Setelah kejadian di kantor Arka tadi, Kesya pergi dengan naik taksi, tapi tujuannya bukan ke rumah dia dan Arka, tapi ke suatu tempat, di mana tempat itu yang selama ini bisa buat Keysa tenang.
Di lain tempat, Arka kelimpungan mencari istrinya Kesya yang gak tau pergi kemana, karena kehilangan jejak taksi yang di kendarai Kesya tadi.
Tak henti-hentinya Arka menelpon nomor Kesya, tapi Kesya tidak mengangkat telpon nya. Bahkan sekarang, nomornya tidak aktif.
'Sayang, maafin mas. Mas gak bermaksud gitu, mas berani sumpah kalau itu hanya salah faham saja. Mas mohon kamu jangan ngelakuin hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan kamu dan anak kita.' Batin Arka. Kali ini Kesya salah paham lagi, tapi memang tuh perempuan memang kurang perhatian. Kalau seperti ini kan Arka yang pusing sendiri.
Selama perjalanan Arka sambil berfikir tempat yang di sukai oleh keysa datang.
"Pantai!."
Setelah mengingat Arka langsung melajukan mobilnya menuju pantai, dimana tempat yang di sukai oleh Kesya.
Sampai di pantai, Arka langsung memarkirkan mobilnya dan berjalan mencari Kesya. Kalau kalian berfikir bahwa, akan sulit mencari orang di tempat yang sangat ramai ini, itu memang benar. tapi, Arka tidak mau menyerah.
Akhirnya, Arka mengikuti batinnya untuk mencari Kesya di pinggir pantai yang ada tempat duduk di bawah pohon kelapa.
Benar saja, di sana terdapat Kesya sedang duduk menghadap ke pantai sambil menikmati air kelapa muda.
"Assalamu'alaikum, sayang." Ucap Arka sudah sampai di samping Kesya.
"Wa'alaikumsamalam, mau apa kamu ke sini." Jawab ketus Kesya. Ingatkan Keysa yang masih marah dan kecewa dengan Arka.
"Mas mau ajak kamu pulang, karena ini cuacanya mulai panas."
"Biarin, biar sekalian aku hitam. Supaya kamu bisa sama perempuan yang ada di ruangan kamu itu."
"Astaghfirullah, gak gitu sayang. Adek salah paham."
"Halah, salah paham mulu kamu bilang. Dulu waktu cewek itu bilang kamu pacarnya eh bukan, maksudnya calon suaminya, kamu bilang salah paham. Lalu ini, kamu bilang salah paham juga hah." Jelas Kesya sambil menahan air mata agar tidak jatuh.
"Mas berani bersumpah, kalau itu memang salah paham dan mas siap terima hukuman dari kamu, tapi dengan satu syarat. Kamu jangan pernah jauh dari hidup mas, mas gak bisa sayang."
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Tapi, apa jaminannya kalau itu murni salah paham."
"50% saham perusahaan milik mas, mas buat atas nama adek."
Keysa hanya diam, dan diamnya Kesya membuat Arka berfikiran bahwa Kesya tidak percaya dengan dirinya.
"Halo."
"Iya halo pak, ada yang bisa saya bantu?."
"Jandri, saya kasih tugas untuk kamu, buat 50% saham perusahaan milik saya, kamu balik nama jadi nama Kesya Azla Gunawan."
"Baik pak, itu saja pak?."
"Ya, saya tunggu sampai sore."
"Baik pak."
Arka memutuskan panggilan telepon nya, dari orang kepercayaan keluarga untuk mengurus berkas seperti ini.
"Gimana?, Masih belum percaya sama mas?."
"Eh mas beneran, Kesya kira kamu bohong."
"Kapan mas bohong sayang."
Kesya hanya menggelengkan kepalanya. "Gak pernah sih."
"Yasudah, yuk kita pulang. Udah makin panas nih, nanti kasihan dedek bayi sama mama nya kepanasan."
"Yuk, tapi mas. Kesya masih marah sama kamu." Jawab Kesya yang masih dalam mode marah, tapi malah sudah mengubah kata 'aku' jadi 'kesya'. Gemes Arka tuh. Tak tahan tangannya, akhirnya mencubit pelan pipi Kesya yang sudah seperti bakpao. Dan terkekeh melihat ekspresi Kesya yang kesel.
"Lah, tadi bukannya udah gak marah ya."
"Siapa bilang!?." Ucap tegas Kesya.
Kalau udah begini Arka tidak bisa mengelak atau membela dirinya, sudah bisa di pastikan tidak akan bisa melarikan diri dari amukan Kesya wanita yang di cintai, di sayangi, dan di banggakan nya.
Di perjalanan menuju ke rumah, Arka tidak membuka suara dan itu membuat Kesya menjadi overthinking. Entah kenapa semenjak dirinya hamil, sifat labilnya kambuh. Padahal waktu belum hamil, dirinya sangat dewasa dalam berfikir. Apa mungkin karena bawaan bayi.
"Emm, mas."
"Iya, kenapa sayang?." Ucap Arka yang matanya masih fokus ke depan takut nabrak, tapi tangannya mengusap kepala Kesya dengan lembut.
"Key-Kesya, minta maaf ya sama mas." Kesya mengucapkan dengan nada pelan, dan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Hah? For what?."
"Karena Kesya, udah banyak banget ngerepotin mas, buat mas kelimpungan dengan tingkah Kesya yang kekanak-kanakan, dan sampai buat mas ngelakuin permintaan Kesya, yang mengubah nama pemegang saham perusahaan mas jadi nama Kesya. Maafin Kesya ya mas, Kesya juga bingung sama tingkah Kesya belakangan ini." Ucap Kesya dengan kepala nunduk ke bawah.
Arka yang mendengar semua ucapan Kesya, pun memilih menepikan mobilnya untuk mereka bisa mengobrol dengan tenang.
"Shuttt, adek bicara apa sih. Dengar sini." Ucap Arka sambil memiringkan tubuhnya mengarah kanan agar bisa berhadapan dengan Kesya, dan tangan Arka bergetah mengelus lembut kepala Kesya.
"Mas lakukan itu kan, atas kemauan diri mas sayang, adek kan istri mas, jadi apa yang mas punya itu juga punya sayang juga, dan sebaliknya gitu. Jadi adek jangan ngerasa gitu ih. Mas gak suka, adek tuh jangan banyak pikiran, kasihan dedek bayi nya kalau mama nya banyak pikiran kan?." Lanjut Arka.
"Maafin Kesya ya mas." Ucap Kesya sambil menundukkan kepalanya.
Arka yang tidak suka ketika berbicara Kesya menundukkan kepalanya, lalu Arka mengangkat dagu Kesya agar melihat dirinya lagi.
"Iya, mas maafin. So, jangan murung lagi ya. Mas gak suka."
"Iya mas." Ucap Kesya sambil tersenyum ke arah Arka dan Arka yang gemas mencium kening Kesya.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke rumah untuk istirahat dan sebagainya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Arka & Nathan (Ending)
Fantasy"Anda siapa?." Ucap Nathan dengan nada dingin. "a-aku i-istri kamu kak." jelas perempuan tadi terbata-bata sebab terkejut dengan kejadian barusan. Mendengar itu Nathan memegang kepalanya yang terasa sangat sakit ketika mengingat kejadian sebelumnya...