. Sebaiknya tante pergi dari sini!" Usirku dengan nada menekan dan dingin.

" Tapi Aidan? Eomma ingin memeluk...."

" JANGAN BERANI-BERANI MASUK LAGI DI KEHIDUPAN KAMI." Bentakku padanya yang membuat semua orang di ruangan ini menoleh pada meja kami.

Appa terkejut kemudia meminta maaf pada semua orang.

" Aidan jaga nada bicaramu." Tegur appa pelan.

Kulihat eomma hampir menangis. Kelopak matanya sudah penuh dengan buliran bening yang menggenang. Matanya berkaca-kaca dan jatuhlah beberapa tetes air dari matanya.

" Liana?" Kulihat appa khawatir dengan eomma. Appa bahkan sampai bangun dari duduknya dan menghampiri eomma. Appa spontan mengusap air mata di pipi eomma.

Aku bukannya tidak khawatir dengan perasaan eomma tapi melihat appa yang masih perhatian pada eomma malah membuatku jengkel.

Aku ikut bangkit dari dudukku dan menghampiri eomma. Tapi bukan untuk menghapus air matanya yang jatuh akibat perkataanku melainkan untuk menepis tangan appa dari eomma.

" Untuk apa appa masih perhatian dengan tante Liana?"

Aku menepis kasar tangan appa agar melepaskan tangannya dari pipi eomma.

" Aidan? Kamu jangan keterlaluan." Tegur appa keras kali ini.

" Kenapa? Appa masih mau maafin wanita ini setelah dia ninggalin appa begitu aja dengan dua anak yang masih kecil? Dia bahkan engga pantes jadi seorang ibu."

PLAK.

Tamparan keras mendarat di pipiku. Appa menamparku setelah mendengar pertanyaan terakhirku barusan. Aku memegangi pipi dan menoleh cepat pada Appa. Kulihat semua orang menatap pada kami.

" Kenapa? Apa aku salah?"

Jona hyung menghampiri kami dan berusaha menenangkanku.

" Aidan?" Ucap hyung sambil memegang lenganku agar aku tidak melanjutkan sikapku.

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang