Chapter 9

13 3 16
                                    

Cinta mondar mandir sambil menggigiti kukunya sejak timjangnim dan beberapa staff humas menutup pintu ruangan. Aku mengamati setiap gerakan dan ekspresinya. Dia jelas terlihat gusar, dan aku bisa memakluminya karena memang aku pun merasakan hal yang sama. Bayangkan rasanya kepergok ciuman di kantor oleh rekan satu tim, kira-kira bagaimana rasanya? Malu kan? Terlebih yang mergokin bukan cuma satu tapi benar-benar satu tim. Bayangin sebesar apa malunya? Tapi yang jelas saat ini aku tidak ingin menambah pikiran dengan melakukan hal yang sama dengan Cinta.

" Cinta? Loe bisa duduk engga sih? Loe bikin gue tambah pusing aja." Akhirnya kutegur juga Cinta.

Cinta langsung menoleh tajam padaku. Bahkan saking tajamnya aku sampai menunduk karena takut.

" YA AIDAN? INI SEMUA SALAH LOE TAHU ENGGA?" Omelnya padaku.

Aku langsung mengangkat wajahku tak terima.

" Loe engga usah main salah-salahan gitu dong."

" Ya emang ini salah loe kok. Loe ngapain maksa cium gue kaya gitu?"

" Hei hei hei. Iya gue tahu gue awalnya maksa, tapi loe juga nikmatin ciumannya kan? Jadi loe engga usah salah-salahin gue gitu. Loe juga salah."

Akhirnya Cinta tidak bisa berkutik setelah kukatakan poin pentingnya. Jelas saja, dia juga menikmati berciuman denganku tadi. Seketika aku memegangi bibirku karena teringat ciuman panas tadi. Ternyata aku bisa berciuman dengan perempuan lain selain Jessica meskipun tanpa rasa. Jangan-jangan ciumanku dulu padanya juga tanpa rasa, hanya nyaman tapi bukan cinta. Buktinya aku bisa bahkan dua kali mencium Cinta yang bahkan baru ku kenal.

" Loe ngapain megang-megang bibir gitu? Yang ada gue yang harusnya megang bibir karena bibir gue udah engga suci lagi." Cinta masih terus mengomel dan menyalahkanku atas ciuman tadi.

Aku tersadar dan menoleh ke arahnya. Aku terus memperhatikan dia dan banyak sekali pikiran yang terlintas di otakku saat ini.

" Mwol bwa?" Tanyanya saat aku terus melihat ke arahnya.

Aku tidak menjawabnya. Aku berdiri lalu berjalan ke arahnya. Sebenarnya bukan berniat berjalan ke arahnya, aku berniat untuk keluar ruangan menemui teman-teman humas yang tadi sudah menonton adegan ciumanku.

Cinta salah sangka, dia terus mundur saat aku berjalan ke arahnya.

" Ya Aidan? Loe mau ngapain?"

Aku tidak menjawab dan kulihat memang ekspresi Cinta ketakutan. Mungkin dia takut aku akan menciumnya lagi. Haha. Meski wajahku serius tapi dalam hatiku menertawakan Cinta. Tingkahnya membuatku gemas.

Aku berjalan melewatinya dan membuka pintu ruangan. Ku pasang muka sedingin yang ku bisa. Aku akan memakai " kartu anak sajangnim " hari ini. Ah persetan dengan kata-kataku yang kemarin yang meminta mereka tidak memperlakukanku terlalu istimewa. Hari ini aku anggap kata-kataku adalah bulshit karena ini situasi yang cukup serius menurutku.

Semua staff humas melihat ke arahku begitu aku keluar dari ruangan. Aku mulai merasakan hawa yang tidak kusukai. Menjadi pusat perhatian adalah sesuatu yang tidak kusukai. Tapi kali ini aku harus mencari perhatian mereka.

" Yedeura?" Panggilku meminta perhatian semua orang.

Setelah mereka semua memusatkan perhatiannya padaku, aku langsung mengutarakan rencanaku yang sudah ku susun sejak di dalam ruangan tadi. Aku memasang wajah seserius mungkin. Aku sempat merasa grogi saat tiba-tiba saja Choi Timjang keluar dari ruangannya dan bergabung dengan staff humas yang lain.

" Ada apa ini?" Tanya Choi Timjang.

Cinta pun akhirnya ikut keluar dari ruangan. Mungkin dia pun penasaran dengan apa yang ingin kulakukan.

BUKAN CINTA IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang